Mohon tunggu...
Mochamad Akhlis Aufalana
Mochamad Akhlis Aufalana Mohon Tunggu... Freelancer - No Risk, No Fun!!

Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lenyap

27 Agustus 2021   20:53 Diperbarui: 27 Agustus 2021   21:55 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Telah ku tanyakan kepada kakakmu, yang menjadi satu-satunya saudaramu, tetapi jawaban nihil dan rasa kuatir tentang keadaanmu yang kuterima. Kuputuskan tuk bertanya pada semua teman dekatmu, tetapi lagi-lagi jawaban sama kudapatkan, 

“Aku tak tahu dimana Risha. Aku juga kuatir tentangnya.”

Risha, andai orangtuamu masih ada, pasti mereka tahu dimana kau sekarang berada. Tanpa sadar air mata membasahi pipiku. Tak tahu mengapa aku begitu cengeng. Bukan karena rasa lelah yang sangat kurasakan, melainkan pikiranku tentang apa jadinya aku bila kau tak lagi ada menemaniku. Walau tubuh ini meronta memaksaku untuk berhenti untuk mencarimu, tapi hatiku teguh melawan, menuntut agar bisa menemukanmu.

Bermacam pertanyaan berputar di kepalaku. Mengapa kau menghilang? Kemana kau pergi? Apa tujuanmu sebenarnya pergi meninggalkanku tanpa permisi, tanpa satupun kata pamit terucap?

Adzan magrib mulai terdengar, hujan pun reda seperti mempersilahkan lantunan suci dikumandangkan. Kuberanjak dari tempat duduk. Kuseka airmataku sambil berjalan ke arah Mak Kah. "Belum ketemu?" kujawab pertanyaannya dengan gelengan kepala. Kuberikan lembaran dua ribuan padanya, “Sabar ya nak, pasti kau bisa temukan dia,” ucapnya kepadaku.

Terucap istighfar dari bibirku, kupacu motor melawan dinginnya hawa kota ini. Sengaja kuberkendara perlahan, agar aku bisa menikmati rasa yang begitu sesak di dada. Kuberbelok kearah masjid di samping alun-alun kota. Tulisan masjid agung An-Nur terpampang penuh cahaya.

Tanpa menunggu lama langsung ku menuju tempat wudhu lalu segera melaksanakan sholat magrib berjamaah yang baru saja dimulai. Begitu kunikmati setiap gerakan sholat kala itu, seakan kuleburkan juga segala keluh kesah tentangmu yang entah ada dimana, kumohonkan kepada Sang Pencipta agar kau selalu diberi perlindungan kapanpun dan di manapun berada.

Kuambil hp dari tasku. Sudah jam enam lebih. Kuraih Alquran di sebelah lalu membacanya. Setengah jam berlalu, kuakhiri bacaanku sambil berdoa pada Ilahi, “Bila memang dia benar jodohku, pertemukan lagi aku dengannya, Engkau tahu mana yang terbaik untuk kami berdua.”

Area masjid mulai ramai oleh mereka yang akan melaksanakan sholat isya’. Anak-anak berlarian dengan riangnya di halaman. Malam yang cerah memang, sekedar untuk berkumpul bersama keluarga menikmati libur di akhir pekan. Menghilangkan penat setelah seminggu penuh beraktifitas, entah yang sedang bersekolah atau juga yang bekerja.

Setelah jamaah isya’ tuntas, kuberanikan untuk menghampiri seorang lelaki tua yang tadi menjadi imam sholat.  Kusalami dia. 

”Ada apa anakku? ” senyum mencuat dari wajah tuanya. Tanyanya seolah-olah tahu akan keadaanku saat ini. Tanpa malu kuceritakan panjang lebar kisahku selama ini, dengan tujuan meminta nasehat padanya tentang hilangnya seseorang yang kucinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun