Saya, bisa jadi salah satu contohnya, dulu ketika gegeran 1998 masih muda, ikut-ikutan arus muda menyerukan perubahan. Melawan kaum tua. Lalu, Â ketika kini sudah mulai menua, saya jadi bertanya-tanya, "kok sepertinya sekarang tidak ada kaum progresif seperti dulu, ya?"
Jangan-jangan hukum perubahan mulai pudar, perubahan tak disuarakan lagi oleh kaum muda, justru  sekarang ini penyeru perubahan tidak didominasi pemilik usia muda, banyak juga kaum tua (yang mestinya konservatif) menikmati asyiknya mengkonter upaya sistematis kekuasaan melatenkan dominasi kekuasaannya. Sementara tak sedikit kaum muda yang justru mengcover suara penguasa, mengabaikan nilai-nilai rasional dan akademis yang jelas-jelas obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Dunia terbalik.
Ah, entahlah... ketika rasa-rasanya sudah saatnya mulai jadi konservatif, tetapi ternyata anak muda kita belum paham, gagal paham, atau bahkan tidak punya pemahaman terhadap nilai-nilai kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Minus sense of  rationality, critical thinking, an many more...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H