Nah tentu itu menjadi tantangan yang tidak mudah untuk dipecahkan, bukan? Melalui dialog kecil dan penulisan buku hasil kolaborasi Bolang-ACPM, setidaknya ada usaha awal untuk mendokumentasikan pelaku seni yang hidup di Kota Malang dan terpetakan kompetensi mereka.Â
Malang sudah punya MCC (Malang Crative Center) dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ke depan, berharap muncul pasar-pasar seni, galeri-galeri seni, dan pusat penyedia peralatan seni yang mendukung ekosistem kota kreatif.Â
Sudah saatnya pemerintah, perguruan tinggi, pengusaha, komunitas-komunitas, dan media saling bersinergi untuk mewujudkan Malang sebagai kota kreatif dunia pada tahun 2025.Â
Sekedar usul, alangkah strategisnya jika di pojok kawasan wisata heritage Kayu Tangan didirikan pusat galeri seni lukis yang menarik. Produk-produk seni lukis aliran realis, naturalis, dan kontempoter dipajang di sana.Â
Demikian halnya dengan lukisan tempat-tempat wisata Malang yang mempesona dapat dipajang di galeri-galeri yang tersedia. Festival-festival seni rutin digelar. Dialog-dialog kreatif difasilitasi.Â
Kiranya, Kota Malang akan semakin berkembang dan memiliki nilai tambah setelah memperoleh predikat Kota Terbaik I Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) Tingkat Nasional dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas 2024.Â
Tentu saja, kegiatan-kegiatan kreatif itu diarahkan untuk mencapai apa yang disebut dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menuju kota kreatif dunia yang sejahtera dan ramah untuk semua. Bagaimana pendapat Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H