Sabtu itu (21/10/2019) saya melihat tiga ikon bangunan bersejarah. Mall Sarinah, Masjid Agung, dan Gereja Immanuel. Ketiga bangunan bersejarah itu saya potret dari loteng Hotel Riche, tempat saya menginap bersama komunitas penulis.
Di sela-sela kesibukan, di akhir pekan itu kawan-kawan mengundang saya untuk kopdar di hotel yang telah berumur lebih dari 82 tahun itu. Hotel ini disebut-sebut sebagai hotel pertama di kota Malang yang berdiri pada tahun 1933.
Apa keistimewaanya?Â
Di antara keistimewaannya tak lain karena hotel itu menyimpan sejarah. Sarat narasi. Potret kehidupan masyarakat Malang era kolonial bisa ditelusuri dari kawasan ini.Â
Misalnya, di seberang hotel ini terdapat mall Sarinah yang dahulu kala merupakan rumah Tumenggung Notodiningrat, Bupati Malang yang pertama (1820-1839 M).
Menurut catatan sejarah, pada masa kolonial Belanda di lokasi tersebut pernah berdiri gedung Societiet Concordia. Sebuah gedung rakyat pengganti rumah bupati yang kala itu difungsikan sebagai tempat berkumpul, berdansa, menonton pertunjukan seni budaya, dan menikmati makan malam.
Lokasinya yang strategis di jantung kota, membuat wisatawan mudah menelusuri kawasan heritage dari tempat ini, seperti plaza Sarinah yang baru direnovasi, toko Oen, gereja tertua, masjid jami', kantor pos, dan suasana alun-alun kota Malang.
Memotret Tiga Ikon Bersejarah
Saya penasaran, ada apa dengan bangunan tua Hotel Riche. Maka pada malam itu saya naik ke lantai paling atas (lantai 2) bangunan kuno melalui pintu sempit dan bertangga. Di situ ada tulisan, "Awas, lantai licin"!
Klik.. klik. Saya memotret view ketiga ikon bersejarah itu dari lantai 2 hotel menggunakan smartphone. Sayang, hasilnya kurang jelas.
Maka, pada esok pagi harinya, saya mencoba sekali lagi untuk memotretnya. Wow... dari tempat ini, saya melihat tiga ikon bangunan bersejarah dari atas loteng: Mall Sarinah, Gereja GBIP Immanuel, dan Masjid Agung (Masjid Jamik) Kota Malang.