Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Potensi MICE dan Geliat Komunitas di Hotel Bintang Empat Kota Malang

4 November 2018   16:21 Diperbarui: 4 November 2018   16:33 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Industri wisata MICE di era disrupsi berkembang pesat, termasuk wisata halal. Ketika orang-orang sudah jenuh melakukan Rapat Dalam Kantor (RDK), mereka memilih untuk melakukan rapat di luar kantor (luar kota) sembari menikmati perjalanan wisata.

Kegiatan semacam ini merupakan insentif bagi warga perusahaan, organisasi atau komunitas. Kegiatan ini berperan dalam menghidupkan dunia wisata MICE (Meeting, Insentive, Conference, and Exhibition) di kota-kota tujuan wisata dan daerah sekitar yang menjadi penyangganya.

Daerah penyangga kota Surabaya seperti Malang, berpotensi dapat menikmati peluang industri pertemuan dan wisata MICE. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Hotel Atria Malang, Hotel bintang empat yang berdiri sejak 3 Desember 2013 lalu.

View di sekitar ruang Lobi Hotel Atria Malang/Dok. Pribadi
View di sekitar ruang Lobi Hotel Atria Malang/Dok. Pribadi
Hotel ini memoles Private Bar lantai 1 menjadi tempat meeting yang menarik. Karena itu, komunitas Kompasiana Malang memilihnya sebagai tempat talkshow pada Minggu lalu.

*****

Malam itu, saya menghadiri talkshow bertajuk "Inovasi Maketing Online bersama JNE" yang berlangsung di Atria Hotel & Conference (28/10/2018). Hotel berlantai sembilan yang berdiri di tengah kota itu berlokasi di Jl. Letjen S. Parman 87-89 Kota Malang.

Acara tersebut terselenggara berkat kerjasama komunitas Blogger Kompasiana Malang dengan JNE Malang, hotel Atria Malang dan Smartfren Community.

Talkshow tersebut dihadiri oleh 50 orang yang sebagian besar berasal dari kompasianer Malang. Hadir pula perwakilan dari komunitas Blogger Emak-Emak, Local Guide Malang, Reenactor Malang, dan lain-lain.

Pada saat yang sama, di tempat itu berlangsung kegiatan "Silaturrahmi dan Diskusi Terbuka Walikota dan Wakil Walikota Malang" yang diselenggarakan oleh Real Estate Indonesia (REI) Komisariat Malang bersama APERSI Malang.

Acara ini berlangsung di ballroom berkapasitas sekitar 1.500 orang. Para peserta acara ini dan acara komunitas yang saya hadiri, makan bersama di restoran yang sama. Tempatnya luas dan nyaman untuk bersantap sembari ngobrol ringan di tempat makan.

Di ruang dekat resto dan ruang lobi, terdapat pajangan mobil unik dengan aneka kuliner ringan. Di sampingnya, terdapat galeri produk-produk kerajinan. View indoor ini menambah sedap suasana ruangan di lantai satu hotel Atria yang mengusung konsep hotel and conference.

Sementara acara Bolang Talkshow komunitas yang saya hadiri, berlangsung di private bar. Berlangsung sejak pukul 18.30 Wib hingga 21.15 Wib. Ruang mini private bar itu berdesain unik. Dindingnya berhiaskan lukisan-lukisan abstrak dan garis-garis berwarna warni, lengkap dengan hiasan berkesan khas bar.

Suasana Talkshow di Private Bar, Hotel Atria Malang (28/10/2018)/Dok. Pribadi
Suasana Talkshow di Private Bar, Hotel Atria Malang (28/10/2018)/Dok. Pribadi
Meja bar berada di dekat pojok ruangan, menyatu dengan area talkshow. Berjajar pajangan aneka botol minuman unik yang menjadi latar meja private bar.

Saya melihat dari dekat dan memeriksanya, ternyata hanya ada botol-botolnya saja, sementara isinya kosong. Saya menduga hal itu hanya untuk hiasan, sekaligus menegaskan keberadaan ruangan berkesan private bar.

Botol-botol minuman anggur itu bertuliskan Barrel's Wine, 2014 Sauvignon, Baileys, Myers's Rum dan sejenisnya yang tak saya mengerti maksudnya.

Hiasan botol-botol wine di Private Bar, Hotel Atria Malang/Dok. Pribadi
Hiasan botol-botol wine di Private Bar, Hotel Atria Malang/Dok. Pribadi
Sementara di panggung, tertata satu set meja lengkap dengan empat kursi untuk narasumber. Mereka duduk menghadap peserta yang duduk melingkar di meja bundar. Masing-masing meja berisi sekitar 5 kursi.

Di forum talkshow itu, hadir empat nara sumber. Pertama, Sarifah Nazriah selaku Public Relation JNE Malang. Ia berbagi teknik marketing menggunakan jasa JNE.

Kedua, Niken Paramita. Dialah pemenang "JNE Race to Moscow 2018. Perempuan pelaku bisnis online produk fashion itu berbagi pengalaman seputar teknik marketing online via media sosial andalannya, Instagram (IG).

Dua narasumber lainnya berasal dari kompasianer expert, Bolang. Mereka adalah Ikrom Zain dan Selamet Hariadi. Ikrom Zain berbagi seputar teknik menulis artikel dan strategi memenangkan beragam lomba menulis di blog. Sedangkan Selamet Hariadi berbagi seputar teknik optimasi konten menarik.

Turut hadir kompasianer  senior, Iwan Nugroho. Di akhir acara, ia berkesempatan untuk memberi closing motivation buat para peserta dengan mengatakan, "Yuk Menulis bersama Kompasiana. Menulis itu dapat digunakan untuk mendukung pekerjaan kita".

*****

Ada tiga hal penting yang mesti mendapat perhatian pelaku industri wisata MICE, yaitu dukungan transportasi, penginapan dan ruang meeting. Jaminan keamanan, kenyamanan, dan keramahan juga menjadi daya tarik para tamu untuk berdatangan.

Banyuwangi misalnya, maaf, dahulunya dikenal sebagai "kota santet". Namun berkat kreativitas pemimpin daerah ini dan partisipasi masyarakat dalam membangun kotanya, Banyuwangi kini berubah menjadi tujuan alternatif wisata.

Banyuwangi mampu menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Bandara di bangun. Kalender wisata selama tahun dibuat. Hampir setiap hari, selalu ada pementasan kreasi seni budaya untuk mendukung wisata Banyuwangi. Hotelnya hidup. Tak sedikit orang-orang Jakarta melakukan meeting di Banyuwangi.

Untuk mendukung tercapainya pariwisata Banyuwangi, ego sektoral dalam Pemerintah Daerah di Kabupten Banyuwangi ditinggalkan. Semua fokus pada core businessnya, yakni menunjang tercapainya kinerja Banyuwangi sebagai destinasi wisata alternatif.

"Siapa saja dan kapan saja boleh pergi ke Bali, namun jangan lupa mampir dulu ke Banyuwangi. Hanya sekitar 30 menit jarak tempuhnya lewat jalur laut. Kira-kira begitulah misinya".

Bagaimana dengan Malang?

Secara geografis, kawasan Malang Raya terdiri atas Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu. Kabupaten Malang dan Kota Batu memiliki wisata alam, berupa wisata bahari, wana wisata, dan wisata alam pegunungan.

Wisata bahari berada di Malang selatan, sekitar 35 km dari kota Malang. Ke arah barat dari kota Malang, terdapat wisata alam pegunungan yang indah di kota Batu. Sekitar 45 tempat wisata bertebaran di kawasan ini, baik wisata alam maupun wisata buatan.

Sementara kota Malang, dikenal sebagai kota pendidikan. Kota ini tidak banyak memiliki wisata alam. Namun kota ini memiliki lebih dari 57 perguruan tinggi. Orang-orang berdatangan untuk studi. Hampir setiap bulan ada wisuda sarjana. Dapat dibayangkan, arus orang, barang dan jasa bergerak di kota ini.

Bisnis penginapan dan kuliner pun turut tumbuh. Pusat-pusat perdagangan yang baru berdiri turut mengais rezeki di ceruk pasarnya masing-masing. Namun di sisi lain, transportasi mulai crowded. Ini bagian dari masalah tatakota yang patut segera dipecahkan.

Untuk itu, kota-kota kecil atau kota-kota menengah di Indonesia patut berbenah jika ingin menikmati perkembangan industri wisata MICE (Meeting, Insentive, Conference, and Exhibition).

Jawa Timur memiliki kota-kota yang bertebaran dari Surabaya hingga Banyuwangi, ujung Jawa Timur yang berbatasan dengan Bali. Kota-kota seperti Pasuruan, Malang, Probolinggo, Blitar, Pacitan, dan seterusnya hingga Banyuwangi berpotensi dapat menangkap peluang wisata MICE.

Beberapa hari sebelum artikel ini saya tulis, kantor tempat saya bekerja berencana hendak menyelengarakan Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) akhir tahun di Probolinggo sembari menikmati keindahan Bromo.

Sayang, di dekat Bromo tak ada penginapan yang mampu menampung 181 peserta untuk menginap dan melakukan meeting di satu tempat. Walhasil, tujuan meeting dialihkan ke tempat lain. Ke depan, destinasi Bromo patut berbenah jika ingin menikmati limpahan wisata MICE.

Sebuah kota dapat disebut kota tujuan wisata MICE, antara lain harus memenuhi kelayakan tertentu, seperti tersedianya transportasi, hotel, dan ruang meeting yang memadai serta keamanan dan pelayanan yang ramah untuk semua.

Kota-kota MICE di Indonesia mesti melengkapi dirinya dengan transportasi yang mudah dijangkau, penginapan dengan ruang meeting (venue) yang memadai, dan sajian kulier yang menarik.

Pasalnya, para tamu berharap memperoleh pengalaman baru dan spirit baru sepulang dari meeting dan kunjungan wisata. Atria Hotel and Conference bintang empat itu layak dijadikan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan itu, menginap sekaligus meeting dan berwisata.

Tempat ini berdekatan dengan fasilitas publik seperti bandara Abdurrahman Saleh, stasiun kereta api, terminal Arjosari dan kawasan kampus Dinoyo.

Hanya selemparan batu dari tempat ini, para tamu dapat menyempatkan diri mengujungi wisata Kampung Warna Warni, Kampung Biru, Taman Alun Alun Kota, dan wisata kuliner yang bertebaran di sekitar kota Malang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun