Minggu sore itu (22/04/2018), saya berhenti di pojok Hutan Kota Malabar, Malang. Paru-parunya kota seluas 16.718m2 itu terus bekerja memproduksi oksigen. Idealnya, tiap kota punya Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik minimal 20 % dan RTH privat minimal 10 % dari total luas wilayahnya.
Respon Terhadap Gerakan Malang Sejuta Kopi
Untuk mengangkat Kopi Malang Raya, muncul gerakan Malang Sejuta Kopi (MSK), yaitu gerakan bersama masyarakat kopi dari hulu ke hilir, terdiri atas anggota petani kopi, pendamping petani, pemroses kopi, roastery, pemilik kedai, barista, peneliti atau pemerhati kopi dan unsur lainnya.
Nah, di tempat itulah, saya bertemu orang yang dipercaya sebagai manajer Nakam Dulu Resto & Cafe itu. Saya berkesempatan mencicipi Kopi Ibrik, Turkish Style Coffee yang disebut-sebut merupakan yang pertama di Malang.
"Omong-omong, bagaimana respon Nakam Dulu terhadap gerakan Malang Sejuta Kopi?" Tanya saya. Berikut ini jawabnya.
"Gue sampaikan ke ownernya, Pak Koko Hadiono, di Jakarta. Beliau bilang, kita tunggu-tunggu nih event yang seperti ini.... Ya udah, kita ngikut. Dan gak ada jam-jaman. Artinya, jam berapa pun mereka bisa datang ke sini. Terutama pada hari Jumat dan Sabtu, ada yang melebihi dari jatah kopi gratis 20 cup per hari. Ya udah, gak apa-apa, 21 cup itu digratiskan ...".
Kreatif. Tak hanya kopi, Nakam Dulu menawarkan kuliner perpaduan zaman now dan zaman dulu. Ada Nazi Goreng Inlander, Mie Bancaan Dulu, Geprex Chicken Rice, dll. Tersedia pula Kopi Tubruk, V60, dan Kopi Ibrik khas Turkish Style coffee. Harga sengaja didesain everyone can pay, alias ramah di kantong.
Sejarah Nakam Dulu
Nakam Dulu, berdiri sekitar empat bulan lalu, Desember 2017. Tahun Baru 2018 sudah resmi buka. Awalnya, Nakam Dulu menawarkan sajian kopi, plus Grilled Macaroni Chesee. Dua minggu lalu, ada tambahan Asian Food Delight.
Pada 31 Maret-5 April 2018, Nakam Dulu baru saja melaunching 500 ramen gratis. "Ramailah... pada ke sini kalau gratis, hehe", begitu kata Mas Rahman, sembari bercanda ramah.
Menurut pengakuannya, pada saat week end lumayan ramai. Pada saat week day, terutama malam hari, selalu ada saja pelanggan. Pasalnya, banyak tetangga di sini yang membuka guest house. "Kalau malam-malam perlu makanan/minuman ringan, mereka suka ke sini", tambahnya.
Nakam Dulu Resto and Cafe buka setiap hari. Untuk hari Jumat-Sabtu (Week end), buka pukul 11.00 siang hingga 12.00 malam. Sedangkan pada hari Minggu-Kamis (week day), tutup sejam lebih awal, yaitu pukul 11.00 malam.
Nakam Dulu berharap, anak-anak zaman now ramai-ramai datang ke sini bersama komunitas. "Soal harga, kelas mahasiswa masuklah", ujarnya ramah. Ke depan, Nakam Dulu akan menyediakan live music, terutama saat week end. Musiknya akustik, bukan full band. Begitu urai Mas Rahman.
Merasakan Kopi Ibrik, Turkish Style coffee Pertama di Malang
Selain menyediakan Kopi Dampit Premium khas Malangan, Nakam Dulu menawarkan Kopi Ibrik, Turkish Style Coffee. Mau mencoba? Tanya Mas Rahman menawari saya. "Boleh", jawabku singkat.
Tak lama kemudian, dia memanggil karyawati berjilbab untuk membuatkan saya Kopi Ibrik. Saya baru pertama merasakan sajian kopi seduh ala Turki ini.
Usai dipanaskan di atas kompor dengan ukuran tertentu, kopi Ibrik siap saji disuguhkan bersama canting unik itu. Warnanya cokelat keemasan. Kopi canting ini saya tuang ke dalam cangkir keramik pelan-pelan, sedikit-demi sedikit. Saya minum pelan-pelan hingga seluruh saraf lidah merasakannya. Ahh... nikmat!
Cara Membuat Kopi yang Nikmat
Kenikmatan Kopi Ibrik belum habis saya minum, saya diberi kesempatan lagi mencoba kopi V60. Usai kopi dilembutkan dengan mesin, bubuk kopinya diseduh dengan cara disaring menggunakan Paper Filter Hario V60. Kebetulan, saya mendapatkan kopi Arabica jenis Gayo Aceh. Kopi V60, rasanya benar-benar muncul, ada rasa asam-asam sedikit manis, cita rasanya lembut banget.
Pertama, panaskan air hingga masak dengan suhu maksimal 85 derajat Celsius. Jika terlalu panas, kopi seduh bisa gosong dan mempengaruhi rasa. Kedua, sediakan V60 di atas alat penyaringan. Basahi dahulu V60 berbentuk contong itu dengan air panas sebelum bubuk kopi disaring, jeda waktunya sekitar 20 detik.
Ketiga, air panas 85 derajat celsius itu dituangkan pelan-pelan dengan gerakan memutar, biar merata. Kira-kira lamanya 5 menit. Keempat, gunakan V60 yang sudah dibasahi itu sebagai penyaringnya, hanya sekali pakai. Sisa berupa ampas kopi dibuang bersama bekas V60 sebagai bungkusnya di tempat sampah. Terakhir, takaran minuman kopi adalah 100 ml/cup.
Perjalanan kopi itu rumit.Â
Tapi, jika tiap kedai kopi ramai pelanggan, konsumen terpuaskan, petani kopi merasakan manfaatnya, dan permintaan-penawaran kopi terjaga, maka usaha menjadikan Malang sebagai Destinasi Wisata Ngopi di dunia bukan hal yang mustahil. Inilah esensi dari gerakan Malang Sejuta Kopi. Bagaimana pandangan Anda? Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H