Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tiga Pesona "Kota Seribu Sungai"

29 November 2017   09:37 Diperbarui: 29 November 2017   14:39 2796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pasar apung/Dok. Group Komunitas

Hari itu, pesawat Lion Air membawa kami terbang dari Surabaya menuju Banjarmasin untuk melakukan meeting selama dua hari (27-28/11/2017). Ada bagian menarik di sela-sela meeting yang bisa bikin "kangen", yaitu menikmati pesona wisata Banjarmasin ramai-ramai di kota berjuluk "seribu sungai".

Apa saja yang menarik di kota pemilik pemilik Pasar Terapung dan Taman Siring Nol Kilometer ini? Berikut adalah tiga pesona versi saya tentang kota "seribu sungai" itu.

Pertama, Kampung Wisata Air

Awal saya melihat bangunan kampus tempat kami meeting ini biasa-biasa saja, berikutnya kesannya beda. Saya berjalan kaki dari gedung rektorat menuju masjid kampus Abdurrahman Ismail, saya perhatikan banyak area penuh air di kanan-kiri bangunan yang beralamatkan di Jl. A. Yani Km. 4,5, Banjarmasin Timur, Kalimantan Selatan.

Kumpulan air di sekitar bangunan kampus/Dok. Pribadi
Kumpulan air di sekitar bangunan kampus/Dok. Pribadi
Kampus ini akrab dengan air/Dok. Pribadi
Kampus ini akrab dengan air/Dok. Pribadi
Area berair itu bukan kolam ikan, bukan pula sungai. Air itu seolah terjebak di tempatnya dan menjadi bagian hidup sehari-sehari masyarakat Banjar. Airnya terlihat sangat tenang, diam. Terlihat seperti bangunan kampus di kepung air, tapi ramah, tak ada banjir.

Esok harinya, rent car membawa saya dari G'Sign Hotel tempat menginap menuju Pasar Terapung di atas sungai Barito yang sering nongol di layar TV itu. Sayang, saya tiba di tempat ini agak kesiangan, sehingga pasar pagi di atas sungai yang terletak di muara sungai Kuin itu nyaris tutup. Pasalnya, saya bangun agak kesiangan dan ditinggal kawan-kawan, hehe :)

Suasana pasar apung/Dok. Group Komunitas
Suasana pasar apung/Dok. Group Komunitas
Perahu di tepi Soto Banjar Bang Amat, Banau Anyar/Dok. Pribadi
Perahu di tepi Soto Banjar Bang Amat, Banau Anyar/Dok. Pribadi
Namun bersyukur, "Soto Banjar Bang Amat" berhasil kami nikmati bersama di tepi sungai. Atas izin Pak Rani (52), saya berhasil mengambil foto di atas perahunya. Lokasinya persis di tepian warung Soto Banjar yang terkenal itu. Naik perahu dari tempat ini (Banua Anyar) menuju Pasar Terapung, harganya Rp 250 ribu untuk 15 orang, demikian jawabnya saat saya tanyakan harganya.

Jukung (Perahu), transportasi air dari Banau Anyar menuju Pasar Terapung/Dok. Pribadi
Jukung (Perahu), transportasi air dari Banau Anyar menuju Pasar Terapung/Dok. Pribadi
Warung Soto Banjar Bang Amat/Dok. Pribadi
Warung Soto Banjar Bang Amat/Dok. Pribadi
Kedua, Pertokoan Cahaya Bumi Selamat

Usai sarapan Soto Banjar, saya beserta rombongan sengaja menuju Pertokoan Cahaya Bumi Selamat (CBS) Martapura. Tempat berikon "Prasasti Intan" ini menyajikan oleh-oleh seperti aneka benda perhiasan, kerajinan, kain sasirangan, dan produk lain khas Banjar.

Pintu gerbang CBS, Martapura, Banjarmasin/Dok. Pribadi
Pintu gerbang CBS, Martapura, Banjarmasin/Dok. Pribadi
Sejak memasuki pintu awal CBS, para penjaja aneka jenis akik menawarkan barang dagangannya. Mereka mendekati pengunjung yang baru turun dari bus sembari menawarkan barangnya: "seratus ribu 4, ini Rp 50 ribu, yang ini cuma Rp 10 ribu...". Teman saya menyarankan, harus pandai-pandai menawar harga di CBS.

Aneka perhiasan akik di dalam CBS/Dok. Pribadi
Aneka perhiasan akik di dalam CBS/Dok. Pribadi
Sementara itu, guide local tak resmi kami, membisiki saya, "jika beli perhiasan, beli di stand yang bertuliskan "Kalimantan" itu biasanya bagus-bagus...". Namun saya tak tertarik membeli perhiasan akik, saya justru tertarik membeli kain "Sasirangan" di toko "Sahabat" yang kata penjualnya di sini harganya pas. Di toko inilah, kain "Sasirangan" berbahan sutera lembut perlembar dipatok Rp 300 ribu, bahan sutera lainnya Rp 75 ribu, dan bahan katun Rp 115 ribu.

Ketiga, Kota Kuliner Ikan Haruan

Aneka ikan bakar/Dok. Pribadi
Aneka ikan bakar/Dok. Pribadi
Sambal pelengkap ikan bakar/Dok. Pribadi
Sambal pelengkap ikan bakar/Dok. Pribadi
Banjarmasin terkenal dengan kuliner masakan ikan bakar, seperti ikan haruan (ikan gabus), ikan patin, dan entah apalagi nama ikan yang susah saya ingat kembali. Sebagai kota seribu sungai, wajar jika daerah ini banyak menghasilkan ikan haruan. Mungkin di Jawa Timur, ikan gabus bisa ditemui di dekat kawasan hutan Saradan, Ngawi.

Sementara di Banjarmasin, terutama di sepanjang jalan A. Yani sempati menikmati ikan bakar haruan di Rumah Makan (RM) H. Fauzan. Rasanya mantapppsss.... Hehe :) Tak hanya itu, di sepanjang jalan ini banyak penyedia warung khas menu itik aneka rasa.

Catatan Refleksi

Banjarmasin mem-branding dirinya sebagai kota "Seribu Sungai". Ini tentu relevan. Namun di sisi lain, jumlah sungai di Banjarmasin belakangan ini semakin berkurang. Pasalnya, banyak bangunan-bangunan baru yang menghambat lalu lintas perahu yang dahulu kala bisa melewati anak-anak sungai. Sungai-sungai kecil di sekitar perumahan penduduk, konon dahulunya sering digunakan sebagai sarana lalu lintas air hingga menuju ke tengah kota.

Hal itu dikuatkan oleh sang sopir rent car ketika mengantarkan saya saat itu. "Dulu, saya asalnya dari sini...". Sembari menunjukkan lokasinya, ia melanjutkan, "dari sini saya naik perahu, tetapi sekarang tak bisa, karena terhalang oleh bangunan baru, banyak jembatan penghalang..."

Wow... andai Banjarmasin yang kaya sungai bisa membangun kotanya di atas air seperti kota Venesia di Italia, alangkah jauh lebih cantiknya wajah kota Banjarmasin.

Apalagi setiap sungai yang dimilikinya selalu terjaga kebersihan dan kesehatan lingkungannya. Ini akan jadi mutu pembeda masyakarat Banjarmasin.

Btw, mudah-mudahan saya bisa kembali lagi untuk datang ke Banjarmasin suatu ketika. Karena pasar terapung, ikan gabus bakar, dan Sasirangan itu bikin merindu :)

G' Sign Hotel, Banjarmasin                                                                                              

 29 November 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun