Hari itu, pesawat Lion Air membawa kami terbang dari Surabaya menuju Banjarmasin untuk melakukan meeting selama dua hari (27-28/11/2017). Ada bagian menarik di sela-sela meeting yang bisa bikin "kangen", yaitu menikmati pesona wisata Banjarmasin ramai-ramai di kota berjuluk "seribu sungai".
Apa saja yang menarik di kota pemilik pemilik Pasar Terapung dan Taman Siring Nol Kilometer ini? Berikut adalah tiga pesona versi saya tentang kota "seribu sungai" itu.
Pertama, Kampung Wisata Air
Awal saya melihat bangunan kampus tempat kami meeting ini biasa-biasa saja, berikutnya kesannya beda. Saya berjalan kaki dari gedung rektorat menuju masjid kampus Abdurrahman Ismail, saya perhatikan banyak area penuh air di kanan-kiri bangunan yang beralamatkan di Jl. A. Yani Km. 4,5, Banjarmasin Timur, Kalimantan Selatan.
Esok harinya, rent car membawa saya dari G'Sign Hotel tempat menginap menuju Pasar Terapung di atas sungai Barito yang sering nongol di layar TV itu. Sayang, saya tiba di tempat ini agak kesiangan, sehingga pasar pagi di atas sungai yang terletak di muara sungai Kuin itu nyaris tutup. Pasalnya, saya bangun agak kesiangan dan ditinggal kawan-kawan, hehe :)
Usai sarapan Soto Banjar, saya beserta rombongan sengaja menuju Pertokoan Cahaya Bumi Selamat (CBS) Martapura. Tempat berikon "Prasasti Intan" ini menyajikan oleh-oleh seperti aneka benda perhiasan, kerajinan, kain sasirangan, dan produk lain khas Banjar.
Ketiga, Kota Kuliner Ikan Haruan
Sementara di Banjarmasin, terutama di sepanjang jalan A. Yani sempati menikmati ikan bakar haruan di Rumah Makan (RM) H. Fauzan. Rasanya mantapppsss.... Hehe :) Tak hanya itu, di sepanjang jalan ini banyak penyedia warung khas menu itik aneka rasa.
Catatan Refleksi
Banjarmasin mem-branding dirinya sebagai kota "Seribu Sungai". Ini tentu relevan. Namun di sisi lain, jumlah sungai di Banjarmasin belakangan ini semakin berkurang. Pasalnya, banyak bangunan-bangunan baru yang menghambat lalu lintas perahu yang dahulu kala bisa melewati anak-anak sungai. Sungai-sungai kecil di sekitar perumahan penduduk, konon dahulunya sering digunakan sebagai sarana lalu lintas air hingga menuju ke tengah kota.
Hal itu dikuatkan oleh sang sopir rent car ketika mengantarkan saya saat itu. "Dulu, saya asalnya dari sini...". Sembari menunjukkan lokasinya, ia melanjutkan, "dari sini saya naik perahu, tetapi sekarang tak bisa, karena terhalang oleh bangunan baru, banyak jembatan penghalang..."
Wow... andai Banjarmasin yang kaya sungai bisa membangun kotanya di atas air seperti kota Venesia di Italia, alangkah jauh lebih cantiknya wajah kota Banjarmasin.
Apalagi setiap sungai yang dimilikinya selalu terjaga kebersihan dan kesehatan lingkungannya. Ini akan jadi mutu pembeda masyakarat Banjarmasin.
Btw, mudah-mudahan saya bisa kembali lagi untuk datang ke Banjarmasin suatu ketika. Karena pasar terapung, ikan gabus bakar, dan Sasirangan itu bikin merindu :)
G' Sign Hotel, Banjarmasin                                               Â
 29 November 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H