Sore itu (Senin, 12/6/2017) kami mengujungi sebuah panti jompo untuk para lansia (lanjut usia). Namanya “Pondok Lansia Al-Ishlah”. Alamatnya di Jl. Lasda Adisucipto Gg. 22/A No. 30 Kota Malang. Lokasinya tak jauh dari perempatan Blimbing, jalur menuju Bandara Abdurrahman Saleh, Malang.
Kami berkunjung bersama komunitas penulis Kompasiana Malang, Bolang. Tiba di lokasi jelang maghrib. Kami diterima oleh Pak Nur, pengurus Yayasan Al-Ishlah Malang. “Yayasan ini pertama kali didirikan oleh Bapak Moch. Aidi dan isterinya Hj. Siti Rodiyah. Kini keduanya sudah tiada”, tutur Pak Nur, sambil menujukkan kedua foto itu di sudut ruang kantor.
Yayasan berakte notaris No. 13/1989 ini mengelola panti asuhan anak yatim piatu putri (1989), yatim piatu putra (1997) dan Pondok Lansia khusus perempuan (2010). Pondok Lansia Al-Ishlah dibuka sejak tahun 2010, demikian menurut cerita Pak Nur. Tepatnya, Pondok Lansia ini beroperasi setelah diresmikan oleh Wagub Jatim, Saifullah Yusuf, pada tanggal 21 Desember 2009.
Usai "Buka Bersama" (Bukber) di Pondok Lansia dan shalat berjama’ah, kami dipersilahkan oleh Pak Nur untuk mengelilingi Pondok Lansia. Tampak deretan kamar-kamar lansia saling berhadapan, berdiri berjajar mirip rumah kos-kosan atau apartemen satu lantai. Terkesan cukup terawat, tampak bersih dan rapi.
Selain bertemu Pak Nur, kami sempat berbincang-bincang dengan salah seorang perawat yang selama 24 jam berada di Pondok Lansia. “Harap maklum. Mbah-mbah itu tingkahnya kadang seperti anak kecil, bahkan lebih dari itu”, demikian tutur sang perawat.
Perawat yang satu ini, tinggal bersama suami dan anak-anaknya di Pondok Lansia. Ia dibantu tiga perawat lainnya. “Tiga perawat tersebut sudah pulang. Nanti sekitar jam 03.00 dini hari mereka kembali ke sini, untuk menyiapkan makanan (sahur) bagi lansia”, demikian tambahnya.
Untuk melayani kebutuhan sehari-hari para lansia, para perawat tersebut dibantu dua petugas pria, terutama untuk menjaga kebersihan Pondok Lansia seluas 745 m2. Tempat ini dilengkapi ruang kantor, mushalla, dapur, kamar perawat, dan halaman parkir.
Dari kapasitas 28 lansia yang tersedia, saat ini dihuni oleh 12 mbah-mbah. Rata-rata usia mereka di atas 60 tahun, kecuali hanya ada 1 orang asal Singosari yang masih berusia 55 tahun. Para lansia itu mayoritas berasal dari Malang. Sebagian lainnya ada yang berasal Madura, Bandung, dll.
*****
Seiring dengan bertambahnya usia, umumnya lansia rentan terhadap beragam penyakit degenerative. Di antara mereka ada yang menderita hipertensi, stroke, diabetes, dan osteoporosis. Namun ada seorang yang tampak segar bugar. Mbah yang satu ini, sambil ngobrol menyodorkan sebuah album foto kepada kami. Foto-foto itu ditempelkan di sebuah buku resep masakan. Kreatif Mbah, salut!
Mbah, sampun yuswo pinten (Mbah, sudah usia berapa?), tanyaku pada salah seorang lansia di kamarnya. “Aku lali, lali tenan, gak eruh piro yo umurku” (Saya lupa, sungguh lupa, tidak tahu berapa ya umur saya), jawabnya lugas sambil tertawa.
Begitulah, seiring dengan bertambahnya usia manusia, fungsi-fungsi tubuhnya cenderung menurun, bukan? Ini juga gambaran kita.
Di balik kerutan wajahnya yang kian tampak jelas, sesekali senyum sumringah mengembang dari ujung bibirnya. Mereka cukup bersahabat. Tawa kecil pun keluar di sela-sela giginya yang sebagian besar sudah tanggal. Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam kamar, bersama 2-3 lansia yang sekamar dengannya.
Mbah-mbah itu seolah pasrah menikmati hari tuanya di panti jompo, sambil sesekali berharap mereka dikunjungi oleh anggota keluarganya 1-2 dua kali dalam sebulan. Karena alasan sibuk atau tak mampu merawatnya di rumah, pihak keluarga lansia menitipkan mereka ke panti jompo. Hormat kami kepada mereka. Sekaligus trenyuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H