Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Merangkai Kisah Manis ICD Hingga ke Tebing Breksi

17 Mei 2017   09:13 Diperbarui: 17 Mei 2017   11:20 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mr. Andy Budiman, CEO Group of Media Kompas/Dok. Pribadi

Tiket kereta api sudah di tangan, tapi tubuh kami masih berada di Tebing Breksi saat petang hari. Padahal, pukul 20.45 Wib kereta api harus sudah membawa pergi kami ke Malang. Sementara itu, untuk mendapatkan sinyal di tempat ini guna memesan taksi, tak semudah saat berada di daerah perkotaan.

Namun, seolah keberkahan menyelimuti kami di hari-hari itu. Taksi pun akhirnya datang membawa kami menuju stasiun Tugu, Jogja. Rasa lapar begitu terasa. Namun waktu cukup mepet. Namun kami bersyukur, meskipun agak terburu-buru, kami bertiga masih sempat mencicipi warung angkringan di depan stasiun Jogja yang melegenda itu.

ICD Joga, Akhir Yang Terbuka

Itulah secuil kisah mengukir cerita bermakna selama mengikuti ICD Jogja. Meski berakhir, tapi akhir yang terbuka. Never ending, Jogja.

Merasakan sensasi di bawah Tebing Breksi/Dok. Pribadi
Merasakan sensasi di bawah Tebing Breksi/Dok. Pribadi
Terima kasih Tuhan, izikan saya menyebut asmaMu sekali lagi. Nikmat mana lagi yang patut kami dustakan? Pasalnya, hari-hari itu, saya dan kawan-kawan Bolang merasakan sesuatu yang berbeda dari biasanya.

Foto bersama usai mendapatkan award Bolang/Dok. Group Bolang
Foto bersama usai mendapatkan award Bolang/Dok. Group Bolang
Izinkan benda transparan dengan ujung lancip bertuliskan, Best Community Movement itu menjadi benda kecil bersejarah sebagai penanda atas perjuangan kami selama lebih kurang 1,5 tahun mewujudkan filosofi sederha, Dolan Tapi Ora Dolanan. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun