Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Merangkai Kisah Manis ICD Hingga ke Tebing Breksi

17 Mei 2017   09:13 Diperbarui: 17 Mei 2017   11:20 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian depan Watung Bakmi Mbah Gito/Dok. Pribadi

Mr. Andy Budiman, CEO Group of Media Kompas/Dok. Pribadi
Mr. Andy Budiman, CEO Group of Media Kompas/Dok. Pribadi
Kejutan itu akan menjadi bagian indah dari kisah  kami menghadiri ICD bersama Bolang di Pasar Ngasem. Menariknya, pasar bekas danau ini konon sudah ada sejak tahun 1809, kemudian berubah menjadi perkampungan dan pasar burung, sebelum beralih fungsi menjadi Plaza Pasar Ngasem seperti sekarang ini.

Kejutan Berlanjut ke Gubuk Reot: Bakmi Jowo Mbah Gito

Sepulang dari acara ICD dari Pasar Ngasem, kami bergegas  menuju penginapan HOZ dan tiba tepat pukul 22.45 Wib, beberapa menit sebelum penginapan ala backpakeran itu tutup pada pukul  23.00 Wib. Esoknya, atas rekomendasi pemandu lokal, kami menuju Warung Bakmi Jowo Mbah Gito. Alamatnya berada di Jl. Nyi Ageng Nis No. 9 Rejowinangun Kota Gede Jogja.

Kandang Reot Mbah Gito/Dok. Pribadi
Kandang Reot Mbah Gito/Dok. Pribadi
Bakmi Jowo Mbah Gito/Dok. Pribadi
Bakmi Jowo Mbah Gito/Dok. Pribadi
Kedainya terbuat dari kayu-kayu lawas,bekas pohon yang sudah mati dan mengering. Tiang-tiang kayu di warung itu diukir, beberapa diantaraya bermotif wajah orang. Terdapat bagian ruangan yang bernama “gubuk reot”. Unik!

Gubuk Reot Mbah Gito/Dok. Pribadi
Gubuk Reot Mbah Gito/Dok. Pribadi
Tulisan Jawa mengandung pesan-pesan kearifan lokal bertebaran di warungnya, misalnya peribaha Jawa berbunyi Rukun Agawe Santosa, Crah Agawe Bubrah, yang berarti “rukun menjadikan hidup sentosa, bertengkar membuat hidup jadi rusak”.

Bagian depan Watung Bakmi Mbah Gito/Dok. Pribadi
Bagian depan Watung Bakmi Mbah Gito/Dok. Pribadi
Selain tempatnya unik, masakan Bak Mienya juga lumayan sedaaaap! Ada menu rebus mi campur, goreng mi kuning, rebus capcay, goreng Mi Bihun, nasi goreng, dan lain-lain. Hemm… kisah manis ICD seakan ikut larut bersama Bakmi di gubuk reot Mbah Gito, hehe :)

Salah satu menu di Warung Bakmi Mbah Gito/Dok. Pribadi
Salah satu menu di Warung Bakmi Mbah Gito/Dok. Pribadi
Memburu Sunset Hingga ke Tebing Breksi

Kejutan tak berhenti sampai di situ. Sebelum perjalanan balik ke Malang, kami masih sempat memburu sunset di Tebing Breksi. Lokasinya berada dibalik Candi Prambanan, tepatnya di desa Sambirejo, Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tebing Breksi, Prambanan/Dok. Pribadi
Tebing Breksi, Prambanan/Dok. Pribadi
Serunya ICD, ikut terbawa hingga ke tebing tinggi bekas area tambang itu. Destinasi wisata ini relatif baru, menyajikan view tebing tinggi. Sebagian dindingnya berukir gambar wayang. Tempat ini juga cocok untuk berfoto-foto.

Sisi pinggir Tebing Breksi jelang senja/Dok. Pribadi
Sisi pinggir Tebing Breksi jelang senja/Dok. Pribadi
Suasana menjadi spesial kala itu, karena kami berkesempatan mendapatkan sunset sebelum sang mentari bersembunyi di balik peraduannya.

Memburu Sunset di Tebing Breksi/Dok. Pribadi
Memburu Sunset di Tebing Breksi/Dok. Pribadi
Detik-detik Mendebarkan Sebelum Pulang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun