Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kekuatan Pasar Rakyat di Tiga Kota Wisata

14 Januari 2017   17:48 Diperbarui: 22 Januari 2017   08:57 1609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Running Teks di Pintu Utama Pasar Oro Oro Dowo/Dok. Pribadi

Program revitalisasi pasar rakyat terus digulirkan, mengapa? Karena pasar rakyat jamak terkesan kumuh, becek, dan tak nyaman sebagai tempat berbelanja. Akibatnya, konsumen lebih suka berbelanja ke pasar modern. Padahal, pasar rakyat berperan sebagai simpul kekuatan ekonomi lokal.

Ke depan, pasar rakyat perlu didorong agar mampu memenuhi persyaratan umum, teknis dan manajemen “pasar rakyat” sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 8152:2015. Misalnya, akses bongkar muat barang tidak mengganggu lalu lintas; tersedia akses bagi penyandang disabilitas, lansia, dan ibu menyusui.

Pintu Utama Pasar Oro Oro Dowo/Dok. Pribadi
Pintu Utama Pasar Oro Oro Dowo/Dok. Pribadi
Uniknya, UU Perdagangan No. 7/2014, mengganti nama “pasar tradisional” menjadi “pasar rakyat”. Ditegaskan dalam SNI 8152:2015, pasar rakyat adalah“pasar dengan lokasi tetap yang berupa toko, kios, los, dan bentuk lainnya dengan pengelolaan tertentu yang menjadi tempat jual beli dengan proses tawar menawar”, (BSN, 2015).

Mari kita kenali kekuatan pasar rakyat di tiga kota wisata berikut ini untuk menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap esensi Pasar Rakyat, sekaligus menimbang urgensi Hari Pasar Rakyat Nasional.

Keunikan Pasar Ubud, Bali

Pasar Ubud, pernah saya nikmati saat “Trip ke Bali” bersama Kompasiana. Selagi pagi pada November 2015 kala itu, kami menuju pasar Ubud. Lokasinya dekat Puri Ubud, tak seberapa jauh dari tempat kami menginap di Hotel DaLa Spa Alaya Resort, Jl. Hanoman, Ubud.

Pagi Hari di Pasar Ubud, Bali/Dok. Pribadi
Pagi Hari di Pasar Ubud, Bali/Dok. Pribadi
Hotel itu perlu saya sebut, karena memiliki hubungan menarik antara “Restoran Petani” dan “DaLa Spa Alaya Resort” yang dikelola hotel itu. Pasalnya,  kebutuhan sehari-hari hotel terutama sayur mayur, rempah-rempah, sabun, dan samphoo, bahan bakunya berasal dari petani lokal.

Restoran
Restoran
Bahkan dinding kamar hotel itu, berhiaskan gambar petani memikul sayur. Menarik, karena tercipta pertukaran antara pengelola hotel dengan petani. Muncul nilai ekonomi dan sosial budaya yang saling memberi manfaat. Hemat saya, esensi program revitalisasi pasar diharapkan mampu menciptakan situasi semacam ini.

Sebuah Kamar di Hotel Alaya Resort, Ubud/Dok. Pribadi
Sebuah Kamar di Hotel Alaya Resort, Ubud/Dok. Pribadi
Nah, bagaimana dengan pasar rakyat Ubud? Kala itu, kami menikmati Pasar Ubud dengan berjalan kaki selagi pagi. Begitu tiba di Pasar Ubud, tampak kerumunan orang sedang berbelanja kebutuhan sehari-hari. Situasi kerumunan itu, layaknya “Pasar Krempyeng” atau “Pasar Tumpah” di Jawa Timur.

Suasana Pasar Ubud di Pagi Hari/Dok. Pribadi
Suasana Pasar Ubud di Pagi Hari/Dok. Pribadi
Ibu Penjual Sayuran di Pasar Ubud/Dok. Pribadi
Ibu Penjual Sayuran di Pasar Ubud/Dok. Pribadi
Aneka sayuran di Pasar Ubud/Dok. Pribadi
Aneka sayuran di Pasar Ubud/Dok. Pribadi
Aneka sayuran, buah, bunga, jajanan pasar, dan upakara seperti canang sari menghiasi lapak-lapak di pelataran pasar. Lapak-lapak itu bersifat temporer. Tidak ada daftar harga. Transaksi berlangsung melalui proses tawar menawar khas pasar rakyat.

Kenangan di Pasar Ubud, Bali/Dok. Pribadi
Kenangan di Pasar Ubud, Bali/Dok. Pribadi
Uniknya, sepeda-sepeda motor berjajar di pinggir jalan tanpa penjagaan. Situasi ini berada di dekat lapak penjual makanan pinggir jalan, Ubud. “Bu, siapa yang menjaga parkir ini?”, Tanya saya pada seorang ibu penjaja makanan bubur. “Tidak ada”, jawabnya singkat.

Ibu Penjual Makanan di Pinggir Jalan, Ubud/Dok. Pribadi
Ibu Penjual Makanan di Pinggir Jalan, Ubud/Dok. Pribadi
“Nah, kalau ada yang hilang bagaimana?”, tanyaku menyelidik. Di luar dugaan, dia menjawab, “Kalau hilang, sejak dulu tak ada yang menaruh motornya di situ”.

Saya hanya bisa manggut-manggut. Pikirku, Bali aman dari pencurian bukanlah isapan jempol belaka. Entah bagaimana situasinya saat ini.

Keunikan lainnya, pasar itu ditempati oleh para pedagang secara bergantian. Di waktu pagi, pedagang kecil membuka lapak-lapaknya di pelataran Pasar Ubud. Sementara kios-kios permanen di lantai dua, baru buka usai pedagang temporer menutup lapak-lapaknya, sekira pukul 09.00-an ke atas. Aktivitas pasar berhenti kala jelang senja tiba.

Barang Kebutuhan Sehari-hari di Pasar Ubud/Dok. Pribadi
Barang Kebutuhan Sehari-hari di Pasar Ubud/Dok. Pribadi
Aneka Bunga Dijual di Pasar Ubud/Dok. Pribadi
Aneka Bunga Dijual di Pasar Ubud/Dok. Pribadi
Kawasan Ubud, pada malam hari seolah sengaja dikondisikan berasa suwung (hening). Dalam suasana seperti itu, acapkali diisi dengan pementasan seni, seperti pertunjukan tari di Puri Ubud.

Hemat saya, Pasar Ubud populer lewat wisatawan hingga ke mancanegara bukan karena kemodernannya, tetapi karena keunikannya sebagai “Pasar Tradisional”. Ia hadir sebagai bagian dari kekayaan produk wisata budaya Bali, sehingga para wisatawan tertarik untuk mengunjunginya.

Seolah berlaku sebuah pameo, “Jika Anda ingin menikmati Bali yang sebenarnya, setidaknya sempatkan menginap sehari lagi untuk menikmati kawasan wisata Ubud, di mana Pasar Ubud menjadi bagian menarik dari sebuah perjalanan wisata”.

Keunikan Pasar Beringinharjo, Yogyakarta

Pasar Beringinharjo yang berdiri sejak tahun 1758 ini, ibarat surganya belanja di Yogyakarta. Pasar ini dikenal sebagai pasar rakyat penyedia bahan-bahan kain dan pakaian batik dengan harga relatif “miring”.

Pasar Beringinharjo Yogyakarta/Dok. Pribadi
Pasar Beringinharjo Yogyakarta/Dok. Pribadi
Pasar ini, juga menyediakan aneka macam souvenir, barang antik, olahan minuman herbal, dan kuliner bercita rasa khas Yogyakarta.

Lokasi pasarnya strategis, dekat dengan kawasan Maliboro dan Keraton Yogyakarta, ikon wisata budaya Yogya yang sangat popular.

Bangunan pasar Beringinharjo relatif luas. Tersedia area parkir, kios-kios dan los-los yang berderet-deret. Zonasi dan aksesibiltas jalur masuk cukup memudahkan konsumen mencari barang yang diinginkan.

Namun konsumen harus pandai-pandai menawar harga di pasar yang satu ini. Hal itu diperkuat oleh pemilik kedai di dekat penginapan kami yang mengaku penduduk asli Yogyakarta dan sudah lama tinggal di sini. Kebetulan, saat itu kami sedang berlibur akhir Desember 2016.

“Pak, bagaimana triknya agar mendapatkan kain batik yang murah di Pasar Beringinharjo?”, tanyaku.

“Apa Anda pergi berombongan?”, dia balik bertanya. “Ya”, jawabku. Pria paruh baya itu kemudian memberikan tips sebagai berikut:

“Jika Anda pergi ke pasar berombongan, sebaiknya jangan masuk secara bersamaan. Seorang saja yang masuk terlebih dahulu, kemudian diikuti yang lain jika sudah mendapatkan informasi yang jelas. Lebih amannya, cari kios yang menjual barang grosir, bukan pedagang kaki lima”.

Sungguhpun demikian, Pasar Beringinharjo tetap menjadi salah satu alternatif tempat berbelanja yang menarik. Apalagi, diimbangi dengan seruan edukasi hemat berbelanja seperti yang tertulis di spanduk pasar. Kira-kira bunyinya demikian, “Berbelanjalah hanya sesuai kebutuhan!”.

Pasar Oro Oro Dowo, Kota Malang

Usai direvitalisasi, Pasar Oro-Oro Dowo peninggalan Belanda ini makin kinclong, nyaman, dan berkesan modern. Lokasinya berada di Jl. Guntur No. 20, Kelurahan Oro Oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur.

Bagian Depan Menuju Pintu Utama Pasar Oro Oro Dowo/Dok. Pribadi
Bagian Depan Menuju Pintu Utama Pasar Oro Oro Dowo/Dok. Pribadi
Running Teks di Pintu Utama Pasar Oro Oro Dowo/Dok. Pribadi
Running Teks di Pintu Utama Pasar Oro Oro Dowo/Dok. Pribadi
Pasar Rakyat ini dilengkapi dengan troli layaknya pasar swalayan. Tak hanya itu, tersedia ruang laktasi bagi ibu-ibu menyusui. Begitu setidaknya kesan saya saat melihat dari dekat pada Sabtu (14/1/2017).

“Selamat Datang di Pasar Rakyat Oro-Oro Dowo”, running teks itu terbaca jelas saat saya memasuki pintu utama Pasar Rakyat ini. Silih berganti, layar running teks itu menampilkan kalimat edukasi, “Jagalah Kebersihan, Ketertiban dan Kenyamanan Pengunjung”.

Dari dekat, tampak jelas deretan los memanjang dan bersekat sesuai zonanya. Sementara di sekelilingnya, berdiri kios-kios. Tiap los dan kios, dipasang papan penanda berdasarkan zonasi barang. Misalnya, ada papan penanda “Sayur Bu Wiji”, “Polo Pendem Mbak Ririn”, “Buah Mbak Lia”, “Daging Sapi Segar Hj. Sofiyah”, “Mbak Ami Daging”, dan lain sebagainya.

Suasana Pasar Oro Oro Dowo, Malang/Dok. Pribadi
Suasana Pasar Oro Oro Dowo, Malang/Dok. Pribadi
Zona Daging Segar,
Zona Daging Segar,
Pasar ini juga menyediakan area kuliner seperti kios “Pangsit Mie Ayam Arema Classic”, “Kuitiaw Goreng”, “Bubur Ayam Hongkong”, “Bakpao Medan”, dan jajan pasar lainnya.

Desain bangunanya yang tinggi dan sirkulasi udaranya yang segar, membuat suasana pasar tidak pengap. Pasar Rakyat yang telah diresmikan sejak April 2016 lalu itu, dilengkapi dengan toilet dan mushalla. Di sekitarnya, tumbuh aneka tanaman menghijau, sehingga berasa sejuk dan segar.

Toilet di Pasar Oro Oro Dowo/Dok. Pribadi
Toilet di Pasar Oro Oro Dowo/Dok. Pribadi
Mushalla di Pasar Oro Oro Dowo/Dok. Pribadi
Mushalla di Pasar Oro Oro Dowo/Dok. Pribadi
Bagi ibu-ibu menyusui, tak harus merasa malu saat harus memberikan Air Susu Ibu (ASI) di Pasar Rakyat, karena tersedia ruang laktasi bercat hijau yang nyaman dan pintunya selalu terbuka.

Ruang Laktasi Untuk Ibu Menyusui/Dok. Pribadi
Ruang Laktasi Untuk Ibu Menyusui/Dok. Pribadi
Lokasi pasar cukup strategis dan tampak asri, karena bersebelahan dengan Hutan Kota Malabar. Nah, di bagian ini, terdapat “Pintu Barat” yang menghubungkan Pasar oro Dowo dengan area parkir dan hutan tengah kota itu.

Akses
Akses
Pasar Rakyat ini mudah diakses dan dekat pusat kota, seperti Balaikota Malang, Stadion Gajayana, Simpang Balapan Jl. Ijen, Stasiun Kota, Taman Merbabu dan Hotel the Graha Cakra serta banyak penginapan lain yang bertebaran di dekat kawasan ini.

Hutan Kota Malabar, Bersebelahan dengan Pasar Oro Oro Dowo/Dok. Pribadi
Hutan Kota Malabar, Bersebelahan dengan Pasar Oro Oro Dowo/Dok. Pribadi
Meski berukuran relatif kecil dibandingkan pasar sejenis di Kota Malang seperti Pasar Besar, Pasar Gadang, Pasar Blimbing, dan Pasar Dinoyo, namun Pasar Rakyat “Oro Oro Dowo” berkesan lebih bersih dan nyaman, sehingga layak menjadi bagian penting dari contoh pengembangan Pasar Rakyat secara nasional.

Refleksi: Esensi Revitalisasi Pasar Rakyat

Harap dimaklumi, apabila sebagian besar pasar tradisional di Indonesia masih terkesan kumuh dan kurang nyaman. Maka wajar, jika pasar rakyat kalah bersaing dengan pasar modern. Saya kira, cukup mudah mencari contoh bagaimana gambaran pasar rakyat semacam ini.

Pasar Oro Oro Dowo Dilengkapi Pengeras Suara Mini/Dok. Pribadi
Pasar Oro Oro Dowo Dilengkapi Pengeras Suara Mini/Dok. Pribadi
Data menunjukkan, sementara ini ada tiga pasar yang telah memenuhi Pasar Rakyat ber-SNI, yakni Pasar Manggis, Pasar Pondok Indah, dan Pasar Cibubur (Antarajatim.com, 21/11/2016). Maka gerakan untuk menjadikan pasar-pasar rakyat sebagai kebanggaan dan simpul kekuatan ekonomi lokal patut diapresiasi.

Bukan perubahan nama “Pasar Tradisional” menjadi “Pasar Rakyat” atau penetapan “Hari Pasar Rakyat Nasional” yang lebih urgen, tapi esensinya adalah mendorong pasar rakyat sebagai penggerak ekonomi daerah, mampu bersaing dengan pasar modern, akses yang lebih ramah terhadap semua, serta manajemen pasar yang menghargai aspek fisik, sosial budaya, dan kearifan lokal. Bagaimana pandangan Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun