Namun konsumen harus pandai-pandai menawar harga di pasar yang satu ini. Hal itu diperkuat oleh pemilik kedai di dekat penginapan kami yang mengaku penduduk asli Yogyakarta dan sudah lama tinggal di sini. Kebetulan, saat itu kami sedang berlibur akhir Desember 2016.
“Pak, bagaimana triknya agar mendapatkan kain batik yang murah di Pasar Beringinharjo?”, tanyaku.
“Apa Anda pergi berombongan?”, dia balik bertanya. “Ya”, jawabku. Pria paruh baya itu kemudian memberikan tips sebagai berikut:
“Jika Anda pergi ke pasar berombongan, sebaiknya jangan masuk secara bersamaan. Seorang saja yang masuk terlebih dahulu, kemudian diikuti yang lain jika sudah mendapatkan informasi yang jelas. Lebih amannya, cari kios yang menjual barang grosir, bukan pedagang kaki lima”.
Sungguhpun demikian, Pasar Beringinharjo tetap menjadi salah satu alternatif tempat berbelanja yang menarik. Apalagi, diimbangi dengan seruan edukasi hemat berbelanja seperti yang tertulis di spanduk pasar. Kira-kira bunyinya demikian, “Berbelanjalah hanya sesuai kebutuhan!”.
Pasar Oro Oro Dowo, Kota Malang
Usai direvitalisasi, Pasar Oro-Oro Dowo peninggalan Belanda ini makin kinclong, nyaman, dan berkesan modern. Lokasinya berada di Jl. Guntur No. 20, Kelurahan Oro Oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur.
“Selamat Datang di Pasar Rakyat Oro-Oro Dowo”, running teks itu terbaca jelas saat saya memasuki pintu utama Pasar Rakyat ini. Silih berganti, layar running teks itu menampilkan kalimat edukasi, “Jagalah Kebersihan, Ketertiban dan Kenyamanan Pengunjung”.
Dari dekat, tampak jelas deretan los memanjang dan bersekat sesuai zonanya. Sementara di sekelilingnya, berdiri kios-kios. Tiap los dan kios, dipasang papan penanda berdasarkan zonasi barang. Misalnya, ada papan penanda “Sayur Bu Wiji”, “Polo Pendem Mbak Ririn”, “Buah Mbak Lia”, “Daging Sapi Segar Hj. Sofiyah”, “Mbak Ami Daging”, dan lain sebagainya.