Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Dari Biara di Atas Bukit, Memburu Sunset Parangritis

21 Desember 2016   15:25 Diperbarui: 22 Desember 2016   14:22 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdapat sebuah bangunan dengan halaman seluas sekira setengah lapangan sepakbola. Tumbuh di lahan itu rumput taman dan aneka pepohonan rindang. Kami berteduh di sini.

Hampir 2,5 jam berlalu kami mengelilingi kawasan Candi Borobudur. Sesat sebelum keluar lokasi, kami memasuki ruang Museum Kapal. Di dalamnya, berdiri replika kapal besar, lengkap dengan tangga dan tali-temalinya. Kapal ini dihiasi dengan lampu berwarna biru, seolah seperti semburan ombak air laut yang memancar dari bawah lantai.

Museum Kapal di Candi Borobudur/Dok. Pribadi
Museum Kapal di Candi Borobudur/Dok. Pribadi
Replika kapal tampak dari samping/Dok. Pribadi
Replika kapal tampak dari samping/Dok. Pribadi
Terlihat bangunannya masih baru. Di depan pintu masuk museum, disiapkan buku tamu dengan dua bolpoin. Saya berniat mengisinya, tapi tak jadi saya lanjutkan. Pasalnya, tinta kedua bolpoin itu ternyata habis. Harap maklum, pembaca…!

Dari Puncak Borobudur Menuju Parangtritis

Turun dari puncak stupa Candi Borobudur dan museum kapal, rombongan menikmati makan siang yang agak telat di sebuah restoran. Sasaran berikutnya adalah memburu pesona pantai Parangtritis yang sarat legenda. Waktu tersisa memburu sunset tinggal beberapa menit lagi.  

Pantai Parangtritis sesaat sebelu mentari terbenam/Dok. Pribadi
Pantai Parangtritis sesaat sebelu mentari terbenam/Dok. Pribadi
Tiba di pantai Parangtritis sekira pukl 16.15-an WIB. Pesonanya seperti melekat pada namanya, “Parangtritis” berarti air menetes dari balik batu tebing. Konon, dahulu kala tempat ini merupakan tempat pertapaan dan menyimpan misteri penguasa kerajaan Mataram dengan penguasa Laut Selatan.

Pesona Pantai Parangtritis/Dok. Pribadi
Pesona Pantai Parangtritis/Dok. Pribadi
Bendi di Tepi Pantai Parangtritis/Dok. Pribadi
Bendi di Tepi Pantai Parangtritis/Dok. Pribadi
Kami tiba di lokasi saat hari mendekati senja. Lampu-pampu pasar rakyat tepat di depan pintu masuk, mulai menyala.

Tampak bendi bendi berada di tepi pantai. Kendaraan wisata roda itu ditarik kuda. Sesaat sebelum kembali ke kandangnya, mereka beraksi di atas hamparan pasir sambil menikmati indahnya deburan ombak dan pesona sunset.

Pasar Souvenir Tepi Pantai Parangtritis/Dok. Pribadi
Pasar Souvenir Tepi Pantai Parangtritis/Dok. Pribadi
Kuda tunggang melintas di depan pasar Parangtritis/Dok. Pribadi
Kuda tunggang melintas di depan pasar Parangtritis/Dok. Pribadi
Harga bendi untuk sekali putaran dipatok Rp 30 ribu, dan Rp 100 ribu untuk paket keliling lengkap ke empat lokasi seperti tertera di papan promosi. Tak hanya bendi. Wisata Prangtritis menyediakan kuda tunggangan dan kendaraan wisata bermotor yang disebut All Terrain Vechile (ATV).

Pos kendaraan wisata bermotor Parangtritis/Dok. Pribadi
Pos kendaraan wisata bermotor Parangtritis/Dok. Pribadi
Sayang, kami tiba di sana lebih lambat dari rencana. Namun, rona merah jingga sang mentari masih dapat kami nikmati, sesaat sebelum ia menghilang dari pandangan mata.

Sunset di Parangtritis/Dok. Pribadi
Sunset di Parangtritis/Dok. Pribadi
Jepret! Indahnya sunset berlatar belakang pantai, kerumunan orang, dan bendi berpindah tangan. Demikian juga kerumunan ATV, kuda tunggangan dan aktivitas pasar sempat saya abadikan melalui kamera smart phone.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun