Rakyat Indonesia tentu tidak terima, maka tumbuhlah pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana-mana. Arek Arek Surabaya yang terkenal dengan semboyannya Rawe Rawe Rantas Malang Malang Putung, bertempur habis-habisan melawan penjajah.Peribahasa Jawa itu artinya “kabeh sing ngalang-ngalangi disingkirake”, artinya “setiap penghalang akan disingkirkan”, tidak peduli seberapa berat penghalang tersebut.
Peristiwa itu bermula setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby. Mayor Jenderal Robert Mansergh sebagai penggantinya, mengeluarkan ultimatum bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 Wib tanggal 10 November 1945.
Ultimatum tersebut dijawab oleh Bung Tomo dan kawan-kawan seperti dalam petikan pidatonya di link ini.
Sebelumnya, Arek Arek Suroboyo terlibat dalam insiden penurunan bendera Merah Putih Biru yang dikibarkan oleh sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman. Peristiwa itu terjadi pada malam hari tanggal 18 September1945 di tiang paling tas Yamato Hoteru (Hotel Yamato) bernama Oranje Hotel.
Keesokan harinya, Arek Arek Suroboyo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya ke puncak tiang bendera kembali sebagai bendera Merah Putih. Hotel itu sekarang bernama Hotel Majapahit, berada di Jl. Tunjungan No. 65 Surabaya. Serangkaian konflik terus berlanjut pasca insiden yang memakan korban dari ekdua belah pihak, hingga memuncak pada 10 November 1945.
Peristiwa 10 November 1945 melibatkan Rakyat Indonesia, terutama masyarakat sekitar Surabaya yang dikenal dengan julukan Arek Arek Suroboyo.Tak terkecuali, masyarakat dari kalangan pesantren dengan fatwa Resolusi Jihadnya.
Sayang, dalam pelajaran sejarah perjuangan Indonesia di sekolah-sekolah, tidak muncul sejarah Resolusi Jihad,seolah peristiwa itu dinafikan. Mungkin pemerintah Orde Baru pada masa itu khawatir akan dampaknya. Padahal, jika ditelusuri, pelaku-pelaku sejarahnya masih ada.
Resolusi Jihad Bagian Penting dari Peristiwa 10 Nopember
Secara historis, pasti ada peristiwa besar yang mendorong lahirnya peristiwa 10 Nopember 1945 atau the Beatle of Surabaya. Menurut sumber ini, fatwa Resolusi Jihad digulirkan oleh KH Hasyim Asy'ari, pada tanggal 22 Oktober 1945. Isinya antara lain seruan untuk mengangkat senjata melawan penjajahan Belanda dan sekutunya yang ingin berkuasa kembali di Indonesia. Kewajiban itu berlaku bagi setiap muslim yang tinggal di radius 94 kilometer, sementara di luar radius itu harus membantu mereka yang berjuang dalam betuk materi.
Sebagai bangsa yang besar, tentu tak boleh melupakan sejarah. Jasmerah, jangan lupakan sejarah, demikian seperti kata Ir. Soekarno. Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, bukan mencari-cari kesalahannya. Sebab kalau dicari, tak ada manusia yang sempurna, pasti akan ditemui kekurangannya.
Teiring harap, semoga semakin banyak lahir para pemimpin dan para pahlawan sejati yang mampu menyuarakan semangat positip bagi terwujudnya Indonesia yang berazaskan Pancasila dan UUD 1945 menuju negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur, yakni negeri yang makmur, aman dan sentosa di bawah ampunan Tuhan. Amin.