Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perwujudan GBBS di Pantai Balekambang dan Bajulmati yang Mempesona

9 Oktober 2016   22:12 Diperbarui: 9 Oktober 2016   23:46 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendayung menyusuri sungai Bajulmati/Dok. pribadi

Indonesia dikenal sebagai negeri Archipelago. Gugusan pulaunya mencapai 17.508 buah. Indonesia juga disinyalir sebagai salah satu negara maritim terluas di dunia. Garis pantainya membentang sejauh 81.000 km, atau 14% dari garis pantai di seluruh dunia. Di kawasan Aseanarean, Indonesia diyakini jauh lebih kaya pesona dari pada kawasan lain semisal Medditteranean atau Caribbean.

Bahkan, survey ini melaporkan secara mengejutkan, bahwa jika diberi kesempatan, sebanyak 42% penduduk Singapura ingin bermigrasi terutama ke Indonesia. Karenanya, kita patut bersyukur mendapat karunia berupa tanah air Indonesia.

Perairan Indonesia yang seluas 5,8 juta km2, atau hampir 70% dari luas keseluruhan wilayahnya, menjadikan negeri ini berpotensi menjadi tujuan wisata bahari terbesar di dunia. Pulau, laut, dan pesisirnya layak dikembangkan menjadi kawasan maritim terpadu.

Apalagi jika didukung dengan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS) oleh penduduknya, tak mustahil Indonesia menjadi negeri maritim yang berdaulat secara ekonomi, politik, dan budaya. Bagaimana memulainya?

Pesona Wisata Balekambang dan Budaya Jum’at Bersih

Indonesia punya Bali yang sangat popular di mata pariwisata internasional. Kawasan Bintan Resorts yang sempat saya kunjungi akhir 2015, juga bak Bali keduanya Indonesia. Selain itu, masih banyak destinasi wisata di daerah yang patut mendapat perhatian. Pantai Balekambang misalnya, disebut-sebut bak miniaturnya Tanah Lot, Bali, yang kaya pesona. Lokasinya berada di Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Jaraknya sekitar 60 km ke arah selatan dari pusat kota Malang.

Tepi pantai Balekambang/Dok. Pribadi
Tepi pantai Balekambang/Dok. Pribadi
Wisata Pantai Balekambang, Malang Selatan/Dok. Pribadi
Wisata Pantai Balekambang, Malang Selatan/Dok. Pribadi
Berdiri sebuah Pura di Pulau Ismoyo, Area Wisata Pantai Balekambang/Dok. Pribadi
Berdiri sebuah Pura di Pulau Ismoyo, Area Wisata Pantai Balekambang/Dok. Pribadi
Terdapat pulau kecil di area wisata Balekambang yang disebut Pulau Ismoyo. Di pulau itu, berdiri sebuah Pura, sebuah bangunan tempat ritual umat Hindu. Pulau Ismoyo dengan Puranya itulah, yang disebut-sebut mirip Tanah Lot dalam ukuran mini. Untuk sampai ke sana, pengunjung cukup berjalan kaki melalui jembatan unik. Panjangnya, sekitar 200 m dari bibir pantai, menjorok ke tengah laut.

Pantai Balekambang, dilengkapi dengan sarana flying fox. Jaraknya kira-kira 250-an meter, melayang di atas air laut menuju pulau Ismoyo. Layaknya di Bali, masyarakat setempat meletakkan benda-benda ritual seperti kendi dan sesajen di sekitar Pulau Ismoyo.

Pura Ismoyo di Pantai Wisata Balekambang/Dok. Pribadi
Pura Ismoyo di Pantai Wisata Balekambang/Dok. Pribadi
Terdapat joglo-joglo di tepi pantai. Atapnya ada yang terbuat dari ijuk dan daun ilalang. Deburan ombak putih pantai “Laut Selatan” di area wisata Balekambang cukup ganas. Ia tampak susul menyusul, berkejar-kejaran seolah tak kenal lelah hingga mencapai bibir pantai. Hamparan pasir putih dapat dinikmati di sepanjang pantai. Sayang, terdapat corat-coret di sekitar bawah jembatan dan terlihat onggokan sampah habis dibakar.

Menyadari hal itu, kehadiran GBBS menjadi sangat relevan. Nah, Di pantai Balekambang itulah, saya sempat menyaksikan pelaksanaan program “Jum’at Bersih”. Kebetulan, saat itu masyarakat setempat sedang  menyiapkan Peringatan 1 Syuro tahun lalu (2015).

Program Jum’at bersih melibatkan para Pedagang Kaki Lima, petugas parkir dan komponen masyarakat setempat sebagaimana tertulis dalam Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Unit Wisata Perusahaan Daerah (PD) Jasa Yasa Kabupaten Malang berikut ini.

Surat edaran program Jum'at Bersih di Area Wisata Pantai Balekambang/Dok. Pribadi
Surat edaran program Jum'at Bersih di Area Wisata Pantai Balekambang/Dok. Pribadi
“Dalam rangka upaya meningkatkan lingkungan yang bersih, nyaman, indah dan sehat, maka sangat diperlukan tanggung jawab dan kesadaran, untuk itu Pedagang Menetap, Pedagang Asongan, PKL, Petugas Parkir dan Komponen Masyarakat di Wisata Balekambang yang telah menikmati hasil dan manfaat dari keberadaan Wisata Balekambang untuk melaksanakan Kerja Bhakti JUM’AT BERSIH…”.

Terlihat beberapa orang sedang memungut sampah menggunakan gerobak untuk diangkut ke tempat pembuangan akhir. Saya dan kawan-kawan mencoba ikut menarik gerobak itu. Meskipun terlihat sederhana, program semacam ini pada hakekatnya adalah aksi nyata dari Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS) seperti yang dicanangkan oleh Kemenko Maritim.

Ikut mengangkat gerobak sampah di tepi pantai Balekambang/Dok. Pribadi
Ikut mengangkat gerobak sampah di tepi pantai Balekambang/Dok. Pribadi
Kebetulan, kala itu masyarakat Balekambang sedang menyiapkan Acara Larung Sesaji dan Peringatan Adat 1 Suro. Pada kesempatan itu (15-16/10/2015), saya dan kawan-kawan Bolang berkunjung ke Balekambang dan sempat menemui beberapa “nelayan pinggiran” di gubuk mereka di sekitar area Wisata itu.

Menurut Pak Riamun dan Pak Ginem yang berhasil saya temui kala itu, masing-masing menyebut dirinya sebagai “nelayan pinggiran”. Mereka bertempat di gubuk itu dengan menyewa. “Mben wulan sewane Rp 60.000”, demikian tutur Pak Ginem. Saat air laut surut, mereka bekerja menangkap ikan dengan peralatan jaring sederhana. Menurut Pak Riamun dan Pak Ginem, terdapat sekitar 40-an nelayan pinggiran di kawasan pantai Balekambang yang bekerja seperti dirinya.

Pak Riamun sedang memperbaiki jaring di depan gubuknya yang berada di ujung tepi pantai Balekambang/Dok. pribadi
Pak Riamun sedang memperbaiki jaring di depan gubuknya yang berada di ujung tepi pantai Balekambang/Dok. pribadi
Kondisi sebuah gubuk yang dihuni oleh
Kondisi sebuah gubuk yang dihuni oleh
Eksotika Susur Lepen dan Peduli Lingkungan Alam

Berjarak sekitar 12 km dari area Wisata Pantai Balekambang, terdapat area wisata pantai Bajulmati yang masih perawan. Area tersebut, merupakan bagian dari kawasan pesisir pantai Laut Selatan di Jawa Timur, membentang dari ujung Pacitan hingga Banyuwangi.

Suasana tepi pantai Bajulmati di siang hari/Dok. Pribadi
Suasana tepi pantai Bajulmati di siang hari/Dok. Pribadi
Senyampang infrastruktur jalan beraspal di kawasan Jalur Lingkar Selatan (JLS) menuju pantai Bajulmati baru dibangun, saya sempat mengunjunginya kala itu. Tahun lalu di bulan Juni (12/6/2015), kami menyusuri sungai Bajulmati yang disebut Susur Lepen. Bertindak sebagai pemandunya adalah warga lokal yang akrab saya panggil Cak Izar. Dia bersama komunitasnya merupakan pengelola Bajulmati Adventure dan pegiat “Taman Bacaan Masyarakat” di kawasan pesisir pantai Bajulmati.

Susur Lepen hingga tiba di Muara Sungai Pantai Ungapan/Dok. Pribadi
Susur Lepen hingga tiba di Muara Sungai Pantai Ungapan/Dok. Pribadi

Mendayung menyusuri sungai Bajulmati/Dok. pribadi
Mendayung menyusuri sungai Bajulmati/Dok. pribadi

Saya bertiga naik sampan dengan cara mendayung hingga berhasil melintasi sungai bawah jembatan Bajulmati sepanjang 90 m dan berakhir di muara sungai Pantai Ungapan.

Perjalanan Susur Lepen terasa semakin lengkap, karena kami mendapatkan pelajaran langsung dari Cak Izar bagaimana melestarikan alam dengan cara menanam bibit pohon bakau (mangrove) di tepi sungai Bajulmati.

Belajar praktik menanam mangrove kepada Cak Izar (kaos hitam bertopi) di tepi sungai Bajulmati/Dok. Pribadi
Belajar praktik menanam mangrove kepada Cak Izar (kaos hitam bertopi) di tepi sungai Bajulmati/Dok. Pribadi
Penulis menanam phon mangrove di tepi sungai Bajulmati/Dok. pribadi
Penulis menanam phon mangrove di tepi sungai Bajulmati/Dok. pribadi
Kepedulian Cak Izar semacam itulah, yang perlu mendapatkan perhatian. Aksinya nyata demi perbaikan masa depan lingkungan pesisir pantai. Dia patut disebut sebagai contoh nyata perwujudan GBBS sesuai dengan kondisi di lingkungannya.

Kesadaran GBBS Perlu Disertai Hospitality

Untuk membangun GBBS, kiranya perlu menghargai kearifan lokal dan melibatkan penduduk setempat. Fokusnya adalah mewujudkan Indonesia bersih, sehat, dan yang melayani dengan ramah. Keramahtamahan (hospitality) adalah ruh dari layanan dunia jasa pariwisata. Tanpa hospitality, sebuah produk pariwisata bahari hanyalah seperti melihat benda asing yang tak bernilai.

Apa yang dilakukan oleh Masyarakat Balekambang dengan Gerakan Jum’at Bersih dan Cak Izar dengan kepedulian menanam mangrove di tepi sungai Bajulmati, adalah contoh usaha sederhana namun sarat manfaat bagi pembangunan.

Jika pulau, laut, pesisir pantai dan penduduknya diposisikan sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem pembangunan kawasan maritim terpadu, kiranya bukan mustahil Indonesia ke depan menjadi poros maritim dunia yang berdaulat secara ekonomi, politik, dan budaya. Hemat saya, itulah ruh dari Gerakan Budaya Bersih dan Senyum yang digemakan oleh Kemenko Maritim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun