Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berbagi Kasih di Gubuk Sawah, Si Mila Teteskan Air Mata di Pelukan Bolang

2 Oktober 2016   13:48 Diperbarui: 12 Oktober 2016   02:11 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan menuju gubuk tengah sawah milik Pak Rahman/Dok. pribadi

Rintik hujan mulai jatuh, sesaat Bolang undur diri/dok. pribadi
Rintik hujan mulai jatuh, sesaat Bolang undur diri/dok. pribadi
Mila, belajar yang rajin ya Nak. Semoga cita-cita menjadi dokter, suatu saat tercapai”, kataku. Ya Mila, ini hari baikmu, Mbak Lilik menambahkan. Jangan sedih, kita adalah bersaudara, demikian timpal yang lain.
Bersama Bolang di gubuk tengah sawah/dok. pribadi
Bersama Bolang di gubuk tengah sawah/dok. pribadi
Tampak Mila diam sesaat. Sejurus kemudian, Mila mengucek-ngucek pelapuk matanya, seolah kemasukan benda asing. Tiba-tiba… air mata si Mila menetes begitu saja... Naluri perempuan muncul, Mbak Desy dan Mbak Lilik yang berada di dekatnya segera merangkulnya. Maka, terjadilah apa yang mesti terjadi… haru!
Suaana haru di gubuk sawah/Dok. pribadi
Suaana haru di gubuk sawah/Dok. pribadi
Suasana haru di gubuk tengah swah itu/Dok. pribadi
Suasana haru di gubuk tengah swah itu/Dok. pribadi
Setelah reda, Mbak Erent memotivasi, “Nak, kamu tidak sendirian. Bahkan, ada anak-anak lain yang keadaan fisiknya kurang sempurna. Mila cantik dan sempurna, bersyukurlah”. Sementara Mas Saiful bilang, Jika nanti ada kesulitan, “saya siap menjadi orang tua asuh”. Masing-masing anggota Bolang memberi support dengan caranya sendiri-sendiri.
Mila diapit oleh Mas Saiful dan Mbak Lilik/Dok. Pribadi
Mila diapit oleh Mas Saiful dan Mbak Lilik/Dok. Pribadi
Acara berikutnya, mobil merah maron segera meluncur ke rumah Dede, penyandang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dia siswa Kelas V SDN Pandanwangi III, Malang. Dede merupakan salah satu siswa "Kelas inklusif". Dede, tinggal bersama kedua orang tuanya di rumah sempit. Ruang tamu, dapur dan kamar tidurnya menyatu berada dalam satu ruangan.

Dede, Anak Berkebutuhan Khusus bersama Orang tuanya di rumah kontrakannya/Dok. pribadi
Dede, Anak Berkebutuhan Khusus bersama Orang tuanya di rumah kontrakannya/Dok. pribadi
Berbagi di Rumah Kontrakan Dede bersama Bolang/Dok. Pribadi
Berbagi di Rumah Kontrakan Dede bersama Bolang/Dok. Pribadi
Lorong tempat sampah, persis di samping rumah kontrakan keluarga Dede/Dok. pribadi
Lorong tempat sampah, persis di samping rumah kontrakan keluarga Dede/Dok. pribadi
Rumah kontrakan itu tinggal 3 bulan lagi habis masa sewanya. Tepat di lorong sebelah kiri rumah itu,  terdapat tempat sampah. Sungguh pun begitu, Dede tampak ceria, ketika ia menerima bingkisan sederhana dari Bolang.

Hikmah: Bahagia Itu Sederhana, Berbagi itu Indah

Sepanjang perjalanan pulang, pengalaman di atas menjadi bahan pembicaraan Bolang. Gubuk tengah sawah menyimpan sejumlah hikmah dan pelajaran.

Meski Pak Rahman sudah berkecukupan, punya kebun dan usaha di tempat lain, sahabat baik Bolang itu masih rajin pergi bertani, sekaligus mengunjungi gubuk mungilnya. Asyik!

Di lain pihak, Mila dan Dede membutuhkan perhatian. Ada pelajaran berharga, ternyata bahagia itu sederhana. Berbagi itu indah.

Bacaan Inspiratif Lainnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun