Selain mengelola usaha bakso, Fauzi punya usaha toko di tempat lain tak jauh dari stand baksonya. Ketabahan dan kegigihannya, kini mulai menampakkan hasil. Bahkan ia punya “keinginan”, 10 % dari hasil keuntungan bersih CV. Karya Kebonsari, akan ia dedikasikan untuk BMA dan rekannya yang membutuhkan.
Ketika saya tanya, apa resep Mas Fauzi bisa bertahan di saat susah dan kembali bangkit?
Dengan penuh semangat, Fauzi mengatakan, “Jika Anda ingin ke pergi ke Kepanjen, lantas di Pakisaji ada banjir, maka Anda harus berani melaluinya untuk sampai di tempat tujuan”.
Demikian Fauzi bilang seperti itu kepada isterinya, saat dia berada dalam masa-masa sulit.
Catatan Akhir: Sinergikan Teori Marketing dan Realitas
Baznas Kota Malang, terus berusaha mendorong Komunitas binaannya untuk mandiri secara ekonomi. Salah satunya adalah dengan mendorong terwujudnya inovasi usaha bakso instan yang dikelola oleh Fauzi, dkk. Semoga muncul wirausahawan-wirausahawan lain semisal Fauzi di setiap sudut kota yang membutuhkan orang-orang sepertinya.
Sebagai catatan akhir, saya hanya bisa berdo’a semoga usaha dia dan kawan-kawan di Baitul Maal, membawa berkah secara sosial dan ekonomi. Keberkahan itu, ibarat air yang terus mengalir sampai jauh. Ia mampu menyesuaikan diri dengan segala keadaan apapun yang dihadapinya.
Lewat tulisan ini, saya hanya bisa mensupport, alangkah baiknya jika antara teori dan fakta di lapangan bisa disinergikan. Hemat saya, dari aspek produksi keterjaminan usaha Bakso Wong Duro cukup cerah. Alasannya, cukup tersedia bahan baku, modal stimulan, tenaga kerja, dan peralatan mesin produksi. Namun aspek pemasaran masih perlu mendapat penguatan. Ke depan, jika pasarnya sudah stabil, diperlukan peternak sapi dari anggota sendiri selaku pemasok. Manfaatnya, akan tercipta keterkaitan antara input, proses dan pasar dari hulu-hilir.