Mulanya, artikel ini ditulis dalam rangka mengantarkan Bolang ikut event bertajuk Gramedia Reading Community Competition 2016 (GRCC). Isinya adalah kegiatan inspiratif yang telah dilakukan oleh komunitas kami. Sayang, tadi malam sewaktu mau posting nggak jadi, padahal hari itu adalah hari terakhir. Pasalnya, ada salah satu persyaratan GRCC (struk belanja) tidak ketemu saat hendak dikirim. Ya sudahlah. Maka jadilah artikel dalam bentuk lain seperti ini. Anggap saja isinya adalah portofilo Bolang, mungkin berguna sebagai bahan saling berbagi dan saling menginspirasi antar komunitas.
Setahun lalu, tepatnya pada 12 Mei 2015, terbentuklah komunitas Bolang, singkatan dari Bloger Kompasiana Malang. Awal berdirinya, berkat Roadshow Kompasiana di kampus UB, kota Malang. Usai roadshow, peserta ingin tetap bisa saling berbagi pengetahuan dan saling terkoneksi. Diinisiasi oleh Mbak Wawa dan Mas Nurulloh kala itu, terbentuklah Bolang di sebuah coffee @MXMall. Hadir di forum itu sedulur Konekers Jatim seperti Mbak Avy, Mas Sam, Bunda Nur Hasanah dkk. Mas Derry juga hadir, yang baru saya ketahui esoknya saat ngopi bareng. Sejak Mei itu, berdirilah Komunitas Bolang dengan Mbak Nara sebagai koordinator pertamanya.
Tujuan Bolang adalah untuk mengangkat ragam potensi Daerah dan Komunitas melalui tulisan dan aksi sosial. Sasaran komunitas yang dibidik, terutama kelompok “wong cilik” dan potensi daerah yang jarang dikunjungi orang. Karena itu, selain melihat kehidupan wong-wong cilik, Bolang juga telah mengunjungi destinasi wisata unik setempat, seperti Wisata Religi Sumur Pitu, Wana Wisata Coban Jahe, Pura Agung Giri Arjuno, dan Arboretum. Tak ketinggalan, usaha rakyat seperti peternak sapi perah di Jabung dan usaha marning rakyat pernah Bolang kunjungi. Destinasi-destinasi wisata dan usaha kecil tersebut, masih berada dalam satu kawasan yang disebut Malang Raya, yaitu Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu.
Struktur organisasi Bolang cukup sederhana. Bolang dikendalikan oleh tim admin dan dikelola berdasarkan pendekatan kolegial. Hanya ada seorang koordinator admin dan bendahara yang dibantu oleh beberapa anggota tim admin lainnya. Sekedar menyebut beberapa nama diantaranya ada Pak Yun, Mbak Desy, Mas Selamet Hariadi, Mbak Avy, Mbak Nara, Mbak Rara, Mbak Eren, Mbak Fikri, Mas Ukik, dan lain-lain.
Berbagi Kasih dengan Penghuni Panti
Panti itu bernama Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu Al Musthafa, beralamatkan di Desa Sumber pasir, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Ada pelajaran berharga, saat Bolang bisa bermain bersama dan berbagi kasih dengan mereka pada hari itu (27/03/2016). Mulanya mereka tampak begitu lugu, terlihat malu-malu, dan terkesan sangat membutuhkan perhatian. Namun setelah Bolang’s Angel (sebutan untuk para cewek Bolang) mengajak mereka menulis, bermain di tepi sawah, berbagi bingkisan dan makan bersama, pelan-pelan wajah ceria anak-anak yatim dan yatim piatu itu mulai tampak.
Menyapa “Wong Cilik” dan Pak Tua
Pada malam itu (9/5/2016), Bolang berkeliling membawa sejumlah nasi bungkus dan seperangkat bahan-bahan makanan mentah untuk diberikan kepada para tukang becak dan buruh kasar yang kebetulan sedang kami temui di tepi jalan. Ada yang unik, saat kami bertemu secara tak sengaja dengan tukang cukur rambut, sebut saja Pak Tua.
Pak Tua itu, setiap hari bekerja mulai pukul 11.00 Wib – 16.00 Wib. Tempat kerjanya di pinggir jalan raya, bersandar pada tepi pagar seng tua yang membatasi sebuah bangunan yang sedang dipugar. Unik. Lapaknya tak berdinding dan tak beratap. Ia hanya bermodalkan sebuah kursi kayu. Ada gunting, sisir, cermin, dan peralatan cukur tradisional ala kadarnya ditempelkan pada seng tua itu. Lokasinya berada di daerah Kasin, seberang jalan depan mulut Gang IR Rais 8, Sukun, Kota Malang.
Bahkan dia mengaku kepada Bolang, jika mendapati teman seprofesinya yang kesulitan mencukur karena guntingnya sudah “kethul” (tumpul), ia rela mengasahkan gunting temannya itu. Penasaran akan pribadi Pak Tua itu, tak sengaja saya bertemu dengan pemilik lapak “Rizki Minallah”, tepat di seberang jalan berhadapan dengan tempat Pak Tua sehari-hari mangkal. Saya mengkonfirmasi padanya yang mengaku sudah lama kenal Pak Tua. Kata pemilik lapak barang bekas itu:
“…Coba aja cukur ke dia… lalu kasih aja Rp 2.000, bilang padanya hanya punya segitu, dia pasti tetap menerimanya dengan senang hati…. Saya sering melihatnya demikian, tatkala ada mahasiswa yang hanya membayar segitu. Bahkan, jika ada yang potong rambut dan hanya tinggal mencukur “gudhek”nya lalu turun hujan, si pelanggan dipersilahkan pergi dan tanpa membayar sepeser pun…”.
“Lain kali, ada juga yang memberi dia upah dengan selembar uang Rp 50.000, bahkan ada yang memberinya Rp 100.000”, demikian pemilik lapak Rizki Minallah itu menambahkan apa yang pernah diketahuinya.
Untuk menuju tempat kerja dari rumahnya yang berjarak sekitar 7 km, Pak Tua itu tiap hari selalu naik sepeda “onthel” tua miliknya. Sepeda itu, disandarkan di pagar seng dekat tempatnya berkerja. Bersyukur, kala itu Bolang bisa menyapa dia, berkunjung ke tempat tinggalnya dan berbagi kasih ala Bolang. Seorang teman kami saat itu berkata bahwa “bahagia itu sederhana”. Yui, saya setuju. Juga “berbagi kasih itu indah”.
Wana Wisata Coban Jahe, adalah salah satu destinasi menarik yang jarang dikunjungi orang. Pasalnya, destinasi wisata itu baru saja dirintis dan insfrastruktur pendukungnya masih belum memadai. Setelah kami mengunjunginya, berasa pesona air terjun, indahnya pelangi dan suasana hutan dari dekat. Dibalik eksotika Coban Jahe, tersimpan edukasi lingkungan hutan dan sejarah perjuangan rakyat melawan pasukan Belanda seperti terekam dalam monumen TMP Kali Jahe. Hasil kunjungan anggota Bolang ekspresikan lewat tulisan, seperti artikel berjudul “Melihat Pelangi dari Dekat di Air Terjun Coban Jahe Malang” dan “Nilai Sejarah dan Cinta Wana di Balik Pesona Coba Jahe”.
Beberapa anggota Bolang juga ada yang mendapatkan undangan atas prestasi tulisannya di berbagai event, seperti berkunjungi ke Malaysia saat Event MotoGP Sepang 2015 oleh Mas Hariadi, BlogTrip Pesona Eco Resort di Kepri dan Pesona Budaya di Bali 2015, dan lain-lain. Bertajuk “Pesona Alaya Resort Dibalik Perempuan Bali” adalah salah satu hasil review artikelnya. Beberapa anggota lainnya juga ada yang mendapatkan hadiah menarik dari serangkaian event fiksi yang diikutinya, seperti cerpen berjudul “Odile Menangis” dan cerpen humor berjudul “Sembunyikan Milik Pak Ustadz”, hehe...
Malang, 1 Juni 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H