Gaganawati Stegmann/http://www.kompasiana.com/gaganawati/di-billionsigns-satu-foto-perdamaian-dihargai-1-sen_5720c35eb09273550926a40f
Dear Mbak Gana yang baik hati…
Mengawali kalam pembuka suratku ini, izinkan saya memanggil namamu, “Gana”. Gaganawati Dyah Panca Harsanti Stegmann, begitu nama lengkap Mbak Gana setelah menikah dan tinggal di Jerman. Hal itu saya ketahui via tulisannya “Kapan Data Imigrasi Indonesia dan KBRI Disinkronisasi Secara Otomatis?”. Sangking panjangnya, maka hanya ada empat nama yang bisa ditulis di paspor Mbak Gana kala itu, hehe J
Meski saya belum pernah bertemu langsung secara vice a vice dengan Mbak Gana, tapi via Blog Kompasiana, jarak antara Jerman dan Indonesia serasa tak lagi jauh. Buktinya, kita bisa saling berinteraksi di dunia maya, seolah dunia itu sekecil daun “kelor”, kwek kwek.
Saya jadi inget waktu kecil, kala sering makan sayur “daun kelor” plus ikan asin dilengkapi penyedap sambal terasi, nikmatnya bukan main. Kangen suasana itu. Hemm…MbakGana waktu di Semarang, pernahkah makan daun kelor? Haha… J
Ternyata, perbedaan jarak, bahasa, budaya, atau kantong saku, hehe… bukanlah jadi penghalang pertemanan. Justeru karena itu, kita bisa saling terhubung dan saling berbagi. Lewat Kompasiana, kita bisa sharing and connecting dengan Mbak Gana dan para Kompasianer lainnya.
Meski saya tak mengerti bahasa Jerman, saya cukup menikmati celoteh indah Mbak Gana yang sesekali menyelipkan bahasa Jerman dalam tulisannya. Saya berkesan, karena Mbak Gana selalu merasa “gatal” jika agak lama tak menulis di Kompasiana.
Meski tak selalu, ketika ekspresi hati Mbak Gana lagi berseliweran di K, saya berusaha meresponnya, setidaknya dengan cara memberi komentar dalam artikelnya. Hi!Lagi opo sak iki sampean, Mbak?Kwek kwek…
Melalui jari manismu, bukankah Mbak Gana saling berbagi kabar tentang banyak hal. Misalnya, suasana konser api dalam Weihnachtszauber.Mbak Gana juga membacakan puisi dan menyanyikan lagu daerah kita di Jerman. Lihat videonya di sini. Rasa nasionalisme serasa hidup di sana. Haru.
Mbak Gana sempat pula mengenalkan nama hewan cilik Fruchtmucken.Pun kehidupan wilayah Baden Württemberg, Mbak Ganagambarkan dengan ciamik dan sungguh menarik kalimat penutupnya. Itu hanya sebagian dari 1.000 artikel Mbak Gana yang ia tulis hingga detik ini (03/5/2016).
Saya merasakan, getaran pertemanan selalu Mbak Gana alirkan kepada para kompasianer. Selagi sempat, Mbak Gana selalu berusaha membelanjakan waktunya untuk membalas komentar-komentar teman, termasuk berkomentar atas artikel saya, demikian sebaliknya.
Unik, jika dia merasa telat mengomentarinya, Mbak Gana selalu menyelipkan komentarnya di bawah komentar barunya dengan cara memberi catatan tambahan. Ini salah satu contohnya, ketika dia berkomentar atas artikel saya: “Country Heritage, Pesona Bunga Kamboja di Resor Berlanskap Tropis”.
“Asyiknya paseduluran. Mana tempatnya asyikkk. Mauuuu. VOTED PS, thank komen di artikel "menulislah... "... yak tulisan di K ya pak ... Joss.
Begitulah Mbak Gana dengan gayanya yang khas. Dia ingin selalu menyapa, berbagi hal-hal positip dan merawat pertemanan. Sungguh saya merasa senang dan patut berterima kasih padanya. Saya merasa bersyukur punya kawan sebaik Mbak Gana… suer!Ini bukan sekedar “ngelem” atau promosi loh… (tanpa disertai hehe).
Jadi inget tembang Jawa nih: “Suwe orang jamu, jamu sepisan godong telo, suwe orang ketemu, ketemu pisan ojo gawe gelo. Setuju kan…hehe J
*******
Hari demi hari berlalu. Tak terasa, Mbak Gana kini telah mengarungi Kompasiana selama lima tahun, terhitung sejak bergabung pada 30 April 2011 hingga 30 April 2016. Sungguh pencapaian yang mengesankan, selamat. Karena itu, izinkan saya mengucapkan:
Happy 5th Anniversary. Semoga perjalanan Mbak Gana selalu dipenuhi berkah dan makin produktif! Anggap saja, tulisan sederhana ini sebagai hadiah buat Mbak Gana. Maafkan, tak ada barang berharga yang bisa kupaketkan ke sana. Teriring harap, semoga tulisan kecil ini bisa menjadi penanda persahabatan, dan sekaligus mempererat tali pertemanan. Saya yakin, teman yang baik itu mahal harganya.
Saya juga yakin, pilihan Mbak Gana hidup di negeri orang, adalah keputusan terbaik dan tak salah pilih. Jangan menangis ya, kecuali tangis kebahagiaan yang kau kirimkan, kami senang mendengarnya…
Terhadap pencapaian Mbak Gana selama bergabung di Kompasiana, sekali lagi izinkan saya mengirimkan salam spesial buat Mbak Gana, yang jejak tulisannya telah mencapai kematangan di Titik 5 Kompasiana. Saya merasakan, Mbak Gana bak mengukir rasa pertemanan indah lewat tulisan di Kompasiana. Selamat!
Menutup surat ini, teriring do’a, semoga Mbak Gana selalu mendapatkan berkah umur, ilmu, rejeki, dan semuanya. Semoga Mbak Gana bahagia selalu hidup bersama keluarga di sana, dan sejauh itu pula masih bisa saling sapa dengan teman-teman di tanah air. Salam pertemanan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H