Di ujung Klenteng searah dengan pintu masuk, terdapat monumen patung Laksamana Zheng He. Patung berukuran raksasa itu berdiri tegak menjulang tinggi ke angkasa. Tertulis jelas bahwa monumen ini diresmikan pada tanggal 29 Juli 2011 oleh Gubernur Jawa Tengah, H. Bibit Waluyo. Pada bagian lainnya, terdapat patung Mulyadi Setiakusuma, SE dan Ir. Priambudi Setiakusuma, seolah sedang menjaga Kelenteng, melengkapi Laksamana Zheng He.
Autobiografi Laksamana Agung Zeng He tertulis di monumen ini. Zheng He lahir di Kunyang-Yunnan-Tiongkok pada tahun 1371. Pada masa kekaisaran Yong Le, Dinasti Ming, ia memimpin armada muhibah mengunjungi negara-negara di seberang lautan sebagai duta perdamaian.Â
Pada tahun 1405, ia melakukan pelayaran muhibah pertama dan memimpin 62 kapal megah, berangkat dari Suzhou, pelabuhan Luziagang untuk mengunjungi Champa, Sumatera, Palembang, Jawa, Srilangka dan kalikut (India Barat). Kisah heroik keberhasilan mengarungi samudera di beberapa benua tertulis di monumen itu. Mengagumkan!
Para pengunjung muslim banyak datang mengunjungi tempat ini, antara lain karena penasaran terhadap kisah kepahlawanan Laksamana Zheng He yang beragama Islam dan keelokan Kelenteng Agung Sam Poo Kong. Ia juga begitu dihormati oleh para pemeluk Kong Hu Cu.
Sayang, kesempatan kami cukup sempit. Â Sesuai jadwal, sore itu kami bertiga harus segera balik ke bandara Achmad Yani tujuan bandara Juanda-Surabaya, selanjutnya menuju kota Malang mengunakan rent car. Saya patut bersyukur, meski tak lebih dari 25 menit berada di tempat itu, saya dan kawan kawan sempat mengunjungi tempat bersejarah Sang Duta Perdamaian, laksamana Zheng He.
------------------
Catatan: