Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Panduan Praktis Bagi Orang Tua & Guru Menyikapi Kejahatan Terorisme

20 Januari 2016   07:45 Diperbarui: 20 Januari 2016   08:24 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melalui Surat Edaran Dirjen Pendidikan Madrasah Nomor: Dj.I/Dt.1.1/I/HM.00/84/2016, tertanggal 16 Januari 2016, ada 8 point yang dipandang perlu disampaikan oleh setiap guru madrasah kepada para peserta didiknya, yaitu:

  1. Mulailah pembelajaran di kelas dengan mengapresiasi kompetensi inti (KI) 1 pada kurikulum 2013 yang memuat hablun minallah (hubungan dengan Allah) dan kompetensi inti (KI) 2 yang memuat hablun minannas (hubungan kemanusiaan) di depan peserta didik.
  2. Jelaskan kepada peserta didik bahwa Islam adalah agama damai, agama yang santun, agama yang mengedepankan nilai-nilai rahmat bagi alam semesta, dan agama yang menghargai kemanusiaan. Islam sama sekali bukan agama yang mengajarkan terorisme dan radikalisme.
  3. Minta pada peserta didik mengidentifikasi dan menginformasikan hal-hal yang janggal dan aneh di lingkungannya, dan melaporkan kepada kepala madrasah atau wali kelas jika mereka menemukan, misalnya, ada kelompok atau orang yang mudah menyalahkan orang lain.
  4. Sampaikan kepada peserta didik untuk tidak mudah terprovokasi oleh godaan-godaan yang sifatnya melakukan perlawanan kepada ulama, pemerintah, dan orang tua.
  5. Sampaikan kepada peserta didik bahwa persaudaraan bukan hanya sesama Islam (ukhuwah islamiyah) melainkan juga ukhuwah wathaniyyah (persaudaraan sesama anak bangsa) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia).
  6. Terkait kasus terorisme yang baru saja terjadi, arahkan emosi dan kemarahan pada sasaran yang tepat, yaitu pada pelaku kejahatan bukan pada identitas agama atau golongan tertentu yang didasarkan pada prasangka.
  7. Ajak peserta didik berpikir positif. Ingatkan bahwa negara kita telah melewati banyak peristiwa, tantangan, dan masalah dengan tegar. Semangat persatuan dan kesatuan, saling menjaga, dan gotong royong menjadi piranti perekat bersama.
  8. Ajak peserta didik untuk kembali bersemangat belajar, tumbuhkan cinta tanah air dan kuatkan komitmennya untuk menjadi manusia sukses yang kelak membangun bangsa, agama dan negaranya. Buatah mereka yakin bahwa masa depan bangsa ada di tangan mereka.

[caption caption="Surat Edaran Dirjen Pendidikan Madrasah/Sumber:http://seputarsulawesi.com/berita-ini-isi-surat-edaran-kementrian-agama-ditujukan-kepada-guru-madrasah-terkait-maraknya-aksi-terorisme.html"]

[/caption]

Bagaimana Cara Mengapresiasi KI-1 dan KI-2 Kepada Peserta Didik?

Hemat saya, kedelapan panduan praktis di atas sudah cukup jelas, kecuali nomor satu yang terkesan masih terlalu umum, yaitu bagaimana cara mengapresiasi KI-1 dan KI-2 kepada peserta didik di depan kelas?. Untuk alasan inilah, penulis berusaha memberikan ulasan singkat.

Sebagaimana diketahui, bahwa setiap pembelajaran berbasis Kurikulum 2013, harus memuat empat Kompetensi Inti (KI), meliputi: (a) KI-1 (Sikap Spiritual), (b) KI-2 (Sikap Sosial), (c) KI-3 Pengetahuan, dan (d) KI-4 (Keterampilan).

Dengan demikian, guru dituntut mampu mengintegrasikan keempat kompetensi inti tersebut dalam setiap proses pembelajaran yang isinya sudah distandarkan dalam Kurikulum Nasional yang berlaku. Guru tinggal menjabarkannya dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus yang telah dibuat oleh pemerintah. 

Contoh Sistematisasi Keempat Kompetensi Inti adalah sebagai berikut:

  1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya (KI-1)
  2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan komunitas yang lebih luas (KI-2)
  3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan lingkungan yang lebih luas (KI-3)
  4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia (KI-4)

KI-1 dan KI-2 di atas sarat dengan nilai-nilai Pendidikan Karakter. Manusia diciptakan Tuhan memiliki dua fungsi, yaitu sebagai khalifah yang bertugas memakmurkan bumi, dan sebagai hamba yang bertugas beribadah kepada Tuhan (Allah Swt). Kedua peran yang diemban manusia itu mesti seimbang, yang mencerminkan hablun minallah dan hablun minannas.

Nilai-nilai karakter itu dapat diajarkan melalui pembiasaan dan ketauladanan hidup sehari-hari. Karena itu, nilai-nilai karakter itu tidak perlu diajarkan secara spesifik sebagai sebuah pengetahuan layaknya materi pelajaran (seperti KI-3), melainkan diajarkan terintegrasi dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. KI-1 berkaitan tentang pentingnya sikap menerima, menjalankan, menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya (Sikap Spiritual). Sementara KI-2, berkaitan dengan sikap sosial, seperti menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri, dan lain sebagainya dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta lingkungan yang lebih luas.

Sebagai contoh, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati sikap spiritual dengan mengajak peserta didik bersyukur di awal pembelajaran seraya mengatakan:

“Anak-anak, kita patut bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah Swt), bahwa kita masih bisa bersekolah hari ini, sementara tidak semua anak-anak di belahan bumi lain dapat bersekolah seperti kita, entah disebabkan karena bencana alam, akibat perang saudara, masalah kemiskinan, aksi terorisme, atau sebab-sebab lain”.

Guru kemudian mengajak peserta didik untuk berdoa bersama disertai penghayatan yang mendalam, seperti mengheningkan cipta sejenak terhadap korban aksi terorisme di Jalan Thamrin, Jakarta, atau kasus-kasus lain yang relevan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun