Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sosok Tjiptadinata Effendi di Mata 86 Kompasianer

22 Desember 2015   12:18 Diperbarui: 22 Desember 2015   12:50 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**********

Buku Sehangat Matahari Pagi (SMP), diedit oleh Bang Thamrin Sonata, atas beragam tulisan sahabat para Kompasianer mengenai sosok Tjiptadinata Effendi. Buku SMP disusun ke dalam 6 Bab. Bab 1 berisi sosok, pasangan dan Kopdar. Bab ini berisi testimoni dan pandangan dari para sahabat dan Kompasianer tentang kepribadian Pak Effendi dan pasangannya (Bu Rose atau Bu Lina Effendi), serta pengalaman mereka selama kopi darat  (Kopdar) dengan Beliau.

Bab 2 berisi Buku dan Karya. Bab ini mengulas buku-buku karya Pak Effendi, seperti buku berjudul Beranda Rasa, Your Choice is Your Life, The Power of Dream. Tak ketinggalan, ada ulasan pula tentang buku Bu Lina Effendi yang berjudul Penjaga Rasa. Ada juga ulasan tentang buku-buku lain karya keroyokan para kompasianer seperti 25 Kompasianer Perempuan: Merawat Indonesia, dan masih banyak lagi. Pada bab ini, ada sebanyak 14 kontributor, seperti Saudara Cay Cay, Bang Thamrin Dahlan, Mbak Etha Maria, Bang Isson Khoirul, Bung Thamrin Sonata, dan lain-lain.

Bab 3 berisi Surat-surat yang ditujukan kepada Pak Tjip dan Bu Rose. Mbak Siti Nur Hasanah misalnya, dalam suratnya mengibaratkan Pak Tjiptadinata Effendi seperti oase di padang gurun yang tandus. Beliau juga sebagai figur ayah yang didambakan oleh setiap anak. Mbak Nur merasa beruntung karena menemukan figur seperti Bapak, karena dia sejak kecil sudah ditinggalkan oleh alamarhum ayahanda tercinta (hlm. 238). Sementara Bab 4 berisi puisi-puisi yang ditujukan kepadanya. Sedangkan komentar-komentar, diletakkan pada bab 5. Terdapat 22 buah komentar pada bab ini. Mbak Ella Yusuf misalnya, berkomentar: "Being kind hearted in a cruel world is not a hypocrisy, but courage". Itulah yang Beliau ajarkan... lewat teladan dan tulisan. Darinya saya belajar bahwa hidup itu tak hanya sekedar bernafas, tetapi juga bermanfaat bagi sesama." demikia, komentar Mbak Ella yang tulus dan menyejukkan (hlm. 246).

Sebagai penutup, Bab 6 berisi Epilog. Uniknya, Pak Effendi justru tidak menulis tentang dirinya sendiri di buku SMP, kecuali catatan penutup di bab ini. Bab akhir itu pun isinya lebih pada ungkapan rasa haru, rasa terima kasih, dan rasa syukur yang mendalam atas apresiasi dari sahabat-sahabat dan para Kompasianer. Antara lain dia mengatakan:

“…seakan bermimpi, kini di hadapan saya ada begitu banyak yang menulis tentang kami. Padahal kebanyakan belum pernah bertemu muka… oleh karena itu, sangat ingin kami mengabadikan bukti persahabatan dan persaudaraan ini, untuk menjadi mercusuar bagi orang banyak, bahwa sharing and connecting itu, bukan hanya sebatas dalam kata dan basa basi, tetapi benar-benar sudah teraplikasi secara nyata” (hlm. 254).

Ulasan terbanyak ada pada Bab-1. Bab ini berisi testimoni dan pandangan para sahabat kompasianer tentang sosok, pasangan dan kopdar bersama Pak Tjip-Bu Rose. Pada bab ini ada 44 penulis yang menuangkan pandangannya mengenai sosok Tjiptadinata Effendi dan isterinya, Bu Roselina Effendi. Tulisan Kang Pepih mengawali bab ini. Artikelnya berjudul “Pak Tipta, Sosok Kompasianer yang Saya Kagumi". Selanjutnya diikuti Mbak Wardah Fajri, menulis tentang “Pasangan Inspiratif di Hari Jadi Pernikahan Emas 50”. Mbak Wawa, panggilan akrab Wardah Fajri, merasa mendapatkan role model dari pasangan itu. Menurutnya, di usia yang tak lagi muda, pasangan ini masih menunjukkan semangat mudanya. Bepergian ke mana saja yang mereka suka. Indahnya. (hlm. 7).

Hal senada diungkapkan oleh Mas Nurullloh. Melihat romantisme kedua pasangan itu, dia menyimpulkan bahwa pernikahan adalah nikmat Tuhan yang tiada taranya, sangat Indah! Namun menyimak perjalanannya yang panjang sejak 2 Januari 1965, pemilik akun Nurul Uyuy itu menyimpulkan bahwa pernikahan tak lebih dari sebuah ombak besar yang siap menenggelamkan siapapun yang tak pandai menakhodai kapal pernikahan (hlm. 13).

Penulis lainya, Bang Muhammad Armand, mempersonifikasikan ½ abad pernikahan Tjipta-Rose sebagai manifesto dahsyatnya cinta (hlm. 17). Sementara Saudara Edrida Pulungan, menempatkan Pak Tjiptadinata Effendi sebagai Inspiring Kompasianer (hlm. 46); Pun Mbak Gaganawati Stegmann yang tinggal di Jerman, selalu meneteskan air mata saat menerima pesan dari Beliau, karena teringat Bapaknya di tanah air, mereka seumuran, dan sama-sama banyak santannya (hlm. 209). Menyentuh hati dan mencerahkan. Seperti kata orang Jawa, pesan-pesan Pak Effendi itu “tumus”, yang berarti tembus di hati. Siapa yang tak luluh, jika hatinya tersentuh? Pancaran tulisan Pak Effendi, barangkali sebagia diantaranya dipengaruhi oleh aplikasi Reiki yang dikuasainya dengan baik. Saya tidak faham betul apa itu reiki, saya menduga saja, karena kebetulan Beliau adalah Ketua Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami yang didirikan tahun 1999 di Jakarta, seperti tulis Mbak Ghana (hlm. 208).

Lembar demi lembar, jika membaca buku SMP sampai akhir, akan membentuk gambar sosok Tjiptadinata Effendi dengan karakter yang kuat, arif dan bijaksana, dengan segala kelemahan dan kelebihannya. Sunguh pun begitu, bukan berarti semua orang suka padanya. Salah satu buktinya, akun FB Tjiptadinata Effendi pernah di-hack orang, seperti diuraikan oleh Doni Bastian (hlm. 88). Namun semua masalah itu kini telah berlalu, dan energi positip yang dipancarkannya masih tetap menyebar melalui akun Kompasiana dan FB nya.

Bagaimana dengan kualitas isinya, tergolong “noise” atau “voice”?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun