Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Gong Gong Potong Lembu, Sisi Lain Pesona Indonesia di Kepri

28 November 2015   19:09 Diperbarui: 28 November 2015   19:45 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Gong Gong, makanan seafood sejenis siput laut khas Tanjung Pinang/Dok. Pribadi"][/caption]

Ada satu pengalaman unik dan tak terlupakan, saat saya pertama kali merasakan “Gong Gong” segar di sebuah rumah terapung di atas air yang disebut “Kelong”. Saya bersyukur, berkat Blogtrip Kompasiana bertajuk “Pesona Eco-Resort” ke Pulau Bintan pada 31 Oktober – 2 November 2015 lalu, antara lain kami dapat menikmati kuliner di “The Kelong Seafood Restaurant”. Kelong itu menjorok ke tengah Laut China Selatan yang tenang. Suer, nikmat dan asyik!

[caption caption="The Kelong Seafood Restaurant di Nirwana Resort Hotel, Kepri/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Kelong itu menyajikan masakan seafood segar khas Chinese cooking Style berkapasitas 600 tempat duduk. Masing-masing 400 buah memutar mengelilingi area utama Kelong, dengan view pantai yang indahdan berombak lembut. Sementara 200 buah lainnya, berada di ruang private yang menjorok ke tengah Laut China Selatan. Keduanya menyatu dengan Kelong, dihubungkan dengan jembatan unik di atas air. Salah satu Pesona Indonesia ini lokasinya berdekatan dengan tempat kami menginap di Nirwana Resort Hotel, Pulau Bintan, Propinsi Kepri.

 [caption caption="Suasana The Kelong Seafood Restaurant saat malam hari/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Usai check out pada Senin (2/11/2015), di tempat terpisah yang kontras dengan suasana Kelong itu, saya berkesempatan merasakan sensasi Gong Gong yang berbeda. Lokasinya di sebuah tempat terbuka di pinggir kota Tanjung Pinang, cukup ramai saat malam hari. Namanya Akau Potong Lembu, beralamatkan di Jl. Potong Lembu, Batu 11 Tanjung Pinang. Unik. Warga lokal menyebut pasar kuliner seafood segar itu dengan Pasar Misbar (Gerimis Bubar), hehe…. Unik ya?.

Tapi Wow… cita rasa seafood Akau Potong Lembu, tak kalah nikmat dengan The Kelong Seafood Restaurant. Para penjualnya banyak warga keturunan Tionghoa. Karena itu masuk akal, jika sebutan Akau berhubungan dengan nama etnis Tionghoa. Usut punya usut, ketika saya tanyakan ke salah satu warga di sana, Akau itu sebutan untuk orang yang pertama kali menjual seafood di Potong Lembu, kebetulan berasal dari etnis China. Sebutan itu cukup populer hingga kini.

[caption caption="Suasana ramai malam hari di Akau Potong Lembu, Tanjung Pinang/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Harganya? Jangan hawatir, relatif murah. Boleh dibilang, “harga kaki lima, rasa bintang lima”. Tempat memasaknya pun juga di situ, mudah dilihat pengunjung, seolah resep masakannya tak ada yang dirahasiakan. Menurut penuturan seorang penjual di tempat kami makan, “dulu banyak pengunjung asal Singapura dan Malaysia datang ke sini, sekarang menurun…”. Opini pengunjung dari TripAdvisor pun saya sertakan sebagai pembanding. Penasaran, yuk ikuti kisah unik dibalik trip bersama Kompasiana ala saya.

Start Menuju Tanjung Pinang: Kepri Bukan Riau!

Alhamdulillah saya bisa terbang bersama Garuda dari Bandara Juanda Surabaya menuju Bandara Soekarno Hatta Jakarta dengan nomor penerbangan cantik, pesawat GA333. Dari bandara Jakarta, meneruskan perjalan ke Tanjung Pinang dengan pesawat GA286, duduk di seat 26A. Boarding time dari Jakarta ke Tanjung Pinang pada pukul 10:10 Wib. Sesampai di Raja Haji Fisabilillah (RHF) Airport, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau (Kepri), kami berkumpul dengan para peserta, kru Kompasiana dan Kementerian Pariwisata yang kesemuanya berjumlah 16 orang.

Namun jangan salah ya, Kepri itu bukan Riau. Ibukota Propinsi Kepri adalah Tanjung Pinang, sementara ibukota propinsi Riau adalah Pekanbaru. Pasalnya, setelah ada pemekaran wilayah sejak 24 September 2002, kedua propinsi ini berdiri sendiri. Untuk menegaskan identitas itu, maka sering dikatakan “Kepri bukanlah Riau”. Motto itu seperti ditegaskan oleh Dinas Pariwisata Propinsi Kepri, Pak Guntur Sakti, demikian tulis seorang Kompasianer asli Kundur dari Kepri, Bang Fadli (sumber).

Summary Aktivitas Trip Pesona Eco-Resort

Pada hari pertama, Sabtu (31/10/2015), kami mengunjungi Pulau Penyengat, Vihara Avalkitesvara Graha, dan bermalam di Nirwana Resort Hotel serta menikmati makan malam di “The Kelong Seafood Restaurant”. Esoknya, Minggu pagi (1/11/2015), kami mengelilingi lima properti Nirwana Gardens seperti Nirwana Resort Hotel yang ramah lingkungan, Kampung Style Architecture, Banyu Biru Villas, dan yang termahal adalah Indra Maya Villas. Kami melewati mini kebun binatang di arena Nirwana Garden yang bebas diakses publik.

[caption caption="Suasana santai di Nirwana Resort Hotel, Pulau Bintan, Kepri/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Pada siang harinya, melakukan discovery tour ke Bintan Mangrove, Plaza Lagoi, dan menikmati ragam aktivitas air di Crystal Lagoon, serta menginap di the Canopi, Treasure Bay yang eksotik. Di penginapan ini, kami layaknya bermalam di tenda-tenda perkemahan yang dikelilngi taman nan asri. Mengenai beberapa tempat wisata di atas sudah ada beberapa kompasianer yang menuliskannya.

[caption caption="Naik Pompong (Perahu) saat mengeksplorasi Wisata Hutan Mangrove/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Pada hari terakhir, Senin (2/11/2015), pada pukul 09.30 Wib kami harus sudah check out bersama-sama menuju RHF Airport, Bandara Tanjung Pinang, selanjutnya menuju rumah masing-masing. Nah, di hari akhir selepas check out itulah, saya terjebak di RHF Airport. Namun ada berkahnya, saya merasakan Gong Gong lagi di Akau Potong Lembu, Tanjung Pinang.

Berkah Terjebak, Aku Mengenal Gong Gong di Akau Potong Lembu

Mengapa saya bisa terjebak di RHF Airport? Pasalnya, saya terlanjur beli tiket pulang-pergi dari Bandara Tanjung Pinang - Malang. Saya memperoleh tiket penerbangan balik apada Selasa pagi (3/11/2015). Pertimbangannya, jika harus balik Senin siang hanya ada tiket Garuda, waktu itu harganya Rp 3.700,000-an, sekali jalur. Pikirku, hal itu tidak efektif dan efisien; bukankah lebih baik mengerjakan tulisan dapat 1-2 artikel sambil bermalam di sekitar penginapan bandara, mumpung ingatan masih segar. Esok pagi-pagi balik langsung ke Malang dengan harga tiket pesawat yang jauh lebih murah. Waktu itu, saya mendapatkan tiket pulang seharga Rp 1 jutaan. Maka saya putuskan menunda semalam, toh hasil akhirnya sama, sehingga sampai rumah bisa istirahat penuh.

Maka saya rancanglah program emergency di bandara. Saya pergi ke salah satu ke kedai bernama Resto Bravo Sinta di Bandara RHF, sekedar untuk beli makanan ringan, izin nyolokin laptop dan HP, serta menulis hingga tuntas. Benar memang, saya diizinkan, senang rasanya. Eitt… ternyata kira-kira tak lebih dari satu jam berikutnya, hujan datang, dan saya dihampiri penjaga resto itu seraya dia berkata: “Maaf ya, kami mau tutup”. Jam segini tutup, pikirku. Saya termenung sejenak. Saya kira seperti bandara Juanda atau Soekarno Hatta. Ketika harus lama menunggu, di kedua bandara itu banyak hal yang bisa saya lakukan. Lalu saya jawab: “baik, terima kasih atas tumpangan tempat dan listriknya”. Saya merasakan seperti backpacker… hehe.

[caption caption="Di tempat inilah (Resto Bravo Sinta), RHF Airport saya berencana menulis, namun tak berlanjut/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Saya pindah tempat, mengakses free-Wifi di bandara RHF, ternyata tidak bisa connect. Setelah saya tanyakan ke petugas bandara, ternyata error sejak seharian tadi, demikian jawab penjaga itu. Hadeuuh… Lalu saya temui pimpinan keamanan bandara, minta izin menumpang di ruang tunggu atas; saya jelaskan hendak membantu menuliskan potensi wisata Tanjung Pinang. Nanti kalau sudah petang saya mau cari penginapan di luar bandara terdekat, pikirku. Eitt… ternyata bandara sepi, RHF kira-kira jam 14.00 Wib sudah tutup, setelah semua penumpang take off. Taxi juga sudah sepi, sementara di luar hujan. Rencana gagal…

Ringkas cerita, saya beruntung pada akhirnya bertemu teman baru. Dia waktu kecil lahir di Malang, kemudian lama menetap di Tanjung Pinang. Sebut saja dia Mas Doni yang baik hati. Dia tinggal bersama ibunya di toko K-Link, miliknya, di Kota Tanjung Pinang. Alumnus salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta itu lalu mengajak saya beristirahat di rumahnya, minum kopi bersama, diizinkan mengakses internet pribadi, membantu saya menyiapkan bahan-bahan tulisan, sambil mengobrol seputar Tanjung Pinang, bisnis, dan seterusnya. Saya juga bisa menjamak shalat Asyar dan Dhzuhur di masjid dekat rumah keluarga Mas Doni. Lega rasanya… Terima kasih Mas Doni.

Tak cukup di situ. Habis maghrib saya ditemani Mas Doni mengunjungi “Akau, Potong Lembu”. Ketika saya tanya seputar Gong Gong, dia menjelaskan kira-kira begini:

“…kalau Mas ke Tanjung Pinang tidak merasakan Gong Gong segar, tak sempurna. Gong Gong di sini khas, masih segar… rasa ikan segar yang habis ditangkap dari laut itu manis loh… harganya juga murah. Gong Gong khas Tanjung Pinang tidak ada di tempat lain. Di Pulau Batam juga ada Gong Gong, tapi tidak sebesar yang ada di sini…”, demikian dia bercerita.  

[caption caption="Goggong khas Akau Potong Lembu, Tanjung Pinang/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Mendengar penjelasan Mas Doni, sudah barang tentu saya tidak menolaknya. Habis maghrib, saya diantarkan menyusuri jalan-jalan seputar Tanjung Pinang. Dari sinilah saya tahu artinya Batu 10, Batu 11, dan seterusnya, yang ternyata artinya Km. Awalnya saya kira Batu itu nama suatu daerah atau jalan.

Keunikan Gong Gong dan Potong Lembu PSP

Gong Gong, adalah sejenis binatang laut seperti siput laut, memiliki cangkang berwarna putih agak krem. Setelah direbus, binatang itu mati di dalam cangkangnya. Saat berjalan mengitari pasar kuliner Misbar di Potong Lembu, saya dan Mas Doni berhenti di depan lapak seorang Chinese yang menyediakan Gong Gong segar. Berapa Pak harga satu nampan Gong Gong ini? Dia menjawab, Rp 25.000 satu porsi jumbo. Wow…. sangat murah bila dibandingkan dengan harga masakan di The Kelong Seafood Restaurant, sewaktu kami makan bersama di Nirwana Resort Hotel. Mau tahu?

 [caption caption="Cumi Cumi Segar di Akau Potong Lembu, Tanjung Pinang/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Waktu itu, Mr. Benjamin dan Miss Iris dari pihak tim manajemen Bintan Resorts yang menemani kami makan, ditanya oleh Mas Joko Kristiono yang duduk di samping kiri saya: “…How much? Mas Joko sambil menunjukkan aneka masakan di meja bundar yang bisa diputar itu. Perempuan cantik Singapura itu tidak menjawab. Beberapa detik kemudian dia mengeluarkan secarik kertas print out bukti bayar, tertera jelas harga nominalnya Rp 10.253.600. Lumayan banyak bukan?

[caption caption="Susana the Kelong Seafood Restaurant pada waktu Pagi hari/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Harga itu untuk menukar layanan makanan seafood sekali makan untuk dua meja makan, masing-masing berisi 9 orang, sudah termasuk mereka berdua. Kebetulan Mr. Ben dan Miss Iris asal Singapura itu, duduknya tepat di samping kanan saya, jadi saya bisa melihat angka itu dengan jelas. Hemm…

Namun jangan hawatir. Jika Anda penyuka seafood seperti Gong Gong, cumi cumi, kakap merah, ikan bulat, dan semacamnya, maka pergi saja ke pasar kuliner terbuka di Akau Potong Lembu yang harganya lebih murah. Sesuai namanya, lokasinya berada di Jalan Potong Lembu, Batu 11, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Penduduk Tanjung Pinang, biasa menyebut Kilometer (Km) dengan istilah Batu untuk menunjukkan jarak atau alamat lokasi. Batu 11, artinya sama dengan Km 11 di daerah saya, Jawa Timur. Tempat kuliner itu populer di mata para wisatawan asing dengan sebutan PSP Street Food atau Jalan Potong Lembu PSP, entah apa singkatan dari PSP itu.

[caption caption="Seafood dari cumi cumi yang sudah terpotong-potong di Akau Potong Lembu/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Opini Pengunjung TripAdvisor Tentang Akau Potong Lembu

Bagaimana opini pengunjung TripAdvisor tentang tempat kuliner Akau Potong Lembu? Menurut penuturan salah satu pengunjung yang diulas di TripAdvisor berinisial Lutvi20 asal Batam beberapa hari lalu, dia mengatakan sebagai berikut: “Tempat makan paling populer di Tanjung Pinang, rame banget di malam hari, makanannya juga enak, suka banget sama otak-otaknya” (Diulas di TripAdvisor, 27/11/2015). Sementara pemilik Akun bernama Ari21ps asal Jakarta, berkomentar tentang cita rasanya sebagai berikut:

 "Makan malam gong-gong di sini luar biasa enak dan mantap serta maknyuzz cita rasanya". Boleh dicoba makanan yang luar bisa enaknya dari laut lepas yaitu GONG-GONG sejenis siput family yang mana rasanya pingin lagi dan lagii...” (Diulas di TripAdvisor, 9/10/2015).

Pendapat itu diperkuat oleh pengunjung berinisial Yekkumi, Tangerang. Dengan beberapa catatan, dia mengatakan sebagai berikut:

Tempat ini adalah pusat jajanan tiap malam di Tanjung Pinang. Makanan yang disediakan mayoritas adalah seafood, terutama gonggong makanan khas Tanjung Pinang. Makanannya cukup enak dengan harga terjangkau. Namun penjual di tempat ini masih agresif dalam mencari pembeli. Di tempat terbuka seperti ini pun membuat banyak orang dengan seenaknya merokok” (Diulas di TripAdvisor, 30/06/2014).

Opini lain mengatakan tempatnya agak semerawut, tapi makananannya enak-enak, harganya juga cukup terjangkau. Seperti kata pemilik Akun Jakartax:

“Pujaseranya agak semrawut menurut saya... tapi makanannya enak2 sih... harganya juga cukup terjangkau... Pilihannya banyak... kadang sampai bingung mau makan apa di sini... kalau ramean, mending salah satu suruh nge-tag in meja dlu.. daripada nanti susah nyari meja... rame banget soalnya... mau weekend ataupun weekday...” (Diulas di TripAdvisor pada 12/07/2015).

Sementara itu, Hendralaws dari Batam yang mengunjungi Akau Pasar Lembu pada Mei 2015 lalu, berkomentar:

PSP” tempat makan yang populer di Tanjung Pinang. Lokasinya di Jln. Potong lembu. Tersedia beragam jenis makanan dari nasi goreng, mie goreng, nasi ayam, nasi kari, sate, pempek, ikan bakar, ayam penyet, dan masih banyak lainnya, tinggal pilih deh.. Harga makanan rata-rata adalah Rp 15.000, bisa lebih. Tengah malam jam 24.00 WIB juga masih ada yang jualan, jadi kalo lapar bisa datang makan ke sini…” (Diulas di TripAdvisor pada 29/05/2015).

Bagi pengunjung ke sejumlah tempat wisata di Kepri, berasa tak sempurna kiranya jika tidak mencicipi “Gong Gong” atau jenis seafood lain khas Tanjung Pinang. Beberapa keunikannya antara lain:

  1. Tempat Kuliner yang disebut Akau Potong Lembu PSP memiliki cita rasa yang khas, enak, banyak disuka pengunjung.
  2. Harganya tergolong murah, mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 25.000-an per porsi, tergantung jenis makanannya.
  3. Aneka seafood disajikan dalam bentuk fresh dan beraneka ragam pilihan. Pengunjung tinggal memilih mana yang paling sesuai selera.
  4. Sumber produksi ikan segar relatif terpenuhi. Buktinya tiap hari selalu buka. Akau Potong Lembu selalu didatangi pengunjung, bahkan buka sampai jam 24.00 Wib. Kalau sedang ramai, pengunjung bisa tidak kebagian tempat duduk.

Keterbatasan dan Masukan Untuk Pemprov Kepri

Keterbatasannya, terutama pada tempatnya yang terbuka dan dikelilingi oleh bangunan gedung yang kurang terawat. Akibatnya, ketika turun hujan pengunjung bubar. Tidak terlalu salah jika warga sekitar menyebutnya pasar "Misbar". Lokasinya juga terkesan agak "semerawut". Jalan-jalan terdekat menuju tempat Potong Lembu PSP realtif sempit, sehingga cukup merepotkan ketika ada dua mobil berpapasan. Maka wajar, jika parkiran di sana dipenuhi oleh sepeda motor yang berjibun. Waktu saya berkunjung ke sana pada Senin malam itu (2/11/2015), saya jarang melihat ada mobil masuk sampai mendekat di jalan Potong Lembu.

Meski tak seindah seperti The Kelong Seafood Restaurant, barangkali Pemerintah Propinsi Kepri dapat menggerakkan masyarakat atas bantuan Pemprov untuk membuat tenda-tenda atau bangunan semi permanen yang indah, area parkir ditata lebih rapi; namun harga jual produk tidak lantas menjadi berlipat ganda. Jika memungkinkan, dipidahkan ke area baru yang lebih kondusif, namun tetap menguntungkan para pedagang, pengunjung dan Pemprov itu sendiri.

Namun itulah keunikan Akau Potong Lembu di Tanjung Pinang. Meski tempatnya terbuka dan kalau gerimis pengunjung bubar, tetapi karena harganya murah dan rasanya josss, hingga kini masih saja banyak dikunjungi orang. Sayang, turis-turis asing tidak banyak tampak, padahal dulu kata salah seorang pedagang di sana, banyak turis asing datang berkunjung ke Akau.

Sungguh pun begitu, saya belum pernah tahu ada tempat Kuliner seafood di Jawa, yang cira rasa dan harganya seperti di Akau Potong Lembu Tanjung Pinang. Hemmm... benar-benar khas. Kamu bikin kangen nih… Ayo Tanjung Pinang, Kepri, terus berbenah. Engkau bagian dari “Wonderful Indoensia"dan harapan Kementerian Pariwisata. I love you!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun