Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ekonomi Kreatif Ala Gulangsari, Sampah Jadi Produk Ledoe Art

17 November 2015   19:41 Diperbarui: 18 November 2015   10:15 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, rekening yang dipegang oleh seorang pemberi pinjaman yang berisi dana yang dikumpulkan bersama dengan pembayaran angsuran hipotik bulanan. Dana di dalam escrow account tersebut digunakan oleh pemberi pinjaman untuk membayar biaya tahunan seperti pajak dan asuransi atas nama peminjam.

Hemm… masalah di atas barangkali bukan dialami Mbak Suci saja, ada banyak start-up seperti Mbak suci lainnya yang membutuhkan bantuan penguatan masalah pemasaran, terutama untuk menembus pasar internasional. Hemat saya, pemerintah dan para pihak terkait perlu turun tangan nih dalam membantu memasarkan produk-produk UMKM, sehingga mereka memiliki daya saing. Mengingat modal mereka masih kecil, maka dapat dipahami jika mereka tidak berani langsung bermain ke pasar internasional, meski peluang sudah ada. Mereka selain pandai membaca peluang, seorang wirausahawan juga perlu pandai menimbang risiko.

Apa sih produk-produknya, sehingga Ledoe Art memiliki pangsa pasar tersendiri? Berdasaran pengamatan saya selama di arena expo, produk-produk Ledoe Art itu berupa souvenir dan gift khas Malangan, seperti tempat permen yang unik, tempat uang, miniatur kereta, tempat kue kering (toples), jam dinding, tempat pewangi ruangan bermotif burung merak, gantungan kunci, dan lain sebagainya. Semua bahan itu terbuat dari bahan kertas sampah, terutama koran bekas. Menurut pengakuan Mbak Suci, “kertas koran bekas itu mudah saya dapatkan, kebetulan tempat pengepul koran bekas ada di depan rumah saya...”

[caption caption="Beberapa sampel produk Ledoe Art/Dok. Pribadi"]

[/caption]

“Omong-omong, berapa sih kapasitas produksi sehari? Demikian tanya saya. Sang pemilik Ledoe Art itu menjawab: “sehari bisa mencapai 100-200 pcs, itu untuk yang kecil-kecil loh… kalau produk yang lebih besar dan rumit seperti burung merak itu membutuhkan waktu lebih lama lagi…”. Ingin tahu aneka produk dan harganya, lihat saja di sini.

Tenaga kerjanya berapa Mbak Suci? Tanya saya. “Saya tidak memiliki tenaga kerja tetap, karena saya menggunakan sistem suplai “lintingan” dan “tampar”, demikian jawabnya. Sekedar diketahui, koran bekas bisa dilipat-lipat sedemikian rupa (dilinting) atau dibuat seperti tali yang Mbak Suci sebut sebagai “tampar” (tali). Nah bahan-bahan itu yang mereka setorkan kepada Mbak Suci, selanjutnya Mbak Suci lah yang membuat produk jadi sesuai permintaan pelanggan.

Mbak Suci, apa boleh orang lain belajar membuat kerajinan seperti ini kepada Anda? “Tentu boleh, saya menyediakan paket pelatihan sampai peminat bisa membuat sendiri, demikian jawabnya”. So… tunggu apalagi, bila Anda berminat sebagai reseller atau ingin belajar langsung padanya, silahkan Anda menghubungi Mbak Suci Gulangsari.  Dia beralamatkan di Jl. Bandara Eltari III VM 28 Villa Gunung Buring Cemorokandang Kota Malang, Kode Pos 65138.

[caption caption="Mbak Suci Gulangsari, Owner Ledoe Art, Malangan Souvenir & Gift/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Wah… ternyata Mbak Suci yang juga seorang kompasianer ini adalah entrepreneur kreatif dan inovatif, sampah kertas pun bisa diolah menjadi aneka produk souvenir dan gift bernilai ekonomi tinggi. Bahkan, seni produk kerajinan tangan olah limbah kertas yang Mbak suci sebut sebagai "Ledoe, Paper Recyclinc At" itu sudah mulai dilirik pasar internasional.

Semoga ekonomi kreatif yang didengung-dengungkan selama ini, benar-benar dapat diwujudkan di berbagai daerah. Selamat berkarya inovatif. Bagaimana sebaiknya membangun ekonomi kreatif di daerah Anda?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun