Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Implementasi Pembelajaran Saintifik 5M

2 September 2015   16:41 Diperbarui: 4 April 2017   18:31 55967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Seorang Peserta PLPG sedang Praktik Mengajar di Hotel Asida, Batu-Malang/Foto Dok. Pribadi"][/caption]

Salah satu kunci utama keberhasilan pendidikan di Indonesia adalah terletak pada kualitas pendidik atau gurunya dengan kurikulum sebagai seperangkat desain penunjangnya. Seberapa baik kurikulum, namun jika gurunya tidak mampu menerapkannya dengan baik, maka tujuan kurikulum sulit tercapai. Karena itu, perlu penguatan di lapangan tentang penerapan regulasi pendidikan yang menuntut setiap guru memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial.

Tulisan ini hendak mendekripsikan bagaimana kompetensi guru dalam aspek pedagogik dipraktikkan di dalam proses pembelajaran. Kebetulan pada hari itu (1/9/2015), saya diminta menjadi instruktur dalam kegiatan Peer Teaching Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di Hotel Asida, Kota Batu Malang. Kegiatan itu diselenggarakan oleh salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Timur yang berperan sebagai salah satu Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) di wilayahnya.

Berdasarkan pengalaman itu, tulisan ini saya fokuskan pada pendekatan pembelajaran saintifik setelah mengamati praktik para guru kelas di forum itu, ketika mereka menerapkan proses pembelajaran dengan langkah 5M (Mengamati, Menanya, Mencoba, Menalar, dan Mengkomunikasikan).

Implementasi Pendekatan Saintifik

Di kelas F3 yang saya dampingi, ada 11 peserta sedang berlatih mengajar dengan pendekatan saintifik secara bergantian. Pendekatan pembelajaran saintifik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya penggunaan proses berfikir ilmiah sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Peserta didik didorong untuk mencari tahu dari berbagi sumber informasi, bukan hanya diberi tahu.  Untuk itu, mereka dilibatkan dalam proses pembelajaran melalui pengamatan, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Untuk memudahkannya, langkah-langkah pembelajaran yang sejalan dengan semangat pendekatan saintifik (scientific approach) dinamakan dengan 5M.

Berdasarkan pengamatan dalam forum itu, terlihat penerapan pendekatan saintifik belum begitu tampak menonjol. Mungkin mereka masih belum terbiasa dengan menekankan pentingnya mendorong peserta didik terlibat dalam proses mencari tahu, sampai mereka dapat menyimpulkan atau menemukan pengetahuan sendiri dari tema yang sedang dipelajarinya (inquiry or discovery learning).

Sungguh pun begitu, para peserta pelatihan relatif sudah mampu menerapkan pembelajaran yang menyenangkan, atau apa yang dikenal dengan pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Selingan berupa nyanyian atau permainan sudah muncul, tepuk tangan meriah di sela-sela pembelajaran juga sudah tampak. Ucapan bagus, pinter, hebat, dan sejenisnya yang memotivasi juga terlihat dalam proses pembelajaran. Beberapa media seperti gambar, bola mainan, tumbuhan, poster, media tempel dan semacamnya juga sudah diperagakan.

Namun, para guru yang tampil dalam forum itu, masih belum menunjukkan proses pembelajaran saintifik secara optimal. Sebagian guru masih menekankan transfer pengetahuan (memberi tahu), hal ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam kelas yang sebagian besar masih menekankan pertanyaan apa (what), bukan mengapa (why) dan bagaimana (how). Padahal yang diharapkan, peserta didik tidak saja tahu apa (ranah kognitif), tetapi juga tahu mengapa (ranah afektif), dan tahu bagaimana (ranah psikomotor) dengan proses pembelajaran yang “memberdayakan”.

Belajar model demikian, mengharapkan produk lulusannya dapat menghasilkan insan yang produktif, inovatif, kreatif, dan afektif yang di dalamnya mencakup penguasaan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan secara terpadu dan seimbang, baik aspek soft skill maupun hard skill. Ringkasnya, pendidikan dapat menghasilkan manusia cerdas dan berkarakter.

Penerapan pendekatan pembelajaran saintifik, meniscayakan kehadiran guru yang tidak saja sabar dan telaten, tetapi juga cerdas dan kreatif berkolaborasi dengan peserta didik untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memunginkan mereka mampu merumuskan masalah dengan baik. Para guru diharapkan  mampu menfasilitasi peserta didik berlatih berfikir analitis, bukan berpikir mekanis.

Melalui pertanyaan mengapa dan bagaimana, peserta didik dirangsang untuk dapat menyelesaikan masalah melalui proses yang lebih panjang. Mereka diajarkan bagaimana menarik kesimpulan, bukan hanya menerima pengetahuan (transfer of knowledge) dengan cara mekanis seperti mendengarkan atau menghafal. Hal ini bukan berarti kegiatan mendengarkan ceramah dan menghafal itu tidak penting, namun yang hendak saya katakan adalah proses berfikir ilmiah penting ditonjolkan dalam proses pembelajaran, karena pengetahuan itu bukan dogma, namun pengetahuan itu terkait erat dengan aktivitas ilmiah. Cara kerja ilmiah, sudah barang tentu mengikuti prinsip-prinsip berfikir ilmiah, apakah itu bersifat induktif atau deduktif.

Untuk itulah, agar penerapan 5M dapat diterapkan secara efektif baik oleh para guru atau siapapun yang kegiatannya berhubungan dengan aktivitas pembelajaran, akan saya sharing pengalaman itu. Hal ini sama sekali saya bukan bermaksud menggurui loh. Baiklah, kelima langkah proses pembelajaran saintifik itu dapat saya deskripsikan sebagai berikut:

Langkah ke-1: Mengamati (observing).

Mengamati berkaitan dengan aktivitas panca indera manusia yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk mengamati obyek belajar secara bermakna (meaningfull learning). Karena itu, untuk memudahkan pembelajaran, di awal kegiatan pembelajaran dipandang penting untuk mendemonstrasikan obyek belajar yang menarik dan bermanfaat, tentu dipilih obyek belajar yang relevan dengan tema belajar. Obyek itu tidak harus mewah atau mahal, sederhana asalkan mudah digunakan dan menarik.

Obyek belajar sebaiknya yang menantang peserta didik untuk bertanya dan merangsang rasa ingin tahu mereka. Peserta didik diberi kesempatan terlibat untuk melakukan pengamatan (observasi) melalui panca inderanya, seperti mengamati gambar animasi, menyentuh obyek tiruan model bagian tubuh manusia (torso), mengamati aneka jenis dedaunan di halaman sekolah, mengamati transaksi jual beli di kantin sekolah, mengamati aktivitas petani, peternak, polisi, pasar, tumpukan sampah, dan masih banyak lagi. Jika obyek atau fenomena yang diamati sulit dijangkau, dapat digunakan model tiruannya, bisa dirupakan dalam bentuk rekaman video-audio, gambar animasi, globe, dan lain sebagainya.

Cara penyajiannya bisa menggunakan model perbandingan. Katakanlah peserta didik diminta untuk mengamati dua gambar/foto. Satu gambar menampilkan foto mushalla yang kotor dan satunya lagi menampilkan foto mall yang bersih. Dengan mengamati dua gambar yang kontras, diharapkan muncul sejumlah pertanyaan kritis dan rasa ingin tahu untuk belajar mempelajarinya.

Langkah ke-2: Menanya (Questioning).

Kemampuan bertanya yang baik merupakan indikasi bahwa kemampuan verbal seseorang telah berkembang dengan baik. Acapkali, jawaban yang baik karena dirangsang oleh pertanyaan yang baik. Karena itu, keberanian dan kemampuan bertanya penting untuk ditumbuhkembangkan. Setiap pertanyaan, akan mendorong munculnya respon balik berupa tanggapan verbal, baik oleh guru atau peserta didik secara kreatif, bahkan mungkin guru tidak menyangka akan mendapatkan jawaban baru yang mengkayakan dari para peserta didiknya. Misalnya pertanyaan: “Mengapa bensin (premium) selalu habis meskipun harganya naik?, atau “mengapa ada orang miskin dan ada orang yang kaya?.

Selain untuk membangkitkan rasa ingin tahu, bertanya berfungsi untuk melatih peserta didik berargumentasi sesuai dengan kapasitasnya, belajar menerima perbedaan pendapat, merangsang peserta didik untuk berpikir ulang, dan sekaligus belajar bagaimana sopan santun dalam bertanya atau merespon pertanyaan dengan baik.

Langkah ke-3: Mencoba (Experimenting)

Hasil belajar akan terekam kuat dalam memori peserta didik, apabila mereka diberi kesempatan untuk melakukan, mencoba, atau mengalami. Hal ini tentu sangat berbeda dengan hasil belajar karena sekedar mendengarkan atau diberitahu oleh orang lain. Perbuatan mencoba itu dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan eksperimen. Misalnya, peserta didik diminta untuk melakukan pengukuran terhadap perbedaan kecepatan perputaran kipas angin yang terbuat dari bahan kertas tipis, kertas karton, seng, atau benda lain di halaman sekolah.

Dengan melakukan percobaan semacam itu, selain peserta didik merasa senang, mereka dapat belajar sambil mengalami. Sudah barang tentu, setiap percobaan perlu dipersiapkan sebelum pembelajaran berlangsung dan dirumuskan dengan baik dalam dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Membuat RPP adalah tugas guru, bukan tugas pemerintah yang terkait dalam bidang pendidikan nasional. Mengapa? Karena gurulah yang paling tahu situasi dan kondisi sekolah masing-masing, jadi RPP tidak perlu distandarkan, kecuali hanya prinsip-prinsip atau komponen-komponen penting RPP-nya.

Langkah ke-4: Menalar (associating).

Menalar dalam pengertian ini adalah padanan dari istilah associating dalam bahasa Inggris, bukan kata reasoning. John M. Echols dan Hasan Shadily (1995: 469) dalam bukunya Kamus Inggris-Indonesia menerjemahkan kata reasoning dengan pemikiran atau pertimbangan. Namun penalaran yang dimaksudkan di sini lebih dekat dengan padanan dari kata “associating”, yang merujuk pada teori belajar asosiasi (pembelajaran asosiatif).

Sebuah Modul Pelatihan Kurikulum 2013 menjelaskan, bahwa esensi istilah asosiasi ini merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa yang kemudian mamasukkannya menjadi penggalan memori (Kemendikbud, 2013: 215). Pengalaman-pengalaman yang tersimpan di memori otak itu berelasi atau berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses inilah yang dikenal sebagai asosiasi atau menalar.

Bagaimana mempraktikkannya? Peserta didik dilatih untuk menghubungkan antara satu obyek/kejadian dengan objek/kejadian lain, sehingga hubungan antara beberapa variabel menjadi jelas, baik bersifat induktif atau deduktif. Misalnya penalaran induksi sebab-akibat seperti: “berusaha keras, berdo’a, dan tidak berputus-asa, adalah faktor-faktor pendorong kesuksesan hidup seseorang”.

Langkah ke-5: Mengkomunikasikan (Communicating)

Dalam bentuk sederhana, mengkomunikasikan berarti mempresentasikan atau menunjukkan hasil pekerjaannya kepada publik, secara lisan atau tulisan, atau bentuk karya lain sehingga mendapat respon yang lebih luas. Dalam ruang terbatas, peserta didik cukup menyajikan kesimpulan hasil pekerjaannya di hadapan teman-temannya di dalam kelas.

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, para guru dapat memanfaatkan kecanggihan itu untuk mengkomunikasikan karya-karya terbaik peserta didiknya di dunia maya, sehingga bisa direspon oleh pembaca yang lebih luas. Misalnya, karya mereka dipublikasikan di Blog kompasiana.com, menarik dan bermanfaat bukan?.

Itulah sekedar sharing dari pengalaman selama mendampingi mereka. Semoga para guru kita dapat mengambil pelajaran dan terus berbenah diri untuk memperbaiki mutu SDM Indonesia. Pendekatan saintifik, merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang mendorong untuk menghasilkan mutu lulusan yang produktif, inovatif, kreatif dan berkarakter. Semoga bermanfaat!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun