Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Implementasi Pembelajaran Saintifik 5M

2 September 2015   16:41 Diperbarui: 4 April 2017   18:31 55967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melalui pertanyaan mengapa dan bagaimana, peserta didik dirangsang untuk dapat menyelesaikan masalah melalui proses yang lebih panjang. Mereka diajarkan bagaimana menarik kesimpulan, bukan hanya menerima pengetahuan (transfer of knowledge) dengan cara mekanis seperti mendengarkan atau menghafal. Hal ini bukan berarti kegiatan mendengarkan ceramah dan menghafal itu tidak penting, namun yang hendak saya katakan adalah proses berfikir ilmiah penting ditonjolkan dalam proses pembelajaran, karena pengetahuan itu bukan dogma, namun pengetahuan itu terkait erat dengan aktivitas ilmiah. Cara kerja ilmiah, sudah barang tentu mengikuti prinsip-prinsip berfikir ilmiah, apakah itu bersifat induktif atau deduktif.

Untuk itulah, agar penerapan 5M dapat diterapkan secara efektif baik oleh para guru atau siapapun yang kegiatannya berhubungan dengan aktivitas pembelajaran, akan saya sharing pengalaman itu. Hal ini sama sekali saya bukan bermaksud menggurui loh. Baiklah, kelima langkah proses pembelajaran saintifik itu dapat saya deskripsikan sebagai berikut:

Langkah ke-1: Mengamati (observing).

Mengamati berkaitan dengan aktivitas panca indera manusia yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk mengamati obyek belajar secara bermakna (meaningfull learning). Karena itu, untuk memudahkan pembelajaran, di awal kegiatan pembelajaran dipandang penting untuk mendemonstrasikan obyek belajar yang menarik dan bermanfaat, tentu dipilih obyek belajar yang relevan dengan tema belajar. Obyek itu tidak harus mewah atau mahal, sederhana asalkan mudah digunakan dan menarik.

Obyek belajar sebaiknya yang menantang peserta didik untuk bertanya dan merangsang rasa ingin tahu mereka. Peserta didik diberi kesempatan terlibat untuk melakukan pengamatan (observasi) melalui panca inderanya, seperti mengamati gambar animasi, menyentuh obyek tiruan model bagian tubuh manusia (torso), mengamati aneka jenis dedaunan di halaman sekolah, mengamati transaksi jual beli di kantin sekolah, mengamati aktivitas petani, peternak, polisi, pasar, tumpukan sampah, dan masih banyak lagi. Jika obyek atau fenomena yang diamati sulit dijangkau, dapat digunakan model tiruannya, bisa dirupakan dalam bentuk rekaman video-audio, gambar animasi, globe, dan lain sebagainya.

Cara penyajiannya bisa menggunakan model perbandingan. Katakanlah peserta didik diminta untuk mengamati dua gambar/foto. Satu gambar menampilkan foto mushalla yang kotor dan satunya lagi menampilkan foto mall yang bersih. Dengan mengamati dua gambar yang kontras, diharapkan muncul sejumlah pertanyaan kritis dan rasa ingin tahu untuk belajar mempelajarinya.

Langkah ke-2: Menanya (Questioning).

Kemampuan bertanya yang baik merupakan indikasi bahwa kemampuan verbal seseorang telah berkembang dengan baik. Acapkali, jawaban yang baik karena dirangsang oleh pertanyaan yang baik. Karena itu, keberanian dan kemampuan bertanya penting untuk ditumbuhkembangkan. Setiap pertanyaan, akan mendorong munculnya respon balik berupa tanggapan verbal, baik oleh guru atau peserta didik secara kreatif, bahkan mungkin guru tidak menyangka akan mendapatkan jawaban baru yang mengkayakan dari para peserta didiknya. Misalnya pertanyaan: “Mengapa bensin (premium) selalu habis meskipun harganya naik?, atau “mengapa ada orang miskin dan ada orang yang kaya?.

Selain untuk membangkitkan rasa ingin tahu, bertanya berfungsi untuk melatih peserta didik berargumentasi sesuai dengan kapasitasnya, belajar menerima perbedaan pendapat, merangsang peserta didik untuk berpikir ulang, dan sekaligus belajar bagaimana sopan santun dalam bertanya atau merespon pertanyaan dengan baik.

Langkah ke-3: Mencoba (Experimenting)

Hasil belajar akan terekam kuat dalam memori peserta didik, apabila mereka diberi kesempatan untuk melakukan, mencoba, atau mengalami. Hal ini tentu sangat berbeda dengan hasil belajar karena sekedar mendengarkan atau diberitahu oleh orang lain. Perbuatan mencoba itu dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan eksperimen. Misalnya, peserta didik diminta untuk melakukan pengukuran terhadap perbedaan kecepatan perputaran kipas angin yang terbuat dari bahan kertas tipis, kertas karton, seng, atau benda lain di halaman sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun