Variasi juga terdapat pada kata "gamis" (sejenis baju) yang lebih lazim digunakan Indonesia meskipun terdapat variasi dialek kata asalnya berhuruf qaf (Qamisun berarti pakaian) dan terdapat variasi transliterasi Latin lain, seperti "khamis" selain "gamis" itu sendiri. Hal ini menunjukkan terdapat koneksi antara film ini dengan dunia Arab, merujuk pada jalan cerita tentang pendudukan, invasi pemukiman alien, para politisi yang menjadi kambing piaraan alien yang menginvasi, akan cukup kuat koneksinya dengan dunia Arab.
Hal ini sebagaimana dikatakan sutradara sendiri pada The Verge, Neill menjelaskan :
"The original idea was to make a science fiction piece that was about an occupying force in a foreign country, and it kind of grew around that. I always wanted to do a science fiction invasion piece that had direct parallels with an occupying force in a country, like the Germans in France, or Americans in Iraq. There's these levels of armed troops that are walking through neighborhoods, and well-built buildings, and local politicians have been turned or manipulated. There is a lot of stuff in there that I felt was really interesting, and to look at it from a different point of view is really cool. That's where the seed was from."[2]Â
Nah, sang sutradara telah berkata begitu. Dengan demikian, hubungan film ini dengan realita menjadi semakin menarik. Bagian inti dari fiksi ilmiah ini adalah alien kadal humanoid (reptilian). Kenyataannya, dalam psikologi, memang terdapat teorema otak kadal atau otak reptil yang dapat berimplikasi lebih luas pada sektor lain, termasuk sosial dan politik. Lalu?
Bersambung...
[1] Watch Neill Blomkamp Alien Invasion Short Film ‘Rakka’, Starring Sigourney Weaver  Â
[2] Inside Neill Blomkamp’s First Experimental Oats Studios Short ‘Rakka’
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H