Merancang Pembelajaran Baru di Tahun Ajaran Baru. Sebuah Refleksi Pemikiran Ki Hajar DewantaraÂ
Oleh: M. Abd. Rahim
***
Baca juga: Tahun Baru, Buka Lembaran BaruIng Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri HandayaniÂ
Ki Hajar DewantaraÂ
Memulai tahun ajaran baru adalah momen yang tepat untuk merefleksikan kembali praktik pembelajaran kita. Sebagai pendidik, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan inspiratif bagi peserta didik.Â
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, dapat menjadi kompas yang memandu kita dalam merancang pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara mengajarkan kita bahwa pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, melainkan juga tentang pengembangan seluruh potensi individu. Beliau menekankan tiga hal yaitu:
1. Ing ngarso sung tulodo (Guru sebagai teladan)
Guru harus menjadi sosok yang patut dicontoh dalam segala aspek kehidupan. Khususnya di sekolah guru  menjadi teladan (role model) yang baik untuk peserta didik di dalam maupun di luar kelas atau di sekolah maupun di luar sekolah.Â
Di manapun berada, guru menjadi sosok yang baik bagi peserta didiknya. Ketika di sekolah menginginkan peserta didiknya baik, maka guru harus mampu menjadi contoh yang baik bagi mereka.
2. Ing madya mangun karso (Guru sebagai pembimbing).Â
Guru harus mampu membangkitkan semangat belajar dan kreativitas peserta didik. Guru harus mampu memunculkan kemandirian belajar peserta didik. Ketika mereka bosan atau lelah atau tak fokus saat pembelajaran.
3. Tut wuri handayani (Guru sebagai pendorong)Â
Guru harus memberikan dukungan dan dorongan kepada peserta didik untuk mencapai potensi terbaiknya. Guru terus memberikan motivasi, saat mereka putus asa dan mereka mampu melewatinya dengan baik
Penerapan dalam Pembelajaran
Untuk menerapkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam pembelajaran, kita dapat melakukan beberapa hal berikut:
1. Membangun Hubungan yang Positif.
Guru berusaha menciptakan suasana kelas yang hangat dan inklusif. Guru dalam hal ini juga harus mengenali minat dan bakat masing-masing peserta didik. Selain itu juga memberikan perhatian individual kepada setiap peserta didik.
Untuk membangun hubungan yang positif antara guru dengan peserta didik yaitu membuat kesepakatan kelas. Kesepakatan ini ditulis dari ide-ide mereka dan guru mengarahkannya. Kesepakatan kelas ini dipakai selama pembelajaran dan membersamai mereka selama satu semester seumpama.
2. Mendesain Pembelajaran yang Menarik
Dalam hal ini guru bisa menggunakan berbagai model/metode pembelajaran yang aktif dan menyenangkan dengan mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran. Serta melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pada kesempatan ini guru bisa memakai ice breaking di awal di tengah maupun di akhir pembelajaran. Untuk memberi semangat awal, guru bisa memakai ice breaking berupa kode tepuk tangan: Tepuk 1: Yes, Tepuk 2: Oke, Tepuk 3: Semangat, Tepuk 4: Konsentrasi, Tepuk 5: Siap belajar.
Setelah itu guru menyempatkan salah satu peserta didik atau pengurus kelas untuk memimpin doa. Setelah doa dibaca bersama, maka guru mengintruksikan untuk memberikan tepuk tangan yang meriah kepada peserta didik tersebut.
Kode tepuk tangan tersebut, bisa dilakukan di tengah pembelajaran ketika mereka hampir tidak mentaati kesepakatan kelas. Kode tepuk tangan tersebut bisa di lakukan sebelum refleksi pada akhir pembelajaran.
3. Mengembangkan Keterampilan Abad 21
Tugas guru dalam hal ini fokus pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi. Mendorong peserta didik untuk menjadi pembelajar mandiri dan menyiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Dalam mendesign dan merancang pembelajaran selanjutnya adalah kolaborasi. Peserta didik diarahkan membentuk kelompok dan membahas suatu sub bab sesuai dengan waktu yang ditentukan. Kemudian mempresentasikan menurut perwakilan kelompok.
Sebelum presentasi dimulai guru memberikan ice breaking "Lampu". Dengan memakai instruksi "Lampu...Kamera...Aksion...." dilengkapi dengan tepuk tangan yang meriah. Ice breaking ini di ucapkan setiap kelompok yang akan presentasi.
4. Menghubungkan Teori dengan Praktik
Tugas guru selanjutnya yaitu menggunakan contoh-contoh nyata dari kehidupan sehari-hari. Mengajak peserta didik untuk menerapkan pengetahuan yang mereka dapatkan
5. Pembelajaran yang holistikÂ
Dalam pembelajaran holistik, semua aspek perkembangan peserta didik, baik itu kognitif (intelektual), afektif (emosional), psikomotor (fisik), sosial, dan spiritual, dikembangkan secara seimbang. Tujuannya adalah untuk membantu peserta didik mencapai potensi maksimalnya sebagai manusia yang utuh
Semoga bermanfaat!
Bila ada yang kurang silahkan ditambah di komentarÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H