Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru - Khoirun Nas Anfa'uhum Linnnas

Penulis Novel Islami, Welcome Back to School. Penulis Kumpulan Puisi, Jiwa-Jiwa Penggerak. Belajar Menulis untuk Terus Bisa Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merancang Pembelajaran Baru di Tahun Ajaran Baru, Sebuah Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

26 Juli 2024   13:50 Diperbarui: 26 Juli 2024   13:51 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Merancang Pembelajaran Baru di Tahun Ajaran Baru. Sebuah Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara 

Oleh: M. Abd. Rahim

***

Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani 

Ki Hajar Dewantara 

Memulai tahun ajaran baru adalah momen yang tepat untuk merefleksikan kembali praktik pembelajaran kita. Sebagai pendidik, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan inspiratif bagi peserta didik. 

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, dapat menjadi kompas yang memandu kita dalam merancang pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara mengajarkan kita bahwa pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, melainkan juga tentang pengembangan seluruh potensi individu. Beliau menekankan tiga hal yaitu:

1. Ing ngarso sung tulodo (Guru sebagai teladan)

Guru harus menjadi sosok yang patut dicontoh dalam segala aspek kehidupan. Khususnya di sekolah guru  menjadi teladan (role model) yang baik untuk peserta didik di dalam maupun di luar kelas atau di sekolah maupun di luar sekolah. 

Di manapun berada, guru menjadi sosok yang baik bagi peserta didiknya. Ketika di sekolah menginginkan peserta didiknya baik, maka guru harus mampu menjadi contoh yang baik bagi mereka.

2. Ing madya mangun karso (Guru sebagai pembimbing). 

Guru harus mampu membangkitkan semangat belajar dan kreativitas peserta didik. Guru harus mampu memunculkan kemandirian belajar peserta didik. Ketika mereka bosan atau lelah atau tak fokus saat pembelajaran.

3. Tut wuri handayani (Guru sebagai pendorong) 

Guru harus memberikan dukungan dan dorongan kepada peserta didik untuk mencapai potensi terbaiknya. Guru terus memberikan motivasi, saat mereka putus asa dan mereka mampu melewatinya dengan baik

Penerapan dalam Pembelajaran

Untuk menerapkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam pembelajaran, kita dapat melakukan beberapa hal berikut:

1. Membangun Hubungan yang Positif.

Guru berusaha menciptakan suasana kelas yang hangat dan inklusif. Guru dalam hal ini juga harus mengenali minat dan bakat masing-masing peserta didik. Selain itu juga memberikan perhatian individual kepada setiap peserta didik.

Untuk membangun hubungan yang positif antara guru dengan peserta didik yaitu membuat kesepakatan kelas. Kesepakatan ini ditulis dari ide-ide mereka dan guru mengarahkannya. Kesepakatan kelas ini dipakai selama pembelajaran dan membersamai mereka selama satu semester seumpama.

2. Mendesain Pembelajaran yang Menarik

Dalam hal ini guru bisa menggunakan berbagai model/metode pembelajaran yang aktif dan menyenangkan dengan mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran. Serta melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Pada kesempatan ini guru bisa memakai ice breaking di awal di tengah maupun di akhir pembelajaran. Untuk memberi semangat awal, guru bisa memakai ice breaking berupa kode tepuk tangan: Tepuk 1: Yes, Tepuk 2: Oke, Tepuk 3: Semangat, Tepuk 4: Konsentrasi, Tepuk 5: Siap belajar.

Setelah itu guru menyempatkan salah satu peserta didik atau pengurus kelas untuk memimpin doa. Setelah doa dibaca bersama, maka guru mengintruksikan untuk memberikan tepuk tangan yang meriah kepada peserta didik tersebut.

Kode tepuk tangan tersebut, bisa dilakukan di tengah pembelajaran ketika mereka hampir tidak mentaati kesepakatan kelas. Kode tepuk tangan tersebut bisa di lakukan sebelum refleksi pada akhir pembelajaran.

3. Mengembangkan Keterampilan Abad 21

Tugas guru dalam hal ini fokus pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi. Mendorong peserta didik untuk menjadi pembelajar mandiri dan menyiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Dalam mendesign dan merancang pembelajaran selanjutnya adalah kolaborasi. Peserta didik diarahkan membentuk kelompok dan membahas suatu sub bab sesuai dengan waktu yang ditentukan. Kemudian mempresentasikan menurut perwakilan kelompok.

Sebelum presentasi dimulai guru memberikan ice breaking "Lampu". Dengan memakai instruksi "Lampu...Kamera...Aksion...." dilengkapi dengan tepuk tangan yang meriah. Ice breaking ini di ucapkan setiap kelompok yang akan presentasi.

4. Menghubungkan Teori dengan Praktik

Tugas guru selanjutnya yaitu menggunakan contoh-contoh nyata dari kehidupan sehari-hari. Mengajak peserta didik untuk menerapkan pengetahuan yang mereka dapatkan

5. Pembelajaran yang holistik 

Dalam pembelajaran holistik, semua aspek perkembangan peserta didik, baik itu kognitif (intelektual), afektif (emosional), psikomotor (fisik), sosial, dan spiritual, dikembangkan secara seimbang. Tujuannya adalah untuk membantu peserta didik mencapai potensi maksimalnya sebagai manusia yang utuh

Semoga bermanfaat!

Bila ada yang kurang silahkan ditambah di komentar 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun