Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru - Khoirun Nas Anfa'uhum Linnnas

Penulis Novel Islami, Welcome Back to School. Penulis Kumpulan Puisi, Jiwa-Jiwa Penggerak. Belajar Menulis untuk Terus Bisa Menulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tempat Suci Mulai Sepi

12 April 2023   10:58 Diperbarui: 12 April 2023   11:02 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Tempat suci mulai sepi, tanyakan pada hati. Dimanakah jasadmu? Di manakah rohmu? Apakah imanmu sudah melemah, ketika engkau dipanggil untuk salat jamaah isya dan tarawih. 

Ataukah tak punya outfit Tarawih yang pantas, atau sungguh pakaian sudah tidak ada lagi. Apakah semuanya sudah benar-benar pergi dihempas oleh misteri-misteri hati. Sehingga tempat suci, sunyi kau tinggalkan dengan seenak hati.

Sungguh dimanakah kau kini, kemanakah bekas air wudhu di awajahmu, jejak-jejak kaki basah menapaki lantai, karpet, sajadah suci. Kini, tempat wudhu mulai rindu kehidaranmu. Hembusan angin di dalam tempat suci, mencari-cari. Dimakah kau kini, menghilang bagaikan ditelan bumi.

Aroma masjid; tempat suci, kini pengap bukan karena penuh jamaah. Bukan pengap karena keringat yang berhamburan di wajah-wajah, namun kipas angin, AC tidak dinyalakan karena tempat suci tanpa huni. Sungguh sepi, dan sunyi.

Benarkah, kakimu sudah terpasung menuju ke tempat suci. Sehingga engkau tak berdaya pergi ke tempat suci. Ataukah sibuk diri untuk mangais rezeki, berganti kesibukan menjual pakaian-pakaian idul Fitri?. Ataukah memang malas dan sombong tidak beribadah kepada Allah Sang Maha pemberi rezeki. 

Sungguh engkau jangan kufur nikmat yang diberi. Pakaian yang engkau pakai di saat ibadah tarawih, tempat sujudmu yang engkau ciumi, telah menjadi saksi bahwa engkau telah menghadap, berharap, minta ampunan dan pertolongan pada sang Ilahi Robbi.

Ingatlah setiap bernyawa pasti akan mati. Sebelum ramadhan telah pergi, perbaikilah diri. Sempurnakanlah puasa hingga penuh dengan senang hati. Sebelum jasad, umur benar-benar sirna, ibadahlah di bulan puasa tahun ini dengan giat semangat membaja dan intropeksi diri.

Karena kita belum tentu, menyaksikan bulan ramadhan di tahun depan. Karena belum tentu tempat suci kita singgahi lagi. Mumpung nafas masih segar mengudara, mata masih terbuka, penglihatan belum pudar, telinga masih sempurna mendengar, maka seluruh anggota tubuh kita mari gunakan dengan sebaik-baiknya.

Langit dan bumi menangis karena ramadhan akan pergi. Melihat tempat suci kosong dan sepi. Mari kita gunakan lagi, pakaian tarawih yang pernah kita pakai di tempat suci. Atau memakai pakaian suci yang baru kau beli. Mari semangat lagi, pompa iman dengan sekuat tenaga; hati.

Sepuluh terakhir di dalam bulan suci, ada malam yang lebih baik dari 1000 bulan, yakni malam Lailatul Qadar. Tempat suci akan bahagia, ketika kembali ditempat sujudmu semula. Datangilah, beri'tikaflah; zzikir, tadarus Alquran, dan berdiam tapi berpahala.  

Sungguh belum waktunya kau membuat tempat-tempat suci seperti lorong hampa. Jangan kau matikan air, untuk membasuh muka. Membasuh tangan dan kaki bernilai berpahala. Buatlah cahaya hati ditempat suci, untuk investasi ketika sudah mati.

Lakukanlah, sebelum air di langit dan di bumi mengering. Mengeringkan tenggorokan dan memutuskan urat nadi. Sebelum tempat suci ini hancur berkeping-keping, sebelum gunung-gunung terbang, sebelum matahari di atas dan dekat di kepala kita. Bertaubatlah di bulan suci ini.

Kenakanlah pakaian saat beribadah, walau tak sebagus yang baru kau beli. Yang penting pakailah pakaian yang bersih dan suci. Datangilah tempat suci, karena dekat di hati. Berfikirlah saat kau bersibuk diri di tempat yang lebih jauh kau hadiri. Daripada tempat suci di depan rumahmu kau lewati.

Di manakah rasa syukurmu ketika diberi rezeki, hilang kemanakah jejak-jejak kaki yang kemarin membasahi tempat suci. Suara teriak anak-anak kecil pun bersembunyi, dibalik orang tua yang tak tahu diri. Kini sepi, hilang sirna bersama angin Ramadhan yang akan pergi. 

***

Surabaya, 21 Ramadhan 1444 H.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun