Lingkungan pendidikan dan sosial kita semestinya tidak hanya mengapresiasi orang yang terampil dalam berbicara, tetapi mengapresiasi juga orang yang terampil dalam mendengarkan. Bahkan, kita acapkali mudah untuk berbicara, tetapi sulit mendengar.
Yang menjadi kekeliruan –sekadar melampiaskan pandangan yang subjektif– di khalayak ramai adalah: menyandingkan kepintaran dengan kemahiran dalam berbicara. Rasa-rasanya kemahiran untuk mendengarkan memang sudah tersandung jauh dan dikalahkan oleh pamor berbicara.Â
Saya kira, meskipun penilaian tersebut adalah nisbi, penting untuk menyampaikan nilai edukatif ihwal mendengarkan. Penting pula memupuk pengetahuan kolektif bahwa berbicara dan mendengarkan sama-sama memiliki kedudukan yang sangat vital.
Saya selalu yakin, setiap pengetahuan di dapat dengan cara membaca dan mendengarkan. Terlebih, kegiatan mendengarkan –bagi saya– tidak melulu sebagai upaya untuk memahami, melainkan untuk menghargai.Â
Kegiatan mendengarkan merupakan etika sederhana dalam kehidupan yang kadang kala sangat sulit dilakukan oleh kebanyakan orang. Jadi, mari batasi pembicaraan dan perluas mendengarkan. Undzur ma qoola wala tandzur man qoola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H