Mohon tunggu...
M. Hikmal Yazid
M. Hikmal Yazid Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teologisme Bioskop

16 Februari 2024   14:55 Diperbarui: 16 Februari 2024   15:36 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FOTO : Ilustrasi pixabay

Hari pemutaran perdana tiba, dan kota kecil itu menjadi ramai oleh antusiasme para penonton. Arjun tiba di bioskop dengan hati yang berdebar-debar. Film dimulai, dan ketiadaan Tuhan semakin menciptakan teka-teki dalam hati Arjun. Adegan demi adegan menggambarkan kisah hidupnya sendiri.

Setelah film selesai, Arjun keluar dari bioskop dengan hati yang terasa kosong. Pertemuan yang diharapkannya sebagai jawaban atas pertanyaan hidupnya malah meninggalkannya dengan kekecewaan yang mendalam. Senyum Tuhan yang terlihat di layar hanya menjadi kenangan pahit dalam benaknya.

Dalam keputusasaan, Arjun bertanya pada Tuhan tentang alasan keterlambatan-Nya. Senyum Tuhan memberikan kehangatan yang tak tergantikan. Arjun merasa seperti kembali bertemu dengan teman lama yang telah lama tidak ditemuinya. Dengan keberanian yang timbul dari rasa ingin tahu yang tak terbatas, Arjun bertanya pada Tuhan tentang tujuan pertemuan ini.

Dalam keheningan yang mendalam, Arjun merenung pada jawaban yang telah diberikan Tuhan. Senyum Tuhan menjadi semacam jawaban tanpa kata. Dalam kesunyian, Arjun merasa bahwa dia telah diberi tugas yang lebih besar dari dirinya sendiri.

Dalam keheningan hatinya yang penuh penyesalan, Arjun merenung. Pertemuan khusus di bioskop yang awalnya diharapkan membawa jawaban, kini hanya menjadi kenangan pahit. Ia meratap di tengah reruntuhan, memikul beban kesalahan yang tak terbayangkan. Senyum Tuhan yang dulu memberikan kehangatan, kini menjadi tatapan tanpa makna di dalam keheningan. Arjun, yang awalnya mencari arti kehidupan, kini menemukan dirinya terjebak dalam kegelapan yang diciptakan oleh tangan-tangannya sendiri. Pertanyaan hidup yang terus menerus menghantui, dan Arjun harus menjalani sisa hidupnya dengan memikul beban keputusan yang tak terbalas. Dalam kekalutan dan keheningan yang penuh penyesalan, kisah Arjun berakhir tragis, menjadi catatan kelam dalam buku sejarah tanah para nabi-nabi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun