Mohon tunggu...
M. Hikmal Yazid
M. Hikmal Yazid Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teologisme Bioskop

16 Februari 2024   14:55 Diperbarui: 16 Februari 2024   15:36 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FOTO : Ilustrasi pixabay

Di sebuah kota kecil yang terletak di lereng bukit, hiduplah seorang pria bernama Arjun. Dengan rambut hitam pekat dan mata yang penuh kegelisahan, Arjun adalah seorang yang mencintai keheningan. Kehidupannya yang sepi terus dihantui oleh bayang-bayang masa lalu yang kelam. Sepuluh tahun yang lalu, kekasihnya meninggalkan dunia ini tanpa alasan yang jelas, meninggalkan Arjun dalam kekosongan yang tak terbayangkan.

Suatu sore yang cerah, ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat, pikiran tak terduga menyelinap ke dalam benak Arjun. Apakah Tuhan juga merasakan kisah hidup manusia melalui layar bioskop? Pertanyaan ini muncul begitu saja, seolah-olah ada panggilan dari alam semesta yang memintanya untuk kembali ke tempat yang selama ini dihindarinya.

Pertanyaan itu menjadi seperti benih yang tumbuh di dalam benak Arjun. Meskipun pada awalnya ia mencoba mengabaikannya, panggilan itu semakin kuat, seperti bisikan keabadian yang tak bisa diabaikan. Dalam kegelisahan dan kebingungan, Arjun akhirnya memutuskan untuk merencanakan pertemuan khusus dengan Tuhan di bioskop.

Namun, sebelumnya, dia harus membuat pilihan sulit: memilih film yang akan mereka tonton bersama. Antara cerita yang menggetarkan jiwa dan hiburan yang ringan, Arjun merenung. Akhirnya, ia memilih sebuah film yang menggambarkan perjalanan kehidupan, harapan, dan cinta. Pilihan ini seolah menjadi petunjuk dari langit, membimbingnya dalam persiapan pertemuan yang tak terduga.

Hari pemutaran perdana tiba, dan kota kecil yang biasanya sunyi menjadi ramai oleh antusiasme para penonton. Arjun tiba di bioskop dengan hati yang berdebar-debar. Meskipun sebagian dari dirinya masih meragukan arti dari pertemuan ini, ia memesan dua tiket: satu untuk dirinya dan satu untuk Tuhan yang tak terlihat.

Ketika film mulai diputar, ketiadaan Tuhan semakin menciptakan teka-teki dalam hati Arjun. Adegan demi adegan menggambarkan kisah hidupnya sendiri. Ia merasakan getaran emosional yang tak terduga, tetapi di sekitarnya, penonton hanya melihatnya sebagai bagian dari hiburan semata.

Kekecewaan dan Pertanyaan Tanpa Jawaban

Setelah film selesai, Arjun keluar dari bioskop dengan hati yang terasa kosong. Pertemuan yang diharapkannya sebagai jawaban atas pertanyaan hidupnya malah meninggalkannya dengan kekecewaan yang mendalam. Pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban merayap di benaknya, menggoyahkan keyakinan yang dia bangun.

Namun, di tengah kegelapan, Tuhan muncul kembali dari layar dengan senyuman yang penuh makna. Tatapan Arjun bertemu dengan mata Tuhan, seolah-olah menyusun dialog tanpa kata. Ada komunikasi yang lebih dalam, sebuah pengertian di luar kata-kata biasa.

Dengan keberanian yang timbul dari rasa ingin tahu yang tak terbatas, Arjun bertanya pada Tuhan tentang alasan keterlambatan-Nya. Senyum Tuhan memberikan kehangatan yang tak tergantikan. Arjun merasa seperti kembali bertemu dengan teman lama yang telah lama tidak ditemuinya.Tuhan, dengan lembut, bertanya, "Bisakah kau menghentikan perang? Agar kita bisa nonton lagi di lain waktu." Pertanyaan besar ini memunculkan pertimbangan dan pertanyaan lebih lanjut dalam benak Arjun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun