Mohon tunggu...
M Syahri
M Syahri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Proses Pertumbuhan Agama pada Anak-anak dan Remaja

26 April 2019   15:58 Diperbarui: 1 Juli 2021   09:51 4327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Perkembangan Jiwa Beragama pada Masa Anak-anak

Masa kanak-kanak dimulai pada akhir masa bayi sampai saat anak-matang scara seksual. Jadi mulai sekitar umur 2 tahun sampai sekitar umur 12 tahun. Perkembangan agama pada masa anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, di sekolah dan dalam masyarakat lingkungan.

Sifat agama pada anak-anak berkembang mengikuti pola ideas concept on outhority. Ide keagamaan pada anak hampir sepenuhnnya authoritarius, maksudnya konsep keagaamaan pada  diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka.

Baca juga: Peran Orangtua dalam Menanamkan Nilai-nilai Agama pada Anak Usia Dini

Perkembangan agama pada anak-anak itu melalui beberapa fase, dikatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu melalui tingkatan yaitu:

1. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng), tahap ini terjadi pada anak berumur 3-6 tahun.

2. The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan), tingkatan ini dimulai sejak anak masuk Sekolah Dasar hingga masa usia adolesense. Pada masa ini, ide keagamaan anak didasarkan atas dorongan emosional, hingga mereka dapat melahirkan konsep Tuhan yang formalis.

3.The Individual Stage (Tingkat Individu), pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usianya.

B. Perkembangan Jiwa Beragama pada Masa Remaja

lah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja juga dapat dikatakan perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai dewasa. Perkembangan jiwa keagamaan para remaja, dipengaruhi oleh  perkembangan aspek psikis dan fisiknya. Jadi, sikap keagamaan di usia remaja belum stabil kadang-kadang taat dan kadang-kadang lalai.

Baca juga: Metode Pembelajaran Agama pada Anak Usia Dini

agama yang terjadi pada remaja terjadi dalam beberapa aspek, antara lain menurut W. Starbuck sebagaimana disebutkan oleh Ramayulis adalah:

1.Pertumbuhan pikiran dan mental.

Agama yang ajarannya bersifat lebih konservatif lebih banyak berpengaruh bagi para remaja untuk tetap taat pada ajaran agamanya. Sebaliknya agama yang ajarannya kurang konservatif dogmatis dan agak liberal akan mudah merangsang pengembangan pikiran dan mental para remaja sehingga mereka banyakmeninggalkan ajaran agamanya. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pikiran dan mental remaja mempengaruhi keagamaan mereka.

2.Perasaan sosial, ethis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati prikehidupan yang terbiasa dalam lingkungan kehidupan agamis akan cenderung mendorong dirinya untuk lebih dekat ke arah hidup agamis.

3.Pertimbangan Sosial

Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara pertimbangan moral dan material, remaja sangat bingung menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan materi,

4.Perkembangan moral.

Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari proteksi.

5.Sikap dan Minat.

Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka.

Baca juga: Tanamkan Akhlak dan Ilmu Agama pada Anak

C. Konflik dan Keraguan Remaja dala Beragama

Penganut agama yang taat dan fanatistik menjalankan agamanya secara baik dan benar, disebabkan pengaruh kepercayaannya  terhadap  dirinya dapat menimbulkan konflik/ keraguan dalam menetapkan  atau melaksanakan  agamanya. Setelah  konflik  berlalu, individu memutuskan untuk menganut salah satu agama atau memilih salah satu faham keagamaan  yang  terdapat  dalam  agama  yang  dianutnya.  Keraguan  dan kebimbangan  yang  terjadi  pada  remaja menjurus ke arah munculnya konflik  dalam diri para remaja , karena mereka dihadapkan pada pilihan-pilihan  yang saling bertentangan  yang mungkin dilaksanakan pada waktu yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun