Nikmir emang gak ada akhlak! Habib dilawan! Kena geruduk deh lu.
Itu yang saya lihat dari kelakuan Si Nyai dalam beberapa pekan ini. Hampir seluruh media online membicarakan tentang dirinya. Cuitannya di story Instagram hingga adu perang lewat unggahan video. Salut Nyai...
Bukan Nyai namanya jika ia tidak berani melawan. Lihat saja, ratusan pendukung FPI pun ia hadapi. Malah ia sesumbar akan memanggil pasukannya dari golongan makhluk halus. Pasukan Jin. Bayangkan. Ini jin lho. Bukan pasukan abal-abal. Amazing banget kan Si Nyai?.
Bukan masalah cuitannya yang diperdebatkan. Bukan perkara siapa yang dimaksud tukang obat oleh Si Nyai. Namun esensi di dalam cuitan itu. Paham kan maksud saya? Bagus deh.
Di sisi lain, golongan penentang pasukan sorban putih HRS tak mau kalah. Mereka menyerang balik sebagai bentuk dukungan untuk Si Nyai. Muncul deh dua kubu. Nikita VS Rizieq.
Hingga detik ini, pertarungan mereka masih berlanjut. Seolah-olah saya menonton film Marvel berjudul Black Widow VS Thor Season 1. Kok? Iya benar. Jangan melongo gitu. Karena sudah bisa dipastikan akan ada season-season berikutnya. Yakin deh gue.
***
Dalam ajaran agama saya, tepatnya disebutkan di dalam sebuah Surat Fushilat ayat 34 yang berbunyi "Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia".
Apa sudah nangkap maksudnya? Baiklah akan coba saya jelaskan. Esensinya begini, jika ada orang lain, baik itu saudara atau teman kita yang melakukan keburukan terhadap diri kita secara lisan maupun perbuatan, hendaknya kita balas dengan kebaikan.
Bahkan jika kita sanggup, maafkanlah. Balas mereka dengan perkataan lembut. Yakinlah, jika kita melakukan hal itu, mereka yang menjelek-jelekkan kita akan berbalik menyukai kita.
Tapi kayaknya pesan dalam ayat di atas tidak berlaku di zaman sekarang ini deh. Lha kok bisa? Bisa dong. Gimana enggak, terkadang kebaikan pun bisa bermakna kejahatan di mata orang lain.
Sebenarnya niat Si Nyai itu baik, mengingatkan para pasukan bersorban putih untuk menjaga protokol kesehatan. Tapi apa yang Nyai dapat? Ia malah diserang oleh mereka. Catat ya, ini hanya mengingatkan, bukan menghina atau membully seseorang. Sungguh mereka nggak bisa memakai nalarnya dengan baik. Gak bisa bedain mana kritik membangun mana kritik menjatuhkan.
Suara Si Nyai hanyalah satu dari ribuan suara yang terbungkam. Satu cuil dari puluhan remahan rengginang yang mampu bertahan dari kencangnya hembusan angin topan di sosmed.
Tapi meskipun cuma secuil, sekali Si Nyai nyuit bisa bikin kuping panas. Ingat kasus kemarin kagak? Si Nyai menegur ketua dewan prank rakyat akibat matiin mic. Bayangkan saja, sekelas dewan berani Nyai tegur. Lha ini? Seorang mantan penjual minyak wangi yang langsung melesat menjadi ketua organisasi. Bagi Si Nyai mah lewaaattt.
***
Kepolosan dan keapaadaannya Si Nyai memang patut diacungi jempol. Tidak semua orang lho bisa dan berani senekad itu. Keluar masuk penjara sudah bukan hal yang menakutkan lagi baginya. Karena Nyai merasa apa yang ia lakukan selama ini adalah benar. Salut deh buat Si Nyai. Bravo Nyai!!!
Seperti lirik lagu berjudul Superhero yang dinyanyikan oleh Band Unknown Brain, Si Nyai kayaknya mewakili banget. Ia seolah menjelma sebagai sosok hero wanita. Salah satu dari hero-hero di luar sana yang berani menyuarakan kejujuran. Suara hati kecil rakyat Indonesia yang merasa kurang puas dengan kinerja petinggi di pemerintahan.
Bagi orang berpendidikan, mungkin cara menyuarakan hati nurani ala Si Nyai terlihat konyol bahkan tidak etis. Tapi bagi kaum jelata alias rakyat biasa, suara Si Nyai bak suara Dewa. Bahkan ia dibela oleh netizen +62. Kompak ya.
Pun berlaku sebaliknya. Setelah mengata-ngatai Si Nyai dengan sebutan l*nte, sontak HRS mendapat kecaman. Ucapan sekasar itu tidak pantas keluar dari mulut seorang keturunan Rasulullah. Katanya sih gitu. Wallahua'lam siapa yang benar. Padahal kita umat muslim tahu jika Rasulullah selalu berkata-kata baik. Lha ini keturunannya kok gini?
Terlepas dari keturunan nabi atau bukan, yang jelas akibat cuitan Si Nyai pula, kini muncul beberapa kelompok yang berusaha bikin kericuhan. Tujuan utamanya adalah memecah belah. Memanfaatkan cuitan Si Nyai untuk kepentingan kelompok tertentu. Tak tanggung-tanggung, cuitan Nyai yang semula hanya di dunia maya, kini sudah merembet ke dunia politik. Astaga Nyai.
***
Jika kita kembalikan lagi ke dalam diri kita, apa sih yang kita cari di dunia ini? Ketenaran di sosmed dengan jutaan follower? Uang yang banyak hasil dari endorse? Enggak. Bukan itu sejatinya yang harus kita kejar.
Keberkahan hidup dan ketenangan hidup yang utama. Dua hal ini bisa kita dapat jika kita mampu mengendalikan diri. Menahan emosi untuk tidak mudah tersulut oleh kejadian yang terjadi di sekitar kita.
Apalagi dengan makin bebasnya kita bersuara sesuka hati di sosmed. Semua hal menjadi serba mungkin. Kirim video, tulis status hingga upload gambar bisa kita lakukan semau kita. Semuanya gratis tak berbayar.
Tapi apakah kita sempat memikirkan efek yang ditimbulkan sesudahnya? Apa kita sempat menimbang-nimbang terlebih dulu tentang akibat jika kita mengupload status/ gambar dan video kita ke sosmed? Saya rasa jarang.
So, bertindaklah yang powerfull seperti Si Nyai. Berbuatlah se heroik Nyai. Tapi jangan lupakan akal. Karena dengan akal itulah kita bisa menjadi manusia yang bermartabat. Satu pesan saya buat Si Nyai. Lanjutkan perjuanganmu Nyai. Tapi dengan cara-cara yang lebih elegan dan berakal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H