"I... Iya, aku membutuhkan jubah itu untuk ritual nanti." jawab Pendeta Ayham palsu terbata -- bata.
"Baiklah, mari ikut saya."
Dengan membawa sebuah lampu minyak, kedua orang itu berjalan menuju sebuah ruangan rahasia. Sebuah ruangan yang hanya diketahui oleh beberapa pendeta saja. Termasuk pendeta penjaga. Mereka berdua akhirnya sampai disana setelah memasuki celah sempit dan pengap.
Tanpa curiga sedikitpun, pendeta penjaga itu segera mempersilakan Pendeta Ayham palsu masuk kedalam. Mata jin pengikut Yodh mengawasi keadaan didalam ruangan yang baru dilihatnya itu. Ia mengamati setiap barang -- barang yang ada disana.
"Ruangan apa ini pendeta?" tanya Pendeta Ayham palsu.
"Tempat ini bernama Ashlar, bukankah pendeta sering kemari untuk bermeditasi?" tanya pendeta penjaga itu membalikkan badannya sambil menatap heran kepada Pendeta Ayham palsu.
"Oh... Ii.. iya aku lupa, mungkin sudah lama aku tidak bermeditasi kemari. Mungkin aku yang terlalu sibuk." jawab Pendeta Ayham palsu terbata -- bata. Lalu pendeta penjaga kuil kembali mencari jubah untuk Pendeta Ayham.
Pendeta Ayham palsu itu terus mengamati keadaan sekelilingnya. Tiba -- tiba ia dikagetkan dengan sebuah patung berbentuk persegi diatas meja kayu. Ia segera mendekati patung itu. Tubuh Pendeta Ayham palsu mendadak panas. Butir -- butir keringat menetes dari lehernya. Kini dihadapannya tergeletak patung Dewa Dhushara yang selama ini diincar oleh Tuannya. Kekuatan pengikut Yodh itu seketika melemah. Namun karena apa yang ia cari selama ini sudah didepan mata, ia segera mengambil patung itu dan menyembunyikannya dibalik tubuhnya meskipun kekuatannya mulai melemah.
"Ini jubah yang Tuan cari." ucap pendeta penjaga sambil menyerahkan sebuah jubah kepada pengikut Yodh.
"Te... Terimakasih banyak." jawab Pendeta Ayham palsu itu sambil terus meneteskan keringat dari dahi dan lehernya.
"Mengapa wajah Tuan mendadak kemerahan begitu? Apakah Tuan sakit?" tanya pendeta penjaga kuil.