Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Teana - Al Djinn (Part 30)

22 Oktober 2018   18:26 Diperbarui: 22 Oktober 2018   18:53 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian hilangnya patung Dewa Dhushara, membuat Teana teringat akan ritual di Kuil Ad Deir beberapa minggu lalu. Kedua kejadian itu memiliki motif yang sama. Yakni usaha untuk mencuri patung Dewa Dhushara. Selama beberapa hari Teana berpikir keras untuk memecahkan misteri dibalik semua itu. Setelah mempertimbangkannya dengan matang, Teana memutuskan untuk kembali ke Kota Petra.

       Teana berpamitan kepada ayah ibunya pada pagi hari. Saat Kota Hegra masih sepi berselimut kabut, dengan restu kedua orangtuanya ia pergi meninggalkan Kota Hegra. Almeera ikut bersama Teana. Mereka berangkat pagi -- pagi sekali agar bisa tiba di Kota Petra saat sore.

"Ayah... Ibu... Aku berangkat dulu. Doa'kan aku selamat." ucap Teana.

"Berhati -- hatilah anakku."

***

       Kekuatan Bangsa Bawah mulai bangkit. Yodh kini mampu mengendalikan kekuatan dari patung Dewa Dhushara. Setelah patung itu disimpan dalam sebuah kotak kayu dan diberi mantra pengunci oleh Yodh, mereka membawa patung itu menuju Kota Petra. Mereka merencanakan segalanya dengan matang dan penuh perhitungan. Karena Yodh tidak ingin mengulangi kegagalan seperti kejadian di Kuil Ad Deir beberapa minggu yang lalu.

"Tuan, kapan kita berangkat menuju Kota Petra?" tanya Taw.

"Sore menjelang senja. Karena saat itu pintu Bangsa Bawah mulai terbuka dan kekuatan kita mulai bertambah. Saat bumi diselimuti kegelapan, kita akan melakukan ritual pemindahan kekuatan patung Dewa Dhushara dan menyerap seluruh kekuatannya untuk berpindah ke tubuh kita."

"Baik Tuan, hamba paham." jawab Taw.

       Waktu berjalan dengan cepat. Hari mulai senja. Yodh dan Taw telah menunggu tenggelamnya matahari diatas bebatuan Al Khuraimat. Tanpa sepengetahuan penduduk dan pendeta Kuil Al Khuraimat, Yodh dan Taw berhasil memanjat tebing batu yang cukup tinggi itu.

       Makhluk -- makhluk itu duduk bersila membentuk sebuah lingkaran. Mereka duduk diatas sebuah pentagram yang dilukis oleh Yodh. Masing -- masing dari mereka menduduki titik -- titik tertentu diatas gambar pentagram itu. Sambil membawa kotak kayu, Yodh memasuki lingkaran pentagram dan duduk bersila tepat ditengahnya. Ia meletakkan kotak kayu itu diatas pangkuannya. Lalu Yodh memimpin ritual untuk memasuki dimensi Bangsa Bawah.

Aviynu sheb bash shamayim

Yitqad deish shimkha

Tavo Malkhutekha 

Ba'arets Ka'asher

Na'ashah Vash Shamayim

       Tiba -- tiba tubuh mereka berenam diselimuti oleh asap hitam pekat. Asap itu makin lama makin tebal dan membumbung tinggi ke udara. Dalam remang cahaya bulan, perlahan -- lahan tubuh mereka berubah menjadi wujud asli mereka. Diatas pentagram itu terlihat empat singa berekor kalajengking dengan sepasang tanduk kerbau di kepala mereka dan seorang manusia setengah ular dengan ekor berwarna hijau melingkari tubuhnya.

       Bunyi mantra yang mereka rapalkan terdengar mengalun pelan dan jelas.  Kepulan asap hitam yang pelan -- pelan mulai menghilang lenyap ke udara. Tak lama kemudian muncullah kobaran api melingkari lingkaran pentagram itu. Membuat suasana di sekelilingnya menjadi terang benderang.

"Hei... Ada apa diatas sana?" tanya seorang lelaki yang melintas disana.

"Ah, mungkin itu para pendeta kuil sedang melakukan ritual mereka. Sudahlah, tak usah kau pikirkan. Ayo kita pulang."

       Lama kelamaan kobaran api itu membakar tubuh mereka berenam, Yodh, Taw dan anak buahnya diselimuti oleh nyala api kemerah -- merahan. Begitu mereka selesai merapalkan mantra, nyala api yang menyelimuti tubuh mereka perlahan -- lahan mulai padam. Mereka semua menghilang dan mulai memasuki dimensi Bangsa Bawah yang menghubungkan mereka menuju kompleks Al Djinn.

***

       Teana dan Almeera masih berada dalam perjalanan menuju Kota Petra. Mereka berdua terlihat cukup lelah. Ketika memasuki Lembah Wadi Rumm, mereka memutuskan beristirahat sejenak untuk menyantap bekal makanan dan minuman yang mereka bawa. Mereka menepikan unta mereka di sebuah pohon besar di pinggir jalan yang mereka lewati. Lalu mereka menghabiskan bekal mereka disana.

       Lembah Wadi Rumm cukup sepi. Sepanjang mata memandang hanyalah lautan pasir kering dan beberapa batuan tinggi besar berwarna kemerahan menyebar ke seluruh penjuru lembah. Teana dan Almeera baru saja menghabiskan bermil -- mil jalan setapak yang membelah padang pasir yang luas itu. Semak perdu yang menghijau hanya nampak di beberapa tempat. Sebab saat ini daerah tersebut sedang mengalami musim kering yang cukup panjang.

"Tuan, hari mulai sore. Sebentar lagi malam akan turun. Perjalanan kita tinggal sedikit lagi Tuan." ucap Almeera.

"Iya Almeera, kau benar. Sebaiknya kita bergegas." jawab Teana sambil membereskan bungkusan bekal yang telah mereka makan.

       Mereka berdua melanjutkan perjalanan kembali. Hingga tepat saat menjelang senja, mereka telah tiba di Kota Petra.

***

       Mereka berenam berhasil menembus batas dimensi waktu yang memisahkan ruang dan jarak Bangsa Bawah dan Bangsa Manusia. Dalam waktu dimensi Bangsa Manusia, perjalanan dari Kota Hegra menuju Kompleks Al Djinn di Kota Petra membutuhkan waktu hampir sehari. Namun mereka hanya membutuhkan beberapa detik saja untuk sampai disana.

       Bola -- bola api berpendar melayang di udara. Menyala dengan sangat terang hingga mampu menerangi seluruh kompleks Al Djinn yang sepi itu. Dalam beberapa detik, bola -- bola api itu jatuh menghunjam diatas pasir hingga menimbulkan suara dentuman cukup keras. Butiran pasir beterbangan di udara. Bola -- bola api itu mulai padam satu persatu.

       Udara di sekitar Kompleks Al Djinn menjadi panas. Diatas tempat jatuhnya bola -- bola api itu terlihat asap hitam membumbung tinggi ke udara. Yodh, Taw dan pengikutnya samar -- samar muncul dari kepulan asap hitam itu.

"Apakah kalian sudah siap?" tanya Yodh.

"Kami siap Tuan." jawab Taw. Yodh mengangguk.

       Tanpa menunggu lama, Yodh membuka kotak kayu yang ia bawa. Matanya mengawasi keadaan di sekitarnya. Memastikan tidak ada Bangsa Manusia yang melihat keberadaan mereka.

       Malam itu cukup terang. Bulan nampak menggantung diatas langit Kota Petra. Yodh tersenyum lebar sambil memandang langit.

"Saat yang aku tunggu -- tunggu kini telah datang." gumam Yodh dalam hati.

***

       Teana dan Almeera telah memasuki Kompleks Al Djinn. Tiba -- tiba saja unta yang mereka naiki mulai berulah. Unta -- unta itu berjalan tak tentu arah dan tidak bisa dikendalikan. Almeera hampir saja terjatuh karena kurang mahir mengendalikan untanya.

"Hei... Apa yang terjadi dengan kalian?" ucap Teana sambil mengelus -- elus leher unta miliknya.

       Usaha Teana dan Almeera untuk menenangkan untanya tidak membawa hasil. Unta -- unta itu makin liar. Ketika Teana sibuk mengendalikan untanya, Almeera berseru keras.

"Tuaaaaan.... Lihat!" teriak Almeera ketakutan sambil menunjuk ke sebuah pendar cahaya kebiruan yang berasal dari Kompleks Al Djinn.

       Teana melompat turun dari atas punggung untanya. Ia mengikat untanya dibawah pohon kurma. Almeera mengikutinya. Mereka berdua berjalan cepat menuju sumber cahaya berasal.

       Teana merasakan udara di sekitarnya mulai sedikit panas. Namun ia tidak memperdulikannya. Ketika langkah kakinya mulai mendekati sumber cahaya, Teana dan Almeera berjalan mengendap -- endap dan bersembunyi dibalik batu besar.

       Tiba -- tiba mereka dikejutkan oleh barisan puluhan laba -- laba yang berjalan mendekati cahaya biru itu.

"Laba -- laba itu...." gumam Teana dalam hati. Seketika itu juga ia teringat dengan kejadian di Kuil Ad Deir.

       Teana dan Almeera tidak beranjak dari tempatnya. Mereka tetap diam dan tidak bergerak sedikitpun. Teana nampak tenang mengawasi laba -- laba itu, sedangkan Almeera mulai ketakutan. Ia membungkam mulutnya dengan kedua telapak tangannya untuk meredam suaranya agar tidak terdengar oleh makhluk -- makhluk itu.

       Samar -- samar Teana mendengar suara  dari balik sebuah batu besar. Suara yang ia dengar cukup jelas. Lalu Teana mencoba mengintai mereka. Betapa kagetnya Teana ketika mendapati enam makhluk aneh sedang berkumpul duduk melingkar disana dengan patung Dewa Dhushara ada ditengah -- tengah mereka. Teana tidak habis pikir mengapa mereka melakukan itu. Sedang apa mereka. Dan apa maksud dari semua ini.  Teana hanya diam menyaksikan apa yang terjadi didepan matanya.

       Sementara itu Yodh dan Taw masih terus menjalankan ritual mereka. Lingkaran pentagram yang telah dibuat Yodh terus menerus mengeluarkan pendar cahaya kebiruan hingga mengarah keatas langit membentuk sebuah lubang hitam raksasa. Lubang itu adalah pintu masuk bagi Bangsa Bawah agar bisa memasuki Bangsa Manusia. Sebuah lubang penghubung antara dimensi Bangsa Bawah dan dimensi Bangsa Manusia.

       Teana masih terdiam ditempat persembunyiannya. Ia terus mengawasi gerak -- gerik Yodh dan Taw. Namun tiba -- tiba tubuh Teana terasa seperti terbakar. Bersamaan dengan itu, muncullah puluhan laba -- laba mengelilingi lingkaran pentagram Yodh dan Taw. Laba -- laba yang dibuntuti oleh Teana, kini berkumpul menjadi satu. Mengelilingi Yodh dan Taw. Laba -- laba itu hanya diam dan tidak bisa melawan. Sebab lingkaran pentagram milik Yodh dan Taw dilindungi oleh pendar cahaya kebiruan yang tidak bisa ditembus oleh mereka.

       Keadaan makin kacau dengan datangnya puluhan laba -- laba di Kompleks Al Djinn dan lubang hitam di langit makin lama makin terbuka lebar. Nampak beberapa makhluk pengikut Yodh dan Taw bersiap -- siap keluar dari lubang hitam itu. Namun mereka seperti tertahan oleh sebuah sekat tembus pandang. Hanya Yodh yang bisa merobek sekat itu. Merobeknya dengan bantuan kekuatan yang dimiliki oleh patung Dewa Dhushara.

"Tuan... Cepatlah kau bertindak. Gagalkan rencana Yodh untuk membuka pintu dimensi Bangsa Bawah. Cepat Tuan!" ucap sebuah suara yang menggema tiba -- tiba didalam telinga Teana. Suara yang tidak asing baginya. Suara Dalath.

"Tapi... Bagaimana aku melakukannya? Mereka bukan tandinganku."

"Ucapkan mantra yang aku ajarkan kemarin Tuan."

Teana seketika teringat mantra itu dan mengucapkannya.

  • "Bereisheet bara elohim Et hashamayim ve'et haaretz
  • Vayavdel Elohim veyn ha or uveyn hachoshech"
  •       Dalam sekejap laba -- laba yang mengelilingi Yodh dan Taw mulai berhamburan meninggalkan lingkaran pentagram. Yodh nampak terganggu dengan mantra yang diucapkan oleh Teana. Konsentrasinya buyar. Sehingga membuat lubang hitam di langit menyempit kembali.
  • "Siapa itu....!!!" teriak Yodh marah.
  • Kesempatan ini tidak disia -- siakan oleh Teana. Ia melompat keluar dari tempat persembunyiannya. Ia berlari dengan cepat menuju lingkaran Pentagram yang dikelilingi oleh Yodh, Taw dan pengikutnya. Dalam jarak yang dapat dijangkaunya, Teana melompat kedalam lingkaran menembus pendar cahaya biru. Yodh dan Taw tidak bisa menghentikan Teana. Mereka tidak mampu melawannya. Sebab tubuh mereka terikat oleh sihir yang mereka ciptakan sendiri. Jika mereka memaksa untuk melawan ikatan itu, maka tubuh mereka akan hancur. Lubang hitam akan musnah dan tidak akan bisa terbuka kembali. Sehingga Yodh dan Taw terpaksa harus merelakan patung Dewa Dhushara direbut kembali oleh Teana dengan mudahnya.
  • Lubang hitam di langit kini perlahan -- lahan menutup kembali seiring dengan melemahnya kekuatan sihir yang dimiliki oleh Yodh. Pendar cahaya biru yang melindungi Yodh dan Taw mulai memudar. Disaat Yodh menyadari semua itu, Teana dan Almeera telah pergi jauh meninggalkan Kompleks Al Djinn.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun