"Tiii... Tidak Almeera, aku baik -- baik saja. Tiba -- tiba saja tubuhku terasa panas. Mungkin ini karena udara disekitar sini terlalu kering." jawab Teana.
"Minumlah ini Tuan." ucap Almeera sambil memberikan kantung kulit domba yang berisi air kepada Teana."
"Terimakasih Almeera."
Gerobak Teana mulai menjauhi orang -- orang berjubah gelap itu. Teana tidak merasakan panas lagi.
"Apa yang sebenarnya terjadi kepadaku? Mengapa sekarang aku tidak merasakan panas lagi?" gumam Teana sambil melihat keempat orang berjubah gelap berjalan di kejauhan.
"Siapa sebenarnya mereka?"
Tak lama kemudian, Galata memberhentikan gerobaknya. Ia turun dan membantu Aairah membawa keranjang -- keranjang kosong. Salah seorang pekerja kebun berlari menuju gerobak unta mereka. Lalu ia mengangkat keranjang -- keranjang itu untuk dibagikan kepada pekerja yang lain.
"Cepat kau isi keranjang -- keranjang ini. Siang nanti akan segera aku kirim ke Qasr Al Fareed. Para pedagang besar disana mulai kehabisan persediaan anggur segar." Perintah Galata.
"Baik Tuan."
Setelah itu, Aairah, Teana dan Almeera berjalan mengikuti Galata untuk menuju kebun anggur yang siap dipanen. Kali ini, perasaan Teana berubah menjadi muram. Perasaan senang yang tadi ia rasakan berganti dengan ratusan pertanyaan yang memenuhi pikirannya.
"Nyonya... Nyonya... Mari kita jalan, Tuan Galata sudah menunggu kita di depan." panggil Almeera. Suara Almeera membuyarkan lamunan Teana.