Mereka berduapun berpisah.
***
Setelah bertahun -- tahun hidup di Pulau Siprus, kini Simkath kembali ke kota leluhurnya. Ingatan itu masih tertancap kuat di dalam kepalanya. Bahwa ia dengan curangnya telah dituduh dan dihakimi oleh para penduduk Petra atas kesalahan yang sama sekali tidak ia lakukan. Demi mengingat itu semua, membuat dadanya berkecamuk dan matanya menjadi nanar. Sebuah dendam yang lama disimpannya kini berkobar hebat dalam dirinya.
"Aku masih mengingat kalian..." gumam Simkath dalam hati dengan tatapan penuh amarah.
Dengan bekal beberapa kantung koin emas yang dimilikinya, ia melanjutkan perjalanannya menuju Al Habis. Ia sengaja memilih Al Habis sebagai tempatnya bermukim agar bisa memantau keadaan Kota Petra dari jarak dekat tanpa diketahui oleh penduduk Kota. Sebab letak Al Habis sendiri berada dibalik bukit batu yang cukup besar. Membelakangi Kota Petra.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya seorang pemuda.
"Apakah disini masih tersisa tenda yang kosong untuk aku tinggali?"
"Ada Tuan, tenda seperti apa yang Tuan butuhkan? Kami menyediakan tenda ukuran kecil dan
besar."
"Kecil saja. Karena hanya aku yang akan memakainya."
"Baik, mari Tuan ikuti saya."