"Ibu... Sedang memikirkan apa?" tanya Galata yang datang secara tiba -- tiba disamping Aairah.
Seketika itu lamunan Aairah buyar. Ia segera mengusap matanya yang mulai menitikkan air mata.
"Oh kau Galata, sejak kapan kau datang?"
"Ibu, ada apa? Apa yang ibu pikirkan?"
"Tidak ada apa -- apa, ibu sedang menulis pesanan yang akan dikirim hari ini." jawab Aairah sambil berpura -- pura sibuk memegang pena tinta dan selembar daun papirus.
Galata meraih tangan kanan ibunya. Menggenggamnya dengan erat.
"Ibu, apa yang ibu pikirkan?"tanya Galata kepada Aairah.
Mata mereka saling pandang. Tak terasa meneteslah air mata dari kedua sudut mata Aairah. Ia tidak mampu menyembunyikan kesedihannya dari Galata.
Lalu mereka berdua berpelukan.
"Galata anakku, ibu rindu sekali kepada Teana. Ibu ingin sekali Teana berada disini bersama ibu sekarang." ucap Aairah lirih menahan air matanya agar tidak jatuh lagi.
"Bersabarlah Ibu, berdo'alah kepada Dewi Allat. Semoga Teana segera kembali." ucap Galata menenangkan hati ibunya.