Tumpahlah isi hati Daleela sore itu. Beban yang ditanggungnya sedikit ringan. Daleela menceritakan semuanya kepada Aairah.
Rashad hanya bisa mendengarkan saja sambil mengerjakan tugasnya. Ia tak berkomentar sedikitpun.
"Aku akan membantumu. Besok pagi -- pagi sekali aku akan mengantarmu ke Petra. Ke Al Khazneh." jawab Aairah singkat setelah Daleela selesai bercerita.
"Benar Daleela, kau tak perlu khawatir. Istriku akan membantumu. Aku juga akan mengirimkan beberapa pelayanku untuk menemani perjalanan kalian berdua." ucap Rashad kepada Daleela.
"Tapi Aairah... Kehamilanmu sekarang makin besar. Aku takut terjadi apa -- apa denganmu nanti. Lebih baik jangan Aairah. Utamakan bayimu. Biar aku diantar suamiku." ucap Daleela sambil menatap Aairah.
"Kau tidak usah khawatir Daleela. Aku selalu menjaga janinku ini dengan baik. Selain ramuan wewangian, aku mengerti akan segala jenis ramuan obat -- obatan. Sudah puluhan buku pengobatan yang aku baca. Kau harus tahu itu." ucap Aairah sambil memegang tangan sahabatnya. Sebuah bentuk perhatian dan kasih sayang dari seorang sahabat.
"Terimakasih Aairah, terimakasih Rashad. Kalian berdua sangat baik sekali. Semoga Dewa Dhushara memberkati kalian." balas Daleela sambil memeluk Aairah dengan mata berkaca -- kaca.
Dua hari kemudian...
"Semoga Dewi Uzza mengabulkan do'amu Daleela." ucap Teana.
"Semoga saja begitu Aairah. Aku sangat mengharapkannya." balas Daleela sambil tersenyum kepada Aairah.
Setelah membetulkan letak kerudung mereka, mereka berdua berjalan beriringan keluar dari Al Khazneh.