“Nyonya, bantu aku untuk menaikkan domba ini keatas meja batu.” perintah pendeta.
“Hamra, tolonglah pendeta itu.” ucap Aairah kepada pelayannya.
“Baik Nyonya.” jawab Hamra.
Tak lama kemudian darah segar berwarna kemerahan menetes deras diatas meja. Pelan – pelan mengalir menuju cekungan di tengah meja. Turun pelan melewati sebuah pahatan berbentuk lurus yang menuju keluar ke salah satu sisi meja.
“Ambillah cawan itu, letakkan di sisi meja tempat darah mengalir keluar. Biarkan darah domba ini memenuhi cawan.” perintah pendeta saat darah domba mulai menetes keatas meja.
“Baik Pendeta.” ucap Aairah. Lalu iapun segera melakukan apa yang diperintahkan pendeta tadi sebelum darah domba jatuh keatas bukit batu Al Khuraimat.
“Ucapkanlah permohonanmu kepada Dewa.” ucap pendeta itu.
Dengan menghadap kearah matahari terbit, Aairah memejamkan matanya, menyilangkan kedua tangannya di dadanya. Mulutnya merapalkan do’a. Angin berhembus pelan menerpa wajahnya. Menghantarkan do’anya menuju tempat para Dewa bersemayam.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H