Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kelas Hewan

25 Mei 2016   11:01 Diperbarui: 25 Mei 2016   11:09 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Dua hari yang lalu, setelah kejadian pemukulan itu, dia bercerita kepadaku akan membalaskan dendamnya, membalaskan rasa sakit yang ia terima darimu. Namun lebih dari sekedar rasa sakit. Tapi penghinaan atas perlakuanmu kepadanya. Kau memukulnya padahal dia tak bersalah. Karena ia yakin pelakunya adalah hewan lain yang sengaja menaruh tongkat itu di dalam mejanya. Maka dari itu ia berjanji akan membalas perbuatanmu secepat mungkin.

“Hhhmmm… aku mengerti. Terimakasih. Sekarang kau boleh kembali ke bangkumu” ucap Burung Hantu kepada Angsa. Dan ia pun berdiri lagi di tengah – tengah ruangan sambil memegang surat di tangan kanannya. Mengajarkan arti etika yang sebenar – benarnya etika.

Dengan suara lantang namun berwibawa, Burung Hantu memulai ceramahnya.

Etika adalah ilmu tentang baik dan buruk. Ilmu yang mengajarkan bagaimana kita harus bertindak menyikapi sesuatu masalah. Namun ukuran untuk menilai sesuatu itu baik atau buruk bisa berbeda satu sama lain. Tergantung pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki. Semakin kita memiliki pengetahuan yang luas dan pengalaman yang banyak dalam menjalani hidup, maka kita akan makin bijaksana dan adil dalam menilai sesuatu. Kalian paham?” tanya Burung Hantu.

“Pahaaaaaammmm” jawab semua hewan yang ada di dalam ruangan itu.

“Bagus kalau begitu, tapi aku lihat Buaya sedikit muram, kenapa? Apa ada yang ingin kau tanyakan?” tanya Burung Hantu.

“Kemarin aku melihat Anjing mengendap – endap di ruangan ini. Menuju ke almari yang ada di pojok ruangan” ucap Buaya agak sedikit gemetar. Seketika itu Anjing mulai menggeram dan menatap Buaya dengan tatapan mengancam. Menunjukkan gigi – giginya yang tajam. Seolah – olah menyuruh Buaya untuk diam.

“Terus? Kenapa kamu berhenti? Katakan saja tidak apa – apa” perintah Burung Hantu.

“Anjing meletakkan tongkat pemukul itu di dalam meja Harimau”

Seketika Burung Hantu diam. Ia tersentak kaget bercampur bingung. Namun apa dikata nasi telah menjadi bubur.

Belum juga genap lamunannya, mendadak pintu ruangan di dobrak sesuatu hingga terbuka lebar. Induk Harimau masuk ke dalam tanpa diundang. Dengan mata menyala penuh amarah, dia berkata kepada Burung Hantu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun