Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja Diatas Batu

27 April 2016   17:39 Diperbarui: 28 April 2016   15:59 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau diam…

Masih kuingat masa itu. Tangisanku meraung – raung ke udara. Sebuah tangisan ketakutan. Takut akan dunia baruku. Dari kegelapan selama sembilan bulan, mendadak terang benderang tak beraturan. Kuhirupi aroma yang berbeda, kutatapi cahaya yang berkilauan dalam lamurnya mata. Serta suara – suara aneh yang belum pernah aku dengar sebelumnya di dunia lamaku.

Dalam kebingunganku kau datang menghampiriku dan ibuku. Kau berbisik merdu. Melantunkan kumandang adzan di telingaku. Seketika itu berhenti tangisanku. Suaramu menenangkan jiwaku.

Masa bertukar masa. Akupun tumbuh sempurna karenamu. Kau selalu bekerja tak kenal waktu. Peluh keringatmu terbayar dengan air susu untukku. Air susu ibu yang mengokohkan ragaku.

Ayah… masihkah kau disitu ? gumamku.

Aku pernah berteriak memanggilmu. Memaksamu untuk menemaniku bermain. Namun kau berbisik kepada ibu.

“Jagalah anak kita”

Lambaian tanganmu perlahan – lahan menghilang dari pandangan. Hanya senyumanmu yang masih kuingat kala itu. Senyuman kebanggaan akan diriku. Hingga senja kembali ke peraduannya, kau belum pulang menemuiku dan istrimu. Dalam tangisanku aku bertanya kepada ibu

“Kapan ayah pulang Bu?”

Lalu wanita itu menyanyikan nina bobok untukku. Agar aku bisa sejenak melupakanmu. Melepas letihku yang seharian dalam gendongan ibuku.

Aku terbangun dalam kelam malam. Ada sesuatu yang mengganggu tidurku. Aku menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun