Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sosialita ala Gembel

13 April 2016   22:44 Diperbarui: 13 April 2016   23:09 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="beggar art source http://www.harvardartmuseums.org/art/293039"][/caption]“Eh jeng… mau kemana?” sapa wanita berbadan agak tambun itu.

“Oh jeng Rizki, ini jeng saya mau belanja sayur” jawab Rina – wanita paruh baya berbadan menipu mata yang melihat. Ukuran badannya mirip anak seusia SMP. Namun umurnya sudah berkepala tiga. Memang dunia ini penuh tipu muslihat. Aaahhh…

“Masak apa jeng? Pasti menunya itu – itu saja ya? Menu tempe. Hari ini tempe goreng, besok sambel tempe kering. Lusa apa yaaa? Oh yaaa. Bacem tempe. Hahahahaha….” Tawa jeng Rizki cetar menggelegar. Membuat tulang – tulang telinga jeng Rina serasa mau patah.

Tanpa melirik sedikitpun, wanita bernama Rina itu nyelonong pergi. Dengan hati dongkol dan mata menyipit. Menahan amarah dalam kepalanya agar tidak meledak keluar seperti tabung melon 3 Kg milik tetangganya Surti yang meleduk tiga hari lalu.

Di lingkungan yang penuh sesak itu penuh bau – bau kemiskinan. Bau yang menyebar ke seluruh penjuru kota metropolis Surabaya. Lingkungan itu dikenal oleh penghuninya sebagai PJS – Padangan Jaya Sentosa . Bernama demikian karena penghuninya memiliki harapan agar hidup sentosa dan makmur meski di pemukiman kumuh.

Lingkungan disekitar kompleks PJS terbilang cukup padat. Bagaimana tidak, hampir tidak ada tanah kosong didalamnya. Tunggu… jangan kamu bayangkan bahwa kompleks disini adalah kompleks perumahan elite mewah. Bergenteng glazur berperabot impor. Bukan. Kalian salah besar. Kompleks perumahan disini terdiri dari berpetak – petak rumah kardus. Ya benar. Berdinding kardus tebal beratap seng. Yang masing – masing unit dihuni oleh 3 sampai 4 orang. Bisa kalian bayangkan betapa padat dan sesaknya pemukiman itu.

Seperti halnya rumah mewah milik jeng Rizki. Si Ratu Ebor. Penghargaan yang diberikan orang – orang di kompleks itu karena jeng Rizki memiliki tubuh big size.

Rumah mewah milik jeng Rizki cukuplah luas dibanding rumah – rumah lain di kompleks PJS. Berukuran 3 x 3. dengan segala perabot didalamnya. 1 almari tua berbahan kayu jati dan 1 lembar tikar tipis dari kain untuk pelepas lelah di malam hari. Sudah hampir dua tahun lamanya dia tinggal disana.

Jangan membayangkan betapa miskinnya jeng Rizki. Karena kalian pasti kaget. Penampilannya bak sosialita kelas atas. Tak mau dia berpakaian biasa – biasa. Seperti sore itu, dia berjalan – jalan keluar paviliun mewahnya mengenakan long dress merek Dior. Iya benar. Dior. Berwarna biru tua. Bercelana jins hitam yang baru dibelinya kemarin dari pasar loak Keputih dengan uang hasil penjualan kaleng rongsokan dua minggu lalu.

Si ratu ebor berjalan – jalan berkeliling kompleks. Lirik sana lirik sini. Sambil berdandan ala Marilyn Monroe. Bedak tebal bergincu merah merona sambil kipas – kipas sepanjang kompleks karena udara Surabaya sangat panas meski menjelang malam.

“Hai jeng Riz, tumben cantik banget hari ini?” celetuk Wagirin. Pemulung kardus bekas yang sejak dari dulu naksir jeng Rizki.

“Aaah kamu, pura – pura tak tahu. Jangan coba – coba menggodaku ya? Atau sepatu high hellsku melayang ke jidatmu yang lebar itu” jawab si ratu ebor sambil matanya melotot seperti mau keluar.

“Ampuuuunnn… hahahaha” Wagirin tertawa meledek.

Seperti angin yang berhembus, ucapan Wagirin barusan seolah lewat begitu saja. Tak diperdulikan oleh jeng Rizki. Setelah melewati tikungan komplek PJS, akhirnya dia tiba didepan rumah ber cat putih. Bertuliskan “Home sweet Home Rina”.

“Akhirnya sampai juga” ucap Jeng Rizki dalam hati.

“Permisi….. helloooo?” teriak Ratu Ebor dari luar pagar.

Karena cukup lama tidak mendapat jawaban, jeng Rizki memanggil lagi. Kali ini dengan nada suara sedikit dinaikkan.

“Helloooo…. Ratu Mbanoooong? Apakah kamu dirumah?”

“Iya bu, tunggu” sahut suara dari dalam. Yang tak lain adalah jeng Rina – si Ratu Mbanong. Disebut demikian karena dia pendatang dari Desa Mbanong.

“Ooohh jeng Rizki. Mari jeng, silakan masuk. Mari – mari silakan” sambil membukakan pintu pagar.

Setiap kali duo ratu ini bertemu, selalu ada saja pembicaraan intens diantara mereka berdua. Meski dalam kesehariannya kadang bertengkar, namun hubungan keduanya tetap akrab. Sebab mereka berasal dari satu desa yang berbeda kecamatan. Berangkat ke Surabaya pun bersama – sama. Dengan nasib yang sama. Jeng Rina usahanya bangkrut. Dan Jeng Rizki sawahnya gagal panen. Sehingga mereka berdua mengadu nasib ke kota metropolis Surabaya. Namun nasib berkata lain, harapan mereka untuk sukses menjadi sirna. Takdir telah menancapkan mereka berdua di kompleks ini. Kompleks Padangan Jaya Sentosa. Kompleks kumuh pinggir kota Surabaya. Apa boleh buat. Terpaksa mereka terima.

“Besok ada acara gak Rin?”

“Kenapa Jeng Riz?” tanya Rina penasaran.

“Jalan yuk ke Pakuwon Trade Center?”

“Tapi……. Aku tak punya baju bagus jeng. Tidak mungkin aku kesana dengan pakaian kumal ini” jawab Rina sambil menyodorkan teh hangat yang ditaruh dalam gelas plastik bekas gelas air mineral.

“Urusan baju itu gampang, aku punya banyak koleksi. Kamu bisa pakai mini dress merek Dolce Gabbana punyaku”

Dahi Rina langsung mengkerut. Dua alis matanya seolah – olah hendak bertemu. Matanya sedikit menyipit.

“Kenapa hah? Kamu heran ya aku punya koleksi baju bermerek?” ucap Ratu Ebor membalas ekspresi keheranan Ratu Mbanong itu.

“Memangnya jeng Rizki punya?” tanya Rina sedikit terbata – bata seperti tak percaya akan apa yang barusan dikatakan jeng Rizki.

“Besok kamu ke paviliunku. Aku tunggu jam 4 sore” jawab Ratu Ebor singkat menutup obrolan mereka berdua.

***

“Oh jadi ini Pakuwon Trade Center? Seperti yang diceritakan oleh orang – orang di kompleks kita” ucap jeng Rina keheranan dan takjub.

“Kamu belum pernah kemari hah? jawab Ratu Ebor keheranan.

“Belum jeng, sama sekali belum”

“Norak ya kamu, padahal di desamu dulu, kamu terkenal dengan sebutan Ratu Mbanong. Raaaaatu. Masak seorang Ratu tidak pernah berkunjung kemari? Hahahahaha….” Jeng Rizki tertawa lebar menggelegar seperti menertawakan kepolosan temannya jeng Rina.

“Aaaah… sudahlah, ayo kita lihat – lihat baju di butik itu. Lihat – lihat saja. Tak usah kau beli. OK !” ajak Ratu Ebor yang diikuti anggukan kepala Jeng Rina.

Tak terasa sudah hampir tiga jam lamanya mereka berdua berkeliling di PTC. Dari satu etalase ke etalase yang lain. Dari satu fitting room ke fitting room yang lain. Namun setelah keluar dari fitting room selalu jawabannya sama.

“Mmm… maaf mbak, modelnya saya kurang suka”. Atau “maaf mbak, ukurannya terlalu kekecilan”. Padahal sejatinya mereka berdua tidak memiliki uang untuk membeli baju – baju itu. Namun karena gaya hidup mereka yang berkelas. Sosialita kelas atas, mereka terpaksa mencobanya satu persatu. Untuk memenuhi keinginan yang tak mungkin bisa terpenuhi alias mimpi.

Malam itu setelah puas mencoba dan mencoba baju, mereka pulang ke paviliun mereka dengan wajah sumringah.

***

Keesokan harinya….

Bagai disambar petir di pagi buta. Mendadak seluruh penghuni kompleks PJS berhamburan keluar.

“Ada apa ini? Ada apa kok bising sekali diluar?”

“Entahlah aku tak tahu ada apa”

Orang – orang kompleks PJS saling beradu tanya. Mereka kaget akan datangnya tiga buah kendaraan buldoser besar lengkap dengan peralatan dan para petugas Satpol PP.

“Bapak – bapak, Ibu – ibu…. Segera kosongkan tempat ini. Karena hari ini kami segera menertibkan tempat ini” sebuah suara tunggal dan cukup keras keluar dari pengeras suara seorang petugas pemkot Surabaya.

Suasana langsung ricuh, riuh, ramai dan penuh tangis. Yang muda meneriakkan ketidakterimaan mereka, yang tua menangis sedu sedan. Tak terkecuali Duo Ratu yang baru terbangun dari mimpi indahnya semalam.

“Ada apa ini? Kok ramai sekali diluar? Ucap jeng Rina dengan mata sedikit mengantuk. Tiba – tiba pintu rumahnya digedor orang.

“Ratu mbanong… Ratuuuuuuu. Cepatlah keluaaaaaarrr” teriak si Ratu Ebor.

“Ada apa jeeeeng?” ucap jeng Rina diliputi rasa penasaran dan takut karena suasana di kompleks makin ricuh tak terkendali.

“Paviliun kita mau digusuuuuuuurrrr…. Huaaaaaaaa” tangis jeng Ebor meledak seperti granat di pagi hari.

“Apaaaaa… digusur? Tidaaaaaaaakkkk” teriak jeng Rina seraya memeluk jeng Rizki.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun