Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tuhan Bermain Drama

31 Maret 2016   19:04 Diperbarui: 31 Maret 2016   19:10 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Kehidupan keluarga haji Sukri bisa dibilang mapan. Bisa dikata lebih dari cukup. Kebun kopi berhektar – hektar di Tuban. Kebun kelapa yang luas di Gresik. Belum lagi kolam – kolam bandeng di Lamongan. Semua itu adalah daftar kekayaan yang dimiliki oleh keluarga haji Sukri. Sedangkan istrinya Rukaiyah adalah seorang anak tunggal pemilik pabrik tekstil di Surabaya. Tentunya sudah bisa dibayangkan  berapa besar warisan yang akan diterima sang istri kelak. Ditambah dengan kekayaan haji Sukri sendiri. Diwariskan ke tujuh turunanpun tidak akan habis, bahkan untuk sepuluh turunan masih ada sisa banyak. Aiiihh senangnya hidup mereka.

“Bulan ini nampaknya panen bandeng kita akan berhasil. Baru saja aku ditelpon keponakanku di Lamongan” ucap haji Sukri kepada istrinya siang itu, seraya menunggui Toko baju “Zahra” yang dibukanya sejak tadi pagi. Usaha toko baju muslim muslimah yang dirintis Rukaiyah 7 tahun lalu. Dan merupakan toko grosir terbesar di kota Gresik. Banyak pelanggan yang mengambil barang disitu. Karena memang koleksinya yang cukup lengkap.

“Alhamdulillah Pak, Allah menambah nikmat rezeki kita. Kita harus banyak bersyukur Pak”.

“Iya kamu benar. Tapi itu hanya sebagian saja. Panen ini bisa berhasil karena usahaku merawat tambak – tambakku dan menggaji puluhan buruh tambak. Coba kalau bukan karena uangku yang banyak. Pasti aku tidak bisa menggaji mereka dan ikanku tidak akan menghasilkan sebanyak ini” balas haji Sukri seraya menghitung tumpukan uang kertas merah berlembar – lembar diatas mejanya.

***

“Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung. Jikalau Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan) -Nya bagi setiap orang yang bersabar dan banyak bersyukur”

Bulan ini telah masuk musim penghujan. Musim pembawa berkah. Musim masuknya kehidupan baru. Tanaman bersemi, mekar dan berbuah. Musim kawin. Ya… musim kawin. Hewan saling memadu kasih. Bertemu lalu bercinta. Tahu – tahu beranak lima.

Lain hewan lain manusia. Musim hujan tentunya membawa banyak manfaat bagi mereka. Ladang subur. Padi berlimpah. Pohon berbunga lalu berbuah. Banyak mendatangkan uang. Namun semua itu tidak berlaku bagi haji Sukri.

“Apa ? Tambakku jebol ? ikan bandengku bagaimana? Payah kau !!!” bentak haji Sukri lewat sebuah percakapan telepon.

Berita itu tentunya sebuah bencana. Malang tak dapat diraih, untung tak dapat ditolak. Begitulah perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan kondisi haji Sukri saat ini. Belum genap satu bulan gagalnya panen bandeng. Kebun kelapa haji Sukri mengalami gagal panen. Hanya menghasilkan sedikit buah. Otomatis uang setoran kebun kelapa sedikit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun