Mohon tunggu...
Mahameru
Mahameru Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Oh, Bangsa Bebal... Kesudahannya Semakin Dekat

13 Maret 2016   07:39 Diperbarui: 13 Maret 2016   08:44 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apalah yang mau kita cakapkan lagi buat bangsa kita ini. Benar-benar ludes sudah kata yang pantas untuk kita alamatkan. Menjelang memasuki usianya yang ke-71 pun masih belum juga tampak muncul kesadarannya. Tak ada juga kelihatan tanda kedewasaan, kebijaksanaan, dan kemuliaannya. Justru tampak kelihatan raut tua renta dan selalu kehilangan ingatan. Ia sering lupa bahkan sering tak mendengar bisikan suara alam yang selalu memperingatkan.

Ibarat tsunami, alam sesungguhnya sudah mengaktifkan sistem peringatan dininya. Sudah terdengar suara peringatannya,  sebagai tanda, bahwa bencana akan tiba, sebagai seruan agar warga segera menyingkir menuju tempat yang tinggi. Tak perlu lagi jual-beli, saatnya pergi selamatkan diri. 

Namun lain bahasa alam lain pula bahasa manusia. Sudah lama bahasa alam sebagai peringatan tak lagi bisa terbaca, manusia lambat laun abai dengan suara dan tanda alam. Manusia sudah tak mengenal alam!

Kini sistem peringatan alam tak lagi jadi penanda. Dengan keakuan, semua  orang merasa mampu dan cukup bijaksana untuk menghadapi bencana dan malapetaka. Lambat laun masyarakat menjadi kebal dan bebal terhadap semua penanda, ayat-ayat dari alam. Ya....benar, lambat laun kita menjadi masyarakat yang bebal, menjadi bangsa yang bebal!

Kata orang bijak, "pintar tak terikuti bodoh tak terajari". Selalu kita temukan dalam pergaulan bahwa ada banyak orang merasa "pintar" tapi tak bisa kita ikuti kepintarannya, dan sejatinya ia "bodoh" tapi tak bisa pula diajari. Tegasnya pintar tak terikuti dan bodoh tak terajar. 

Kata orang bijak....."Orang bodoh" itu 'sesat' dan 'menyesatkan'. Jika diperlakukan baik ia 'sombong', jika diperlakukan buruk ia 'jahat' : jika diminta bicara ia 'menyimpang': dan jika dibiarkan ia malah menjadi 'beban' (gabriel haryanto, 2014, www. pengacara-gabriel.blogs)

Arti Bebal

Apakah arti bebal? Menurut kamus KBBI bebal itu bisa berarti sukar mengerti; tidak cepat menanggapi sesuatu (tidak tajam pikiran); atau bodoh.

Dalam Kamus Teasurus Bahasa Indonesia bebal dimaknai sangat kaya yaitu bahlul, bebel, bego, beloh, berat kepala, bodoh, bongak, debil, dogol, domot, dongok, dungu, goblok, idiot, imbesil, lompong, odoh, otak ayam, otak telur, otak udang, pandir, pongah, sementung, tolol. Makna yang mengarah kepada kebodohan dan ketidakpedulian akan yang lain. Selengkapnya 

Jadi jelasnya, bebal itu adalah sifat dari orang yang bodoh, tidak tajam pikirannya dan tidak perduli pada pendapat lingkungannya. Bangsa yang bebal dengan begitu berarti bangsa yang tidak tajam nalarnya, tidak respon terhadap lingkungannya, merasa pintar tapi bodoh dan tidak bisa membaca tanda-tanda alam. 

Bangsa yang bebal artinya, pada masyarakatnya yang bodoh tak bisa diajari, ngeyel, merasa paling tahu. Kalau pun ada yang pintar, kepintarannya untuk maksiat pula,  berjudi, korupsi, jual diri, gila harta tak ada yang bisa mengikutinya. Sementara dalam lingkungan pergaulan bangsa-bangsa, hanya sebatas sampah.

Tak Ada Obat

Tidak ada penyakit yang mestinya kita hindari kecuali bebal. Ada baiknya kita merenungkan pendapat imam Syafii, yang mengatakan "setiap penyakit pasti ada obat yang akan menyembuhkannya, kecuali sifat bebal dan keras kepala, ia hanya akan membuat orang yang ingin menyembuhkannya putus asa dan kelelahan".

Jadi jelas sudah, kita tak bisa berharap banyak pada si bebal. Dia tak punya empati pada sesamanya betapapun kebiadaban telah menimpa saudaranya di depan matanya. 

Bangsa bebal tak punya ideologi, yang ada hanyalah ego yang di doktrin. Kematian akan cepat menjemputnya sebab hidupnya hanya menyalahkan orang lain. Tak perlu kerja keras untuk mendoakannya berubah. Ia hanya sebentar menginap di alam yang suci nan indah ini.

Lihat betapa nelangsanya Hatta Taliwang dengan fenomena bebalnya kita..."Ini jadi bukti betapa hinanya rakyat Indonesia di mata Penguasa dan kebalnya kesadaran serta empati masyarakat atas derita sesamanya. Peristiwa sedramatis dan setragis apapun yang terjadi di negara ini cuma jadi bacaan dan tontonan," kata Koordinator Gerakan Diskusi 77/78, M Hatta Taliwang, kepada Rakyat Merdeka Online(Kamis, 11/8). 

Kata Hatta, publik memang tersentuh bila melihat perderitaan sesamanya. Namun cuma tersentuh sesaat, lalu dilupakan dan menunggu bacaan atau tontonan yang lebih seru lagi berikutnya. 

Jelas, nasib kesudahan orang atau bangsa bebal adalah urusan waktu. Jika suatu bangsa sudan menjadi bebal maka itu pertanda kesudahannya akan dekat. Lebih jelas kita lihat dalam Yesaya 6:1-13...

"Yesaya bahwa dia akan "gagal" dalam menjalankan tugasnya. Bangsanya tidak akan mendengarkan kata-katanya. Walaupun mereka mendengar, mereka tidak akan mengerti ; walaupun mereka melihat, mereka tidak akan tanggap. 

Mereka akan tetap bersikukuh dengan pandangan mereka, pemahaman mereka, cara hidup mereka. Lebih parah daripada Firaun di Mesir, nampaknya tidak ada yang bisa mengubah pemahaman dan sikap hidup mereka yang sudah begitu rusak"

Oh....bangsa bebal, takdir Tuhan ternyata telah menyertaimu. Semua ketentuan adalah datang dari Tuhan. Tak perlu risau dan tak perlu bimbang. Kita berbahagia ada ditengah bangsa bebal. Sebab itu adalah sebagai bentuk ujian yang luar biasa selaku hamba Tuhan.

Ams 17:12. Lebih baik berjumpa dengan beruang betina yang kehilangan anak, dari pada dengan orang bebal dengan kebodohannya.

Penutup

Sebagai anak bangsa, entah sudah kesekian kali kita mengingatkan, bahwa slogan, simbol-simbol, yang sifatnya artifisial tidaklah berarti apa-apa tanpa perbuatan. Bangsa membutuhkan operasionalisasi dari konsep yang telah ditanam para leluhur. Tanpa iman atau deologi bangsa akan rubuh, sementara iman atau ideologi tanpa perbuatan adalah sia-sia.

Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? Yak 2:2.

Lihat apa yang terjadi pada bangsa ini, hidupnya hanya menuai celaan dan umpatan dari bangsa-bangsa lain, sebab kita telah berbuat menista nama Tuhan. Kita berjanji atas nama Tuhan tapi semuanya kita ingkari.

Ingatlah ini: musuh mencela, ya TUHAN, dan bangsa yang bebal itu menista nama-Mu Mzm 74:18

Tragis nasibmu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun