Mohon tunggu...
Jarot Dikitobo
Jarot Dikitobo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Gelandangan bodok

Berhasil tidak dipuji, gagal dicaci maki, hilang tidak dicari, mati tidak diakui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Anak Perempuan Halmahera Bagian 2: Catatan Pendek di Kebun

3 Desember 2022   02:42 Diperbarui: 3 Desember 2022   02:48 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadilah Colombus untuk seluruh benua dan dunia di dalam dirimu, buka semua jalur baru, bukan untuk berdagang, tapi untuk pemikiran. Karena orang yang pernah mendapati dirinya di suatu tempat yang menarik adalah ia yang tersesat, (Thoreu).

Minggu hari yang suram, mesin-mesin itu bergerak membabi buta. Cici kembali mengingat perkataan ibu guru, kalau mesin-mesin ini didatangkan untuk buat pelebaran kampung juga membuat jalan menembus ke kampung sebelah. Sementara perkataan papa membangun pos penjagaan militer. Ada apa sebenarnya.? Semakin penasaran, dengan keadaan duduk termenung di kursi dapur.

Cahaya mentari pagi menembus atap rumah, menghantar silau sampai ke wajah. Tiba-tiba papa panggil.

Papa; Ci baganti tong pigi kebun.

Cici; Saya.

Ke kebun harus berjalan kaki, menyusuri hutan yang di penuhi embun pagi, lebah yang sibuk mencari madu hinggap membawa sejuk pada kelopak bunga, sekali lagi "kampung ini selalu diberkati".

Sambil bersandar pada tangkai parang yang panjang, sebagai anak perempuan satu-satunya dalam keluarga tidak menjadi masalah menjadi tenaga pembantu untuk mengurus urusan dapur. 

Cici masi mengalami kebimbangan beberapa pertanyaan belum ia temukan, sambil bekerja ia harus luangkan pikiran mencari titik pijak jawaban. Anak seusianya belum ada yang berimajinasi setinggi ini. 

Tiba-tiba dua teman sekampung datang, namanya Liza dan Hend. Memanggil-manggil dari kejauhan.

Liza; Mama Ima, ada Cici.

Mama Ima; ada. Cici ada tamang pangge, deng sapa.?

Semak belukar menghalang pandangan, jadi tidak kelihatan wajah Liza dan Hend. Dari kejauhan menanggap pertanyaan mama Ima.

Liza; ini saya "Liza deng Hend" mama Ima.

Mama Ima; Ci, Liza deng Hend ada cari, mari duduk dulu di rumah-rumah.

Cici; mari, ngoni dua ada perlu apa.?

Hend; tadi Torang dari kampung, Mil pe kaka su ada, kong Mil titip salam, kalau kadara di kebun lihat Cici kasih tau dia, bilang saya pe kaka su ada. Barang bakiapa kong Cici.?

Cici; katanya mau buat kelas belajar dalam kampung, abis tong baronda di Mil pu rumah eee.

Liza; bagus itu, nanti baku pangge eee.

Setelah itu, Liza dan Hend pergi. Om Ali sibuk menyulam jerami menjadi atap. Mama Ima kembali bekerja, Cici istirahat sambil membaca buku sekolah. Ia renungi apa yang terjadi lalu membuat catatan pendek. Sampai matahari mulai nampak miring di arah 16. Ini waktu balik ke rumah.

Dalam perjalanan balik, Cici menikmati sore dengan memandangi petani yang masih sibuk memetik sayur, mereka ambil sangat terbatas. Sayur tanpa ada semprotan kimiawi sangat tidak berbahaya jika langsung di masak.

Namun sore yang malang, burung-burung tidak lagi kelihatan mencari dahan buat hinggap istirahat. Cici bertanya ke papa.

Cici; papa, burung di kampung so tarada, di hutan dekat kebun juga so tarada. Dong terbang pigi mana?

Papa; burung so cari tampa baru, dekat kampung dong so kase rubuh pohon "tampa burung tidur.

Ini soal peduli, Cici harus berkata terbuka dan terus terang.

Cici; jadi bagini papa, Ci kira bahwa kalau para ilmuan, politisi, seniman, kalangan agama, dan semua masyarakat yang ada di bumi manusia dapat berkumpul di sini, menyaksikan alam dari pagi sampe sore, membicarakan segala sesuatu bersama-sama dorang akan sadar kalau cinta bumi maka langit juga sayang torang.

Mama Ima; Ado, Ali tong dua pe anak satu ini pintar sampe.

Om Ali; hehe

Papa dan mama berjalan sambil bercakap-cakap, tidak terasa sudah dekat. Kerikil tajam memaksakan Cici harus membuka kembali catatan pendek yang ia tulis di kebun tadi.

"Kenyataan ini mengubah kehidupan saya, tidak ada sesuatu yang benar-benar dapat saya berbuat sementara ini, tetapi barangkali hal itu dapat diuraikan sedikit seperti berikut: umat manusia sama sekali tidak mengetahui apa-apa. Tidak ada nilai hakiki dalam sesuatu, dan setiap tindakan merupakan suatu yang sia-sia, yang tidak berarti. 

"Hal ini kelihatannya tidak masuk akal, tetapi jika anda ucapkan dalam kata-kata, itulah cara satu-satunya untuk melukiskan kebenaran yang sebenarnya, (Cici, Perempuan Halmahera)".

BERSAMBUNG...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun