Papa; burung so cari tampa baru, dekat kampung dong so kase rubuh pohon "tampa burung tidur.
Ini soal peduli, Cici harus berkata terbuka dan terus terang.
Cici; jadi bagini papa, Ci kira bahwa kalau para ilmuan, politisi, seniman, kalangan agama, dan semua masyarakat yang ada di bumi manusia dapat berkumpul di sini, menyaksikan alam dari pagi sampe sore, membicarakan segala sesuatu bersama-sama dorang akan sadar kalau cinta bumi maka langit juga sayang torang.
Mama Ima; Ado, Ali tong dua pe anak satu ini pintar sampe.
Om Ali; hehe
Papa dan mama berjalan sambil bercakap-cakap, tidak terasa sudah dekat. Kerikil tajam memaksakan Cici harus membuka kembali catatan pendek yang ia tulis di kebun tadi.
"Kenyataan ini mengubah kehidupan saya, tidak ada sesuatu yang benar-benar dapat saya berbuat sementara ini, tetapi barangkali hal itu dapat diuraikan sedikit seperti berikut: umat manusia sama sekali tidak mengetahui apa-apa. Tidak ada nilai hakiki dalam sesuatu, dan setiap tindakan merupakan suatu yang sia-sia, yang tidak berarti.Â
"Hal ini kelihatannya tidak masuk akal, tetapi jika anda ucapkan dalam kata-kata, itulah cara satu-satunya untuk melukiskan kebenaran yang sebenarnya, (Cici, Perempuan Halmahera)".
BERSAMBUNG...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H