Mohon tunggu...
Shofyan Kurniawan
Shofyan Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Arek Suroboyo

Lahir dan besar di Surabaya. Suka baca apa pun. Suka menulis apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film One Night Stand: Kisah Cinta ala Murakami

21 Januari 2022   06:44 Diperbarui: 21 Januari 2022   06:48 1905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Digambarkan, Baskara merupakan orang yang sulit untuk berkata tidak, dia anak yang penurut dan hidupnya lurus-lurus saja, bukan orang yang punya kenekatan. 

Hidupnya hanya soal bekerja dan menabung, layaknya masyarakat urban pada umumnya. Jika diibaratkan, Baskara adalah gelas kosong yang perlu diisi.

Lea kebalikannya. Kisahnya soal pernah minggat ke Sumba demi menemukan jati diri dan menenangkan batin, menunjukkan bahwa Lea adalah gadis yang nekat dan mandiri. 

Tak seperti Baskara yang hidupnya cenderung sejahtera, Lea punya kisah hidup yang memilukan. Ayahnya meninggalkannya tanpa alasan sejak dia masih kecil. Sesuatu yang agaknya membuat Lea meragukan komitmen pernikahan.

Sosok Lea mengingatkan saya pada sosok Midori di "Norwegian Wood". Meski kegilaannya masih belum menandingi kegilaan Midori, tentunya.

Walaupun film ini berkedok kisah cinta, nyatanya film ini justru seolah ingin menghindari hal-hal berbau romantis. Jika pada umumnya, film-film romance dengan begitu sok tahu mendefinisikan cinta itu anu, cinta itu bla bla; film ini justru meragukannya, bahkan sesekali menertawakannya. 

Dari interaksi Baskara dan Lea, baik dari gestur maupun dialog keduanya, hal tersebut sangat nampak. Misalnya saja scene di pantai, saat Lea bertanya ke Baskara sambil nyengir dan seolah eneg dengan apa yang ditanyakannya, "Lo ... masih percaya cinta, nggak?" Atau saat Lea menertawakan pengibaratan cinta sebagai "safe place", istilah yang dicetuskan teman Baskara yang hendak menikah.

Sikap Baskara dan Lea ini muncul karena latar belakang mereka, karena apa yang telah mereka alami di masa silam. Baskara patah hati sangat dalam dengan mantan pacarnya. 

Sementara Lea dibikin kecewa oleh ayahnya yang minggat tanpa alasan jelas. Belum lagi di sepanjang perjalanan, mereka mendapati bahwa pasangan-pasangan di luaran sana juga tak sempurna.

Dengan durasi sekitar 80 menit, dan dengan cerita yang sederhana namun mengena, film ini bisa dibilang padat dan solid. Meski tiap scene-nya seperti jalan-jalan tanpa arah, cuman sekadar ngalir saja, nyatanya tak membuat film ini kehilangan fokus. Film ini ditutup dengan sangat wajar dan itulah bagian terbaiknya. Bisa ditonton di bioskoponline.com.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun